Gombalan dipagi hari

6.7K 1.1K 49
                                    

Meja makan itu yang biasanya hening, mendadak ramai. Kedatangan dua wanita berbeda generasi, membuat suasana jadi berwarna

Sesekali Rara dan Mela saling berpandangan, dan tiba-tiba tertawa sendiri tanpa sebab. Semua yang melihat hanya geleng-geleng kepala

Martin sejak tadi diam-diam mencuri pandang pada muridnya ini, baju kebesaran milik Rami yang dikenakannya membuat pikiran Martin mendadak negatif. Dan Martin dibuat keheranan dengan sikap Rara yang terlihat sangat dekat dengan tunangannya..

Akhirnya dengan segala macam rasa penasaran yang mulai memenuhi pikirannya, ia memutuskan untuk bertanya "Rara kamu kenal dengan tunangan saya? "

Hening. Suapan dimulut Rara terhenti "Tunangan bapak siapa? " ia menatap Martin dengan raut bingung

"Mela" satu kata yang Martin ucapkan membuat mata Rara terbelalak. Ia menjatuhkan sendoknya dengan wajah terkejut

Ia menatap Mela dengan tajam "What the fu.... " tak membiarkan Rara melanjutkan ucapannya, Mela langsung membekap mulut Rara dengan tangannya, ia berbisik ditelinga Rara "nanti gue jelasin"

Rara syok. Ia memegang jantungnya. Gila. Ini sungguh gila. Tiba-tiba ia tak mampu menahan tawanya

"Hahaaha" konyol, sungguh bener-bener konyol. Bisa-bisanya dunia sempit begini. Lelaki yang pernah jadi korban gombalannya, justru menjadi calon suami dari sahabatnya...

"Rara kenapa ketawa sayang? " bunda Maya bertanya dengan lembut

"Hehehe maaf bun. Habis lucu banget. Ternyata dunia sempit banget" bunda Maya hanya geleng-geleng kepala, Rami sejak tadi tak peduli dan hanya fokus pada makanannya, sedangkan ayah Rami hanya bisa tersenyum, sejak awal ayah Rami menginginkan anak perempuan, tapi takdir malah membuatnya memiliki anak laki-laki semua, kehadiran dua anak perempuan didepannya membuat hatinya menghangat, terlebih Rara yang terlihat sangat ceria

"Maksud Rara apa?" tanya bunda Maya lagi

"Gini bun pak Martin ini wali kelas aku, julukannya juga sebagai guru ganteng, aku sering gombalin pak Martin"

"Uhuk uhuk" Martin tiba-tiba tersedak. Mela dengan sigap mengambil minuman untuk Martin, sedangkan Rara hanya tersenyum mengejek

"Dan kayaknya juga pak Martinnya sempet baper sama aku sampe kupingnya merah banget bun, hahaha aku ga tahan pengen ketawa" tatapan Martin sangat horor pada Rara

"Dan ternyata pak Martin tunangan sama Mel eh maksudnya kak Mela, sepupu aku yang paling deket sama aku. Gila bunda dunia sempit banget" Rara tak bisa menahan tawanya, ia memegang perutnya yang sakit efek terlalu banyak tertawa. Mela hanya tersenyum canggung, jika melihat tawa dari gadis remaja disampingnya ini, benar-benar mirip sama Ratna sahabatnya. Saat keluar dari kamar Rami , mereka sudah berjanji untuk mengaku sebagai sepupu

"Bun kalau kayak gini caranya, kayaknya aku udah terblaklist dari mantu bunda! " Rara memasang wajah sok melas

"Ko gitu? "

"Yang aku sukai kan pak Martin, tapi pak Martinnya udah sold out. Aku ga ada niatan soalnya buat ikutin jejak Mulan Jamela"

"Kan masih ada Rami Ra" Santoso ayah Rami ikut menimpali

"Duh gimana ya omm..." belum selesai Rara melanjutkan kalimatnya, Santoso menatap tajam Rara

Rara mendadak gugup, tiba-tiba gombalan yang ada diotaknya menghilang gitu aja. Apa jangan-jangan ia salah ngomong

Mela menahan tawanya melihat Rara yang gelagapan, ia berbisik ditelinga Rara "mampus lu"

"Ehem" deheman Santoso membuyarkan kekehan Mela

"Kamu panggil Maya dengan bunda, berarti harus panggil saya Ayah dong"

"Phfhttt hahaha" bunda Maya tak bisa menahan tawanya, apalagi melihat raut malu-malu yang ditunjukan suaminya. Memang ya keinginan suaminya untuk memiliki anak perempuan sungguhlah besar

"Aduhh... Astaga om..  Eh ayah , aku udah takut duluan. Tatapan om... Eh ayah tajem banget sih, berasa mau makan orang"

"Phfhttt hahaha" kali ini Martin yang tak bisa menahan tawa, sedangkan Rami hanya memandang sekilas dan bertindak acuh

"Duh kayaknya aku udah direstuin banget ya jadi mantu bunda sama ayah" kedua orang tua Rami mengangguk secara bersamaan

"Jadi rencananya kapan kak Rami mau ngelamar? "

"Uhuk uhuk" Rami tiba-tiba tersedak, daging yang sempat masuk ketenggorokannya, tak bisa tertelan. Ia memegang lehernya. Sakit. Dengan sigap Rara langsung memberikan minum pada Rami

Rami menatap tajam Rara. Ucapnnya yang tak terduga, membuat Rami terkejut. Meskipun begitu ia tetap berterimakasih karena Rara mau memberikannya minum

"Coba bun liat, aku udah pantes banget ni jadi isteri. Tinggal tunggu dilamarnya doang ni bun" bunda Maya hanya bisa terkekeh geli, menggoda anaknya yang mulai jengah

"Pikirannya kamu nikah mulu. Sekolah aja yang bener" ucapan Rami yang menusuk itu tak membuat Rara berhenti menggoda

"Kata siapa aku mikirin nikah, orang dipikiran aku hanya ada kak Rami doang"

"Uhuk" lagi dan lagi Rami tersedak ludahnya sendiri. Ia menatap Rara dengan ekspresi tak peduli dan melanjutkan makannya lagi

"Kak Rami tau ini minuman apa? " tanya Rara sambil menunjukan gelas yang berisi susu

Rami menaikan sebelah alisnya dan menatap Rara "Susu. Emang kenapa? "

"Manis ya, sama kayak senyum kakak"

Blush...

Pipi Rami memerah, ia berusaha menahan senyumnya. Baru kali ini ia kalah digombalin sama cewek. Semua orang yang melihatnya hanya bisa menahan senyum. Sedangkan Mela hanya bisa geleng-geleng kepala, kelakuan sahabatnya ini memang paling bisa kalau soal ghosting..

Ia mengeluarkan duit 10.000 dan menghampiri Santoso yang sejak tadi menahan senyum

"Om.. Eh ayah, ini aku punya duit 10.000, buat ayah" Santoso menatap Rara bingung

"Buat? "

Rara kembali ke bangkunya, menatap Santoso dan tersenyum kearahnya "Buat Dp dulu ayah , bilangin sama anak bungsu ayah, aku udah ngasih uang muka buat milikin anak ayah, sisanya aku bayar pake cinta didepan penghulu"

Rami memalingkan mukanya, berusaha menahan senyum yang sekuat mungkin ia tahan

"Yaelah masa ngasih dp cuma 10.000 doang! " ucap Rami tanpa memalingkan wajahnya

Rara masih tetap tersenyum penuh godaan "Ini tuh ada filosofinya loh ka"

Kini Rami memalingkan wajahnya dan menatap Rara, menunggu kalimat Rara selanjutnya

"Dalam uang 10.000, ada angka 1 dan sisanya 0. Artinya kamu dihatiku cuma ada satu ga mungkin ada dua, aku mencintaimu selalu dan akan tetap selamanya"

"Anjay.... Malah jadi pantun" Mela tak mampu menahan tawanya begitupun dengan Rara. Ia merasa gombalannya malah terdengar cringe...

Pada akhirnya sarapan itupun berakhir dengan tawa tak terelakan. Rara tak henti-hentinya tertawa bersama Mela. Begitupun dengan orang tua Rami dan Martin yang hanya bisa tersenyum tanpa kata

Sedangkan ada satu orang lagi yang tetap diam. Sesuatu hal yang Rara anggap becanda, nyatanya dianggap berbeda oleh orang itu. Rara tidak tau, bahwa nyatanya perasaan tidak sebercanda itu ...

THE STORY OF RARA (End Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang