57

756 74 453
                                    

Al melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Dia sudah tidak sabar untuk segera sampai di rumah. Dengan lincah, dia menyalip setiap kendaraan yang ada di depannya. Dan dia selalu berdecak kesal saat lampu merah dirasanya begitu lambat berganti hijau.

Dia segera turun saat motornya sudah terparkir di garasi. Dia berdecak kesal karena teringat dengan mobilnya yang beberapa hari dia kirim untuk servis. Dia sampai lupa belum mengambilnya karena terlalu pusing memikirkan Rara dan Nadia.

Al pun segera bergegas masuk ke rumah dan langsung menuju ke kamar. Dia melihat Rara tidur tengkurap di karpet bulu dengan buku sebagai alas wajahnya. Al tersenyum sambil menghampiri istrinya itu. Sepertinya gadis itu tertidur saat sedang belajar.

Al menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Rara. Lalu Al pun bergegas membersihkan diri setelah menaruh tas sekolahnya.

Tak butuh waktu lama, Al pun keluar dari kamar mandi hanya mengenakan celana pendek. Lalu dia mengambil kaos di lemari dan memakainya. Setelah menyisir dan merapikan rambutnya yang masih sedikit basah, Al pun beranjak mendekati Rara.

Al membalik tubuh Rara perlahan, lalu diangkatnya tubuh mungil sang istri. Rara tersentak kaget dan langsung membuka matanya.

"Turunin," ucap Rara.

"Aku pindahin ke kasur, Ra," sahut Al sambil tersenyum.

"Turunin gak?!" sentak Rara menatap Al tajam. Lalu dia berusaha turun dari gendongan Al.

Al segera menarik kedua paha Rara agar kaki gadis itu melingkari pinggangnya. Lalu Al pun mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Sontak Rara pun menumpukan kedua tangannya ke dada Al karena posisinya yang duduk di pangkuan Al dengan kaki yang melingkari pinggang cowok itu.

"Apaan sih, Kak! Lepasin gak?!" ucap Rara.

"Gak," balas Al tersenyum miring.

Rara lalu memukuli dada Al dengan kedua tangannya yang bertumpu di sana.

"Pukul sepuas kamu buat nyalurin rasa kecewa kamu," ucap Al.

Rara menghentikan pukulannya. "Lepasin!"

"Iya, ntar aku lepasin kalo aku udah selesai ngomong," ucap Al.

Al menatap wajah cantik yang mengalihkan pandangannya ke arah lain itu. Gadisnya marah dan tak ingin menatap wajahnya. Al pun menarik pinggang Rara agar lebih merapat padanya. Sontak Rara pun menoleh dan melotot pada Al.

Cowok itu terkekeh, lalu tiba-tiba mengecup bibir Rara. "Aku minta maaf atas semua kesalahan yang udah aku buat. Maaf karena aku udah sering ninggalin kamu buat Nadia. Tapi sekarang aku udah sadar kalo tindakanku salah. Aku udah jauhin Nadia supaya hubungan kita tetep baik-baik aja. Mungkin hubungan persaudaraanku sama Nadia emang harus berakhir seperti ini. Dan..... maaf karna aku udah nuduh kamu yang gak-gak sama Faldo. Maaf karna aku kemarin gak percaya sama kamu. Aku terlalu cemburu ngeliat kedekatan kamu sama Faldo. Tapi sekarang aku udah sadar kalo kedekatan kalian itu hanya sebatas saudara. Maafin aku ya."

"Kamu yakin udah gak salah paham lagi soal hubunganku sama Faldo? Udah yakin kalo aku gak selingkuh sama dia?" tanya Rara.

"Yakin," jawab Al mantap.

"Kalo lain kali aku lebih mentingin dia dari pada kamu, gimana?" tanya Rara lagi.

"Gak pa-pa, Sayaaang..... karna aku tau kamu gak punya perasaan lebih ke dia, jadi aku gak bakalan marah lagi," jawab Al.

"Lalu..... Nadia? Kamu masih-....." ucap Rara terpotong oleh Al.

"Aku udah jauhin dia, Ra. Sosok adik kecilku selama ini udah gak ada lagi di diri Nadia. Jadi gak ada alesan buat aku untuk terus jagain dia," ucap Al.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang