DESA DI TENGAH HUTAN?

5.4K 192 8
                                    

Note: ya meskipun kedengaran tidak masuk akal bila ada sebuah desa di tengah hutan di lereng gunung. Namun bila kamu berusia sekitar 18-19 tahun dan kurang wawasan bisa saja kamu percaya sama hal itu.
Ini pengalaman nyata aku mendaki pertama di usia 17 tahun, dan pernah seh, ketemu kakek2 memikul kayu pada jam 3 pagi!
Pada saat itu ya aku PERCAYA BANGET bahwa kakek itu 'manusia' seperti aku, karena penampakannya begitu nyata bahkan sempat ngobrol dan dia ngajak aku mampir ke rumahnya😨

Tentu saja untunglah teman2 ku melarang. Lalu mereka menjelaskan padaku bahwa kakek itu bukan manusia.

Kalo aku pikirkan lagi secara logika memang aneh banget seh;
1. Kakek itu telanjang dada, telanjang kaki, suhu di lereng gunung pada sekitar jam 3 pagi itu kisaran 9' celcius.
2. Kondisi gelap gulita, jalan tanah berbatu-batu dan licin. Tapi kakek itu bisa berjalan menuruni lereng sambil memikul beban dengan kecepatan seperti orang berlari, tanpa SENTER sama sekali!

Ini sekedar catatan sepenggal pengalamanku.😂

***************************

Beno, Heri dan Sugi berjalan mengikuti nenek pencari kayu itu tanpa berkata-kata, tubuh mereka menggigil kedinginan karena pakaian yang basah oleh hujan.

Setelah beberapa menit berjalan mereka mulai mendengar suara seperti gamelan.

Saat itu sudah hampir jam 5 sore, nampaklah di depan mereka sebuah pasar yang ramai. Di tengah sebuah desa.
Mereka memasuki sebuah gapura/gerbang yang terbuat dari kayu dan di atasnya dibuat seperti atap joglo, dengan papan bertuliskan 'Desa Arum Dalu".

Beno, Heri, dan Sugi terus melangkah mengikuti si nenek, dengan ekspresi heran; bagaimana di tempat terpencil ini bisa ada sebuah desa lengkap dengan pasar kaget seramai itu? Bagaimana akses mereka kesitu? Mengingat jalan ke situ tidak bisa dimasuki kendaraan bahkan motor trailpun tidak bisa.

Ketiga pemuda itu kembali mengecek hp apakah sudah ada sinyal? Namun ternyata ketiga hp mereka masih tetap blank.

Nenek itu mengantar Beno dan kawan-kawan ke sebuah rumah kayu yang di depannya dibuka warung bakso.

"Ini rumah mbak Surti, pengurus desa ini. Silakan kalian masuk mungkin dia bisa membantu kalian." Kata si mbah.

"Permisi, assalam m...."

"Silakan masuk."

Terdengar suara lembut seorang wanita dari warung bakso itu.

"Surti, ini mbah nemu ada anak-anak pendaki tadi tersesat di hutan dan ga bisa pulang."

"Oh gitu, mari mari masuk dek, istirahat disini dulu."

Beno, Heri dan Sugi masuk ke dalam warung bakso itu dan duduk di sebuah bangku kayu panjang.

"Wah kalian basah kuyup ya? Ayo ganti baju kering dulu. Kalo ga bawa baju masuk sini saya pinjami baju-baju bekas milik anak saya, ukurannya sana kok dengan kalian."

"Makasih mbak."

Surti membawa ketiga pelajar STM itu masuk ke sebuah kamar yang kelihatannya dulunya dihuni oleh putranya.
Lalu wanita itu mengambil 3 helai baju dan celana pendek sederhana untuk Beno, Heri dan Sugi.

"Nah, nanti setelah pake baju kering kalian ke depan warung buat makan dulu biar badan kalian hangat, trus baru cerita-cerita."

***************************

Setelah mengenakan pakaian kering, Beno, Heri dan Sugi kembali duduk di warung.
Aroma sedap kuah bakso membuat mereka merasa sangat lapar.
Surti sedang menyiapkan makan untuk ketiga pemuda itu.
Surti adalah sosok wanita berusia 40 tahunan, berparas cantik, rambut hitam panjang yang digelung, bodynya bahenol, ia mengenakan kain jarit jawa dan atasan mirip kebaya dari kain katun putih.
Suaranya lembut dan ramah.

TERSESAT DI GUNUNG LAWU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang