Tidur Sophie kemarin malam benar-benar nyenyak hingga ia enggan untuk bangun pagi ini. Dirinya sudah sadar, namun matanya tidak mau terbuka. Ia takut dirinya tak lagi berada di dalam dekapan hangat itu jika pria yang sedang memeluknya menyadari bahwa ia sudah terbangun.
Setelah hatinya hancur melihat apa yang sudah terjadi kepada Beryl, Sophie sangat membutuhkan pelukan meski dari seseorang yang paling ia benci sekali pun.
Axl....
Namun dada Sophie terasa sesak mengingat bahwa Axl lah penyebab kematian Beryl. Apa pun itu urusan Axl dengan Van Bergen Sophie tidak ingin tahu, Sophie hanya yakin Van Bergen datang untuk menculiknya karena ia berpikir kalau Sophie adalah kekasih Axl. Padahal tidak ada hubungan apa pun di antara mereka, hanya Xander lah satu-satunya pria yang masih mengisi hati Sophie hingga saat ini.
Membuka kedua matanya, Sophie memilih untuk bangun agar Axl segera pergi dari kamarnya. Mata cokelat Sophie langsung bertabrakan dengan bola mata biru terang yang membuatnya terpaku. Mata itu menyorot lelah dan sendu, Sophie tahu hanya di mata itu ia dapat melihat Xander namun pagi ini ia tidak bisa tertipu lagi. Rasanya sosok Xander yang ia kenali sangat menonjol pagi ini.
"Xa-Xander?"
"Sophie..."
Oh, tidak. Dia Xander, Sophie benar-benar berada di dalam dekapan Xander!
"Ka-kau....Xander, a-aku...." Sophie bahkan kehabisan kata-kata, wajahnya sudah berurai air mata karena ia sangat lega dapat melihat Xander yang ia pikir sudah mati.
"Jangan menangis, Sophie"
Sophie mengecup telapak tangan Xander yang menangkup pipinya lalu bertanya, "Ke mana saja kau selama ini?"
Xander menghembuskan nafas pelan, "Ada banyak hal yang harus kukatakan kepadamu" ucap Xander dengan lesu, "Dan aku tidak tahu harus mulai dari mana"
"Xander jangan katakan apa pun, aku hanya membutuhkan pelukanmu saat ini" Sophie masuk ke dalam dekapan hangat pria itu, lagi-lagi ia menangis di dada Xander meskipun Xander melarangnya. Oh Tuhan, Sophie merindukan Xander dengan sangat buruk, ia tidak bisa membenci pria itu meski Xander telah menyeretnya ke dalam masalah yang besar.
Masih memeluk tubuh rapuh Sophie, Xander membimbing gadis itu untuk duduk dan ia langsung menempatkan Sophie di atas pangkuannya. Mereka berciuman, melepaskan rindu yang tak mampu lagi mereka tahan. Sophie membalas setiap lumatan dan belaian lidah Xander yang hangat di bibirnya. Luka yang belakangan hari ini ia rasakan seolah-olah terobati oleh ciuman itu.
Merasa cukup Xander melepaskan bibir Sophie lalu menatap ke dalam bola matanya yang lebar dan mungil. Begitu banyak yang harus mereka bicarakan, selama ini Xander terlalu banyak berbohong kepada Sophie terutama tentang identitasnya dan penyakit kejiwaan yang ia derita. Oh, Xander takut Sophie lari terbirit-birit setelah mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
En Pointe (Exotic Dances Collection 4) / Complete
RomanceExotic Dances Collection #4 Impian Sophie Banks hanyalah satu yaitu menjadi tokoh utama pada seni pertunjukan balet tingkat internasional, dan impian itu nyaris terwujud andai saja tragedi pembunuhan John Van Bergen tidak terjadi di pertengahan pert...