11

693 72 1
                                    

"Dimana eomma menyembunyikan Changkyun?"

Nyonya Im terlihat mengabaikan pertanyaan Wonwoo dan sibuk membenarkan antingnya.

"Eomma!"

"Diamlah Wonwoo, apa kau tidak lihat eomma sedang sibuk?"

Wonwoo mendengus. "Eomma benar-benar akan melakukan ini? Apa eomma lupa dengan apa yang kukatakan?"

Nyonya Im menghentikan kegiatannya kemudian menatap Wonwoo yang berdiri di belakangnya melalui pantulan cermin.

"Dengar, eomma tidak ingin mendengarmu mengatakan hal seperti itu lagi. Kau adalah putra tertua keluarga Im dan kau berhak mendapatkan warisan itu!"

"Apa hanya itu yang ada pikiran eomma? Warisan? Aku bahkan bukan putra kandung ayah dan eomma ingun merebut hak Changkyun??"

"WONWOO!"

Nyonya Im bangkit berdiri dan menatap langsung ke arah Wonwoo dengan nyalang. "Selamanya kau adalah putra tertua keluarga Im! Dan kau berhak atas warisan itu!!"

"Warisan! Warisan! Warisan! Eomma benar-benar sudah gila harta!"

Wonwoo berbalik dan membuka pintu, namun sebelum ia benar-benar keluar dari kamar nyonya Im, Wonwoo berucap sungguh-sungguh.

"Aku akan melakukannya. Aku akan mengatakan tentang kebenarannya kepada semua orang dan kuharap sebelum itu terjadi, eomma bisa menghentikan kejahatan eomma."


***

Mingyu memiliki firasat buruk karena tiba-tiba ia dibebas tugaskan hari itu. Mingyu buru-buru mengajak Wonwoo untuk bertemu dan juga menghubungi Jooheon untuk segera datang. Wonwoo yang kebetulan sedang mengikuti ibunya pun langsung menyanggupi. Wonwoo juga sudah menghubungi beberapa reporter, wartawan serta polisi untuk datang ke sana.

"Gyu!"

Mingyu menatap Wonwoo dengan khawatir. Ia sudah mengetahui rencana Wonwoo dan tentu saja ia mencemaskan Wonwoo karena pastinya lelaki manis itu akan terseret untuk menjadi saksi.

"Apa kau yakin?"

Wonwoo tersenyum kecil dan mengangguk tegas. "Hanya ini yang bisa kulakukan Gyu. Aku tidak ingin ibu melanjutkan kegilaannya."

Mingyu menghela nafas kemudian mengusap lembut puncak kepala Wonwoo. "Baiklah. Apapun keputusanmu, aku akan mendukungmu."

Wonwoo tersenyum tulus. "Terima kasih Gyu. Apa ibu sudah datang?"

"Hmm... 10 menit yang lalu. Jooheon juga sedang dalam perjalanan kemari."

"Baiklah. Ayo bersiap."



***



PLAK!

Changkyun meringis pelan, merasakan perih dan panas pada pipinya akibat tamparan nyonya Im.

"Seharusnya kau mati saja! Dasar anak tidak berguna!"

PLAK!

Lagi, satu tamparan Changkyun terima di tempat yang sama membuat pipinya terasa kebas.

"T-tapi apa salahku eomma?" Lirih Changkyun sambil menatap sang ibu dengan mata berkaca-kaca.

"Kau mau tahu apa kesalahanmu??" Nyonya Im mencengkram kuat dagu Changkyun hingga kukunya menembus kulit Changkyun. "Kesalahanmu adalah dilahirkan di dunia ini!"

Nyonya Im menghempaskan cengkramannya kemudian sekali lagi melayangkan tamparan di pipi Changkyun.

"Hidupmu akan berakhir hari ini dan Wonwoo akan menjadi pewaris satu-satunya untuk harta ayahmu!"

Nyonya Im berjalan ke sudut ruangan, mengambil tongkat baseball yang entah sejak kapan berada disana dan dengan senyumnya yang mengerikan, wanita paruh baya itu menghampiri Changkyun dan mengacungkan tongkat baseball itu ke arahnya.

"Harusnya aku melakukan hal ini dari dulu."

BUGH!

Changkyun memejamkan matanya erat saat tongkat baseball itu mengenai bahunya dengan cukup keras.

"Dasar anak sialan!"

BUGH!

Pukulan lainnya diarahkan ke perut Changkyun.

"Kau hanyalah perusak rencanaku!"

BUGH!

Kali ini punggung sempit Changkyun yang menjadi sasaran.

"Kau-"

BRAK!

"ANGKAT TANGAN DAN JATUHKAN SENJATA ANDA!"

"Sialan!"

I'm not him (Jookyun x Meanie) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang