Suara ketukan kecil di jendela kelas tepat di sebelahnya membuat perhatian Jungkook dari buku matematikanya teralih. Cowok itu menoleh ke arah jendela dan mendapati Mingyu serta Noella ada disana.
"Apa." Tanyanya tanpa suara.
Ngomong-ngomong, dia sudah berpisah kelas dengan Mingyu dan Noella semenjak kelas sebelas. Setelah ada kebijakan baru untuk rolling class. Di kelas dua belas ini, Noella dan Mingyu beruntung bisa satu kelas kembali.
"Ada kak Taehyung sama kak Jimin di lapangan." Bisik Mingyu lagi berharap pergerakan bibirnya bisa terbaca.
Jungkook melebarkan mata, seingatnya Taehyung dan Jimin sedang camping sekarang. Ada kegiatan entah dari organisasi atau memang dari kampusnya langsung Jungkook lupa.
"Ngapain sih?" tanyanya heran.
"Ngga tau, tapi lo disuruh keluar."
Belum juga menjawab, Noella dan Mingyu tiba-tiba berdiri dari posisinya dan berjalan meninggakan bagian depan kelasnya seperti tidak terjadi apa-apa.
'Lah begimana?' Batinnya tidak mengerti.
Beneran deh, dia sedang dibuat pusing oleh deretan angka dan disuguhkan dua temannya yang tidak jelas membuat otaknya serasa kusut tidak bisa berpikir.
"Jungkook ngapain liat keluar jendela terus? kerjakan tugas kamu."
Dilihat guru rupanya, Jungkook berdiri dari duduknya bersiap keluar kelas setelah mendapat alasan kilat. "Pak, saya izin ke toilet dulu ya."
Mendapat anggukan setuju, Jungkook bergegas keluar. Mingyu dan Noella ada diujung koridor menyuruhnya bergegas menghampiri. Jungkook berlari, membuat poninya yang memanjang ikut naik turun.
'Jungkook makin ganteng bangke.'
Noella berdehem pelan, kalau sampai gagal move on hanya karena melihat Jungkook berlari kan tidak lucu.
Pelet Jungkook terlalu kuat.
"Mana kak Tae?"
Mingyu memandang malas kelinci kesayangan di depannya, "noh dilapangan!" tunjuknya tepat ke tengah lapangan, Jimin sedang bermain basket dengan murid kelas sebelas. Jungkook tau karena ada yang dia kenal disana. Sedangkan Taehyung duduk di samping lapangan.
Menarik lengan yang mulai sedikit berotot itu cepat, Mingyu berlari diikuti Noella yang masih saja mengagumi setiap lekuk wajah Jungkook.
Padahal setiap hari ketemu, masih saja terpukau.
'Allahu, gua sebenernya udah move on belum sih. Sempurna bener ciptaan Tuhan satu ini'
Nah lho, katanya sudah move on.
"KAK! AYO CEPET." Teriakan Mingyu yang cukup keras membuat semua pasang mata di lapangan memandang ke arah mereka bertiga.
Noella menjambak belakang rambut Mingyu sadis, "bego! toa bener suara lo. Ada guru mampus."
"Ya ngga usah di jambak dong rambut gua badut! enteng bener tu tangan."
"Lo ngeselin!"
"Lo lebih?!"
'Mereka temen bukan sih?' ringis Jungkook yang berakhir menggeret dua temannya ini.
Lama kalau Mingyu dan Noella sudah adu mulut, seperti pasutri baru berantem. Jungkook menggeret keduanya ke parkiran, sesuai arahan Jimin tadi yang berlari dari lapangan dan memberi kode untuk mereka langsung ke tempat parkir.
"Udah berantemnya woy, kok bisa lo berdua temenan heran gua."
Jimin membuka pintu mobil, menyuruh Noella duduk di kursi paling belakang. Disusul Jungkook dan Mingyu di tengah.
"Gua juga heran, bisa-bisanya sekelas sama nenek lampir lagi." Jawab Mingyu setelah semua sudah duduk rapih dan Taehyung yang sudah menyalakan mesin mobil.
"NENEK LAMPIR PALALO! LO TUH GENDERWO SEREM NYEBELIN."
Mingyu dan Jungkook menutup telinga mereka. "Brisik bangke!" sebal Mingyu yang menepuk jidat putih Noella.
"Gua kawinin lo berdua lama-lama nih." Jimin menunjuk dua orang dibelakangnya dengan pocky yang tengah dia makan.
"Dih najis."
"Ogah Mingyu bau."
"Halah bilang aja lo belum move on dari Jungkook."
"MINGYU!"
Tuh kan, tidak ada habisnya. Jungkook sampai hampir lupa menanyakan mereka akan kemana.
"Mau kemana sih kak?"
"Rahasia dong." Jawab Jimin dengan wajah menyebalkan.
"Ini kita bolos semua?" tanyanya lagi. Sudah kelas dua belas sekadang, bolos itu hal sakral bagi Jungkook yang sekarang tidak mau lagi membuat masalah.
"Ngga, ntar kakak izinin kalian bertiga tenang." Kali ini Taehyung yang menjawab.
Moodnya sedang di atas sekarang, tidak sabar sampai ditujuan. Dua hari tidak bertemu Jungkook benar-benar membuat Taehyung rindu. Bagaimana nanti kalau Jungkook sudah benar-benar berkuliah di korea selatan seperti impiannya, dia pasti akan merindukan adiknya setiap saat.
Lebih dari setengah jam mereka baru sampai. Jungkook turun, matanya tidak lepas dari tulisan besar di atas bangunan minimalis namun terlihat nyaman ini.
Taekook's Cafe.
Matanya melebar, beralih memandang Taehyung yang sudah merangkulnya.
"Kak? Taekook tuh Taehyung Jungkook kan?"
Taehyung tertawa kecil, mengusak poni adik kesayangannya gemas. "Iya nama gua sama lo, ini kafe kita hadiah buat ultah lo dua hari lalu. Sorry, bikin lo bete karena cuma bisa ngucapin lewat chat."
Perkataan Taehyung benar, dia memang sempat ngambek lantaran si kakak tidak ada saat dirinya ulang tahun.
Taehyung menuntunnya berjalan masuk diikuti yang lain. Jungkook jadi ingat Taehyung akhir-akhir ini selalu sibuk dan selalu pulang larut, sepertinya bukan hanya karena organisasi anak itu tapi juga karena mengurus pembangunan kafe baru mereka.
Cemberut lagi, Jungkook menghalau air matanya yang berdesakan ingin keluar. Terharu dengan apa yang dilakukan kakaknya.
Pintu dibuka, seorang anak kecil berlari kepayahan ke arah mereka. Jungkook berjongkok, merentangkan tangan menunggu si adik yang sudah berusia satu tahun empat bulan itu sampai dipelukannya.
Tae Ra menubruk dada Jungkook, tawa gemasnya keluar membuat yang lain ikut gemas. Anak itu menepuk-nepuk pipi Jungkook hingga air mata yang Jungkook tahan dan menggenang di pelupuk mata terjatuh.
"Thiii angissss?"
Yah, ketauan bocil.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Dek Jungkook ✔
FanfictionBagaimana jadinya jika si anak tunggal Jeon Jungkook dan Kim Taehyung dipertemukan sebagai saudara? Meski tidak sempurna, Taehyung tetap kakak yang Jungkook inginkan. Keduanya berusaha saling menyatu dalam ikatan persaudaraan, tidak terlalu sulit t...