41. Belanja

5.3K 709 30
                                    

"Five little ducks went out one day,
Ovey the hills and fay away.
Mothey duck said, 'quack quack quack quack,"'But only fouy little ducks came back.".

Nyanyian khas anak-anak tersebut menggema di ruang tengah sebuah unit. Pelafalan huruf 'R' yang belum sepenuhnya benar.

Sambil menggambar, gadis kecil itu bernyanyi. "Fouy little ducks went out one day, Ovey the hills and fay away...."

"Mothey duck said, 'quack quack quack quack,' But only four little ducks came back." Yang langsung di sambung Kirana membuat Zidny mendongak lalu tersenyum. Kemudian kembali menunduk untuk melanjutkan gambarnya.

"Belum selesai, ya?" tanya Kirana lembut seraya mengusap rambut Zidny yang terasa begitu halus. Mengamati Zidny yang sangat mirip dengan Akram, apalagi mata sayunya. Tidak ada miripnya dengan Odit. Tapi, Zidny juga cantik.

"Udah. Ini." Zidny yang posisinya tadi tengkurap lalu duduk memberikan kertas berisi gambarnya pada Kirana.

"Wah! Bagus banget!" puji Kirana merasa takjub dengan kemampuan Zidny. Masih berusia tiga tahun, tapi sudah pandai menggambar walau tidak serapi orang yang mahir menggambar.

Gambar yang dibuat Zidny berupa boneka beruang yang sedang duduk memakai dasi kupu-kupu.

"Mau warnai?" tanya Kirana yang langsung diangguki Zidny dengan semangat. "Beruang warnanya apa?"

"Cokka." Tangan mungil itu mengambil pensil warna berwarna cokelat membuat Kirana tersenyum tipis.

Zidny kembali tengkurap seraya mewarnai gambar karyanya sendiri.

Kirana sendiri takjub pada Zidny yang tidak seperti anak kebanyakan di zaman saat ini. Alih-alih Zidny menggenggam ponsel untuk menonton atau bermain game, tapi gadis kecil itu lebih memilih bermain dengan mainannya atau menggambar seperti ini.

Merasa salut pada Odit yang mengurus Zidny. Meski ia tau pasti wanita itu sibuk, namun tetap memperhatikan anaknya. Juga pada Akram. Meski Akram sangat sayang pada Zidny, tapi tidak semuanya apa yang Zidny inginkan Akram turuti. Seperti memakan banyak permen ataupun cokelat.

Kedatangan Akram membuat kepala Kirana menegak, ia tersenyum pada pria itu yang baru saja dari luar membeli susu untuk Zidny.

"Dia gak rewel?" tanya Akram seraya menaruh tas belanja di atas meja.

"Gak. Lagi asik ngegambar," sahut Kirana.

Akram bergabung duduk bersama mereka, melihat Zidny yang sedang mewarnai.

"Emang kamu gak pernah ngasih Nini hape?" Akram membalas tatapan Kirana.

"Pernah. Beberapa bulan yang lalu. Kecanduan hape seperti anak-anak kebanyakan saat ini. Lebih milih nonton hape di kartun daripada main sama mainannya. Tapi, kalau lagi sama saya, saya gak kasih," jelas Akram.

Kirana pun mengangguk pelan.

"Saya juga bilang ke Maminya buat gak terlalu sering ngasih dia hape. Gak baik buat dia. Apalagi masih kecil banget. Terus beliin mainan yang mengedukasi dia. Kalau minta hape, aku nyalain TV terus buka youtube. Nyari kanal isinya nyanyian anak-anak atau film kartun."

"You are a good Papa."

Akram tersenyum hangat lalu menggeleng. Menunduk menatap Zidny. Tangannya mengusap kepala Zidny. "No, I'm not. Saya gak bisa dua puluh empat jam setiap harinya bersama dia."

"Tapi dengan kamu memberi waktu mu dengan Zidny seperti sekarang, membayar semua waktu kebersamaan yang gak bisa kamu lalui bersama Zidny."

"Terima kasih Kirana?"

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang