[BACA DESKRIPSI DULU SEBELUM MEMULAI]
Tuk!
"Ahhh, segarnya.."
Pagi-pagi paling nikmat minum susu hangat dan roti bakar dengan selai strawberry, yang di sajikan sambil menonton adegan mutilasi di laptop, kehangatan susu dan manisnya selai itu berpadu jadi satu di mulut.
Seorang pria bertubuh kecil, parasnya terlihat agak feminim itu bangun dari duduknya dan berjalan menuju keluar, ia berhenti di depan pintu kamar lain.
Berhadapan tepat di depan kamarnya.
Papan nama menempel di daun pintu bertuliskan angka 10 kemudian ia masuk ke sana, lantai merah di penuhi darah yang sudah mengering, dengan senyuman sumringah pria itu berjongkok dan memegang dagu seseorang yang tersungkur di lantai.
Sebut saja dia; Mukchan.
"Apa kabar?"
"Mhhh.. mmhh...mmmh" mulut Mukchan yang tersolasi dan tangannya di ikat kuat-kuat menggunakan tali tambang, Mukchan meronta-ronta dan menangis histeris.
"Kenapa?" tanya pria feminim itu.
"Mmhh..mmh..." ronta Mukchan lagi. Pria feminim itu terkekeh dan menghela nafas pelan, tangannya mengusap-usap solasi itu dan..
Sreek!
"Ahhk!"
Pria feminim itu melepas solasi itu dengan kencang, ia merasa sangat puas, "huhu..apa salah..ku.. hah?! .." tangisan dan rengekan dari Mukchan memekakkan telinga si pria feminim.
"Kamu berisik ya.. memangnya aku ngapain?"
"B-bun..uh.. kamu pembunuh!" teriak Mukchan dan memelototi pria feminim, tanpa rasa takut dan enggan untuk mengedipkan mata.
"Hm.. membunuh? Aku tidak pernah membunuh, tuh."
Mukchan mengeratkan giginya dan berteriak histeris kemudian menangis lagi, jujur saja ia sudah di kurung selama seminggu di ruang kecil dengan satu jendela dan satu pintu saja.
Hanya di beri makan satu buah roti untuk satu hari, dan air mineral dalam kemasan gelas satu.
Dia juga tak di kurung sendirian, ada para mayat yang menemaninya di sana. Beberapa mayat ada yang sudah mulai membusuk dan di penuhi lalat, juga belatung. Pemandangan yang sangat menjijikkan, apalagi kalau Mukchan makan.
"Bajingan banci! Lebih baik bunuh saja aku... bangsat!" Teriak Mukchan lagi dan menatap tajam pria feminim.
"Terkabulkan."
Jleb!
"Wah, aku memang hebat ya. Dia mati karena satu tusukan saja." Pria feminim itu tertawa lepas setelah menusuk leher Mukchan sampai tembus dan koyak.
"Mungkin aku harus berhenti membunuh... kira-kira sudah berapa orang ya yang membuat tanganku jadi berlumuran darah..? Hm, mungkin sepuluh orang, atau lebih?"
Omong kosong, sudah ratusan lebih atau bahkan sampai hampir seribu orang yang sudah ia buat meregang nyawa. Mayat Mukchan ia tinggalkan begitu saja, pintu kamar nomor 10 itu dia tutup rapat dengan gembok besar.
Pria feminim itu tertawa lepas dan berjalan ke kamarnya lagi.
Duduk lagi di kursinya dan melanjutkan menonton video mutilasi, meneguk secangkir susu yang sudah mendingin.
"Aku bosan sekali, kayaknya harus cari mainan baru. Tapi.. aku harus cari dimana?"
Pria feminim itu mem-pause videonya dan mencari sesuatu di laptop, setelah beberapa lama penelusuran pria itu menyeringai.
"Ini dia!"
"Aku harus segera bersiap-siap."
Klik!
--><--
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHOPATH || BL18+⚠
Mystery / Thriller[SELAMAT DATANG DI DUNIA RAY] Berawal dari kebosanan hidup yang terus bersiklus. Ray Regan, seorang pembunuh yang masih amatiran namun sudah berhasil mencetak rekor sebagai pembunuh paling banyak hanya dalam tiga tahun saja. Setiap ada waktu, dia me...