7\ Patah Hati

43 9 21
                                    

Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu, tapi ketiga gadis ini masih saja membereskan bukunya di dalam kelas. Tidak tau memang merekanya saja yang sengaja di lamain atau memang merekanya saja yang lelet minta ampun.

"Weh, gua ikut pulang bareng ya," ucap Audi yang sudah menggendong tasnya, tidak lupa dengan senyuman lebarnya.

"Gk pulang sama Jianu??" Tanya Ona dengan nada santainya. Pandangannya terus fokus membereskan bukunya dengan rapi. Sesekali menolehkan pandangannya menatap Audi.

"Mau futsal dia, jadi engga dulu," jawab Audi dengan pandangan yang kini fokus mengaca di handphonenya sambil sedikit merapikan rambutnya yang berantakan.

Cessa yang mendengar itu melebarkan pupil matanya. Lalu tanpa berpikir panjang, ia langsung saja menolehkan pandangannya menatap Audi dengan senyuman lebar khasnya.

"Jianu temennya aa Edy kan ya? Dia mau futsal? Berarti aa Edy juga dong?!" Tanya Cessa dengan segala kehebohannya. Audi yang melihat itu hanya menjawab dengan anggukan cepat sambil menunjukan cengiran paksanya. Agaknya dia sedikit ketakutan melihat tingkah Cessa yang tiba-tiba saja membuatnya merinding.

"Kalo lu gak mau ikut, gua boleh gak numpang ke Jianu? Biasa hehe mau liat aja aa Edy main futsal kayak gimana ihihi," ucap Cessa sambil cengengesan tanpa henti.

"Boleh aja, tapi gua tanya dulu sebentar sama Jia, nanti entu bocah gak mau lagi," sahut Audi yang pandangannya kembali fokus ke handphone, mencari kontak Jianu.

Cessa yang mendengar itu sudah kegirangan tidak jelas. Ia sudah membayangkan duluan betapa kerennya seorang Hedy Gentala Kama bermain futsal. Sambil membayangkan itu, semangatnya meningkat 100% untuk kembali memasuki bukunya dengan sedikit terburu-buru.

Ona yang sedari tadi memperhatikan Cessa yang tengah memasukan bukunya dengan asal karena terburu-burunya hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak mengerti.

"Kok lu bisa naksir sih sama si beruq itu?" Tanya Ona dengan ekspresi tidak habis pikir. Dia terkadang bingung, apa yang temannya sukai dari pria itu?

Cessa menoleh sebentar, lalu pandangannya kembali fokus memasuki buku, "Mau tau ya?" Tanya Cessa dengan senyuman jahilnya.

Ona menghela napas sebentar lalu terdiam dengan pandangan datarnya. Dia paling benci kalau sudah melihat senyuman tidak serius temannya yang satu ini.

"Gak mau tau sih. Cuman ya gua bingung aja, kenapa lu bisa demen ma dia?" Tanya Ona kembali sambil mengalihkan padangannya, fokus bermain handphone.

"Hehehe jadi ginii..."

Flashback On

Sudah setengah jam Cessa berdiam diri memandangi papan menu yang terpampang di atas tempat meja Kasir. Dia sedikit bingung untuk memilih pesanannya. Kalau sudah mendengar kata 'traktir' tuh, entah kenapa otaknya tiba-tiba saja sulit untuk di ajak berpikir dalam hal memilih pesanan. Tidak tau hari ini abangnya sedang kesambet apa tiba-tiba saja mau mentraktirnya di McD.

"Pesen apa ye? Masalahnya enak smua, semuanya aje boleh gak?" Tanya Cessa pada abangnya dengan ekspresi tidak tau diri.

"Lu agak gak tau diri ya, gua bakar mampus lu. Dahlah, Lama bego lu, gua tunggu di luar, nih duitnye," ucap abangnya sambil mendengus kesal lalu memberikan selembar dua kertas uang Rupiah berwarna merah tepat di atas telapak tangan Cessa.

Cessa masih diam saja di tempat sambil menerima uang itu. Pandangannya terus terfokus memandangi papan menu di atas tanpa memperdulikan ucapan abangnya barusan.

"Choco pie aja deh sama Chicken Muffin with Egg 2, minumannya palingan Coca Cola," ucap Cessa entah pada siapa.

Cessa langsung saja berjalan menuju antrean tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari papan menu di atas. Dengan pandangannya yang masih terpaku menatap papan menu, dia tidak sengaja menabrak seseorang hingga pada akhirnya pesanan yang orang itu punya jatuh berserakan begitu saja.

Struggle | Lee Haechan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang