Fourteen

792 74 1
                                    

-Niall Horan's POV-

Aku sedikit kaget ketika mimik wajah Luna berubah saat melihat orang yang berdiri di depan lift. Saat aku melihatnya, fuck.

It's Marvelino Keynes.

"Hey! Senang bertemu kalian lagi!" Ia melambaikan tangannya. Tanganku sudah terkepal dan genggaman Luna semakin erat.

"Mau apa kau," aku melangkahi Luna dan berdiri tepat di depannya.

"Relax, bro. Aku tidak mau mencari masalah disini," ia tersenyum lebar. Argh. Ingin sekali aku menonjoknya. "Siapa yang sakit?"

"Bukan urusanmu!" Luna berbicara. Suaranya bergetar dan genggamannya semakin kencang. Tenang, Luna, ada aku,

"Wohoo, ya ya aku tahu. Kalau begitu, aku permisi dulu," Sebelum ia melangkahkan kaki ke dalam lift, aku menonjoknya terlebih dahulu. "WHAT THE FUCK!"

"Ini balasan atas perbuatanmu padanya!" Aku menunjuk Luna. "Kalian sudah berakhir. Dan kalau kau ada urusan dengan Luna, sama saja kau berurusan denganku!"

"Aku tidak mencari masalah disini. Lagipula, apa yang ia bicarakan padamu? Luna itu pembohong yang ulung," ia mengedipkan matanya ke Luna. Aku menonjoknya sekali lagi.

"Dan jangan kau mengedipkan matamu lagi padanya! Ayo, Luna!" Aku menarik tangan Luna dan langsung menuju kamar Maura.

Tangan Luna melembut genggamannya seiring Marvel masuk ke dalam lift dan kami keluar. Ia pelan-pelan memeluk tanganku dan aku mendengar ia seperti menahan tangisnya.

"Terimakasih," suaranya yang lembut berbisik di telingaku. Aku menghentikan langkahku dan menatapnya.

"Aku akan melakukan apapun demi keselamatanmu. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Aku mencintaimu, dan akan selalu begitu," aku menatapnya. Luna mulai menitikkan air matanya. "Dan kamu tidak perlu mengucapkan terima kasih. Itu tugasku sebagai kekasih yang baik. Menjaga kehormatan luar dalam kekasihnya," aku tersenyum padanya.

"I love you so much and getting more and more everyday, Niall," ia berhambur dalam tangisan di pelukanku.

"I love you more than you can ever think about it,"  kataku seraya aku mencium keningnya pelan.

.

.

.

Chris sudah terbangun ketika kami kembali. Ia menatap kami heran. Mungkin karena kami terlalu lama diluar, atau karena mukaku merah dan mata Luna merah.

"Kalian baik-baik saja?" Tanya Chris. Aku mengangguk.

"Kalau kalian letih, kalian bisa pulang ke rumah. Aku bisa menjaga Maura. Lagipula, ini liburan kalian, kan?" Chris menambahkan.

"Tidak. Aku akan ikut menemani Mom disini. Luna mau pulang?" Aku bertanya pada Luna. Luna menggeleng. "Ya, kami berdua akan disini,"

"Kapan aku boleh pulang?" Maura bersuara.

"Saat kau sudah sembuh," aku menggenggam tangannya dan mencium keningnya. "I love you, Mom,"

"I love you too, Son,"

"Kalian berdua sudah makan?" Luna bertanya pada Chris dan Maura.

"Sudah. Tadi suster mengantarkan," Chris menjawab. Luna mengangguk lalu duduk di sofa. Mukanya terlihat sangat kecapaian. Pasti ia masih jetlag karena perjalanan kemarin.

Seketika aku ingat sesuatu.

ULANG TAHUN MAURA!

"Mom! Aku baru ingat kalau hari ini kau ulang tahun. Selamat ulang tahun, ibu tercinta dan tercantik sepanjang masa! Aku sangat mencintaimu dan akan selamanya begitu! Aku mencintaimu ke bulan dan kembali lagi ke bumi!" Aku mencium kening Maura. "Maaf kuenya tertinggal di rumah,"

Somebody to Love {Niall Horan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang