Sudah tiga hari Naya menjadi istri sah Bima. Sejujurnya ia masih belum merasakan perbedaan apapun setelah menikah. Baik secara lahir maupun batin. Karena menjelang hari pernikahan, Naya kedatangan tamu bulanannya. Dan dua hari setelah acara pernikahan, agenda mereka dipadati oleh acara kumpul basa-basi bersama keluarga besar. Katanya, agar keluarga besar masing-masing saling mengenal satu sama lain. Sangat melelahkan untuk keduanya.
Tidak bisakah mereka membiarkan para pasangan pengantin menghabiskan waktunya untuk beristirahat dengan tenang? Setelah seharian saat acara harus berdiri dan tersenyum ramah menyapa para tamu dan kerabat, yang bahkan ada yang tidak mereka kenal, tamu para orang tua.
Sebagai balas dendam dari rasa lelahnya, malam ini Bima mengadakan pesta di pantai bersama dengan teman-temannya. Sedangkan Naya sama sekali tidak mengetahui agenda ini. Yang ia tahu bahwa tujuan mereka kesini adalah untuk honeymoon.
Bima, lelaki yang ia kenal karena perjodohan kedua orang tua mereka, kini menjadi suaminya. Masa perkenalan mereka hanya dua bulan. Cukup singkat untuk Naya yang sedikit pengalaman dalam urusan romansa. Dan, sangat singkat, untuk Bima yang sudah terbiasa dengan hal tersebut. Orang tua Bima yang mendesaknya untuk menikah. Kesempatan untuk bebas memilih sendiri calon istri sudah diberikan, namun Bima tidak pernah membawa siapapun kehadapan mereka. Padahal mereka tahu bahwa Bima selalu punya kekasih. Alasannya karena belum ada yang sesuai dengan kriteria orang tua. Sampai akhirnya kondisi kesehatan sang ayah yang mulai menurun, memaksa Bima untuk mengabulkan permintaan ayahnya. Seperti kisah yang lain, jika kondisi kesehatan orang tua sedang tidak baik, anak pasti akan lebih mengalah dan menurunkan egonya. Kondisi ini yang akhirnya membuat Bima meminta langsung kepada orang tuanya untuk dicarikan calon istri sesuai dengan kriteria mereka. Bima sudah tak ingin ambil ambil pusing. Baik dari calon istri hingga persiapan pernikahan, ia serahkan semuanya pada mereka.
Berbagai macam minuman, snack, hingga menu barbeque pun ada diatas meja panjang, yang terbuat dari potongan pohon besar. Desiran ombak samar-samar terdengar tetutupi suara musik yang bergema riuh merayakan pesta pernikahan mereka. Cahaya dari nyala api unggun mendukung suasana dingin pantai. Semua orang terlihat sangat menikmati suasana pesta malam ini. Namun, tidak dengan Naya.
Naya tampak bingung berada diantara teman-teman Bima. Ia bingung harus mengobrol dengan siapa. Yang ia kenal hanya Bima dan Sarah, sahabat Bima sejak kecil, yang sudah dikenalkan oleh keluarga Bima sebelum mereka menikah. Tetapi keduanya justru tidak terlihat disini. Matanya terus mencari kedua sosok itu.
"Kau lihat Bima dan Sarah?" tanya Naya pada salah sstu dari mereka yang sedang mengambil minuman disampingnya.
"Tidak," jawabnya, lalu pergi berjalan meninggalkan Naya, menuju lapangan voli yang mereka buat sendiri.
Mata Naya tetap mencari Bima dan Sarah. Namun tak juga ditemukan. Mulai mengantuk, Naya pun memutuskan kembali ke resort tempatnya menginap. Tak jauh dari tempat ia berada sekarang.
Sesampainya di teras penginapan, Naya melihat Bima, Sarah, dan beberapa orang lainnya sedang berkumpul. Mereka sedang memainkan sesuatu yang seru. Terlihat dari tawa dan ekspresi mereka. Hingga suasana tiba-tiba berubah saat mata Bima melihat sosok Naya yang datang.
"Hai, Nay! Mau join?" ajak Sarah yang menengok kearah Naya.
Bima membuang wajahnya kearah lain. Tak ada sapaan bahkan ajakan dari Bima sama sekali. Karena bingung menolak ajakan Sarah, Naya pun akhirnya mengangguk setuju. Dari semua tempat duduk yang ada, yang kosong hanya sofa yang sedang Bima tempati. Tak ada pilihan lain lagi. Tidak peduli apakah Bima setuju atau tidak. Naya akan duduk disitu. Naya tak mungkin meminta salah satu dari mereka untuk pindah tempat duduk. Karena orang-orang akan sadar bahwa mereka berdua masih belum bisa bersikap selayaknya suami-istri. Boro-boro seperti suami-istri, bersikap seperti sepasang kekasih pun tidak.