Pagi ini terlalu cerah,panas. Itu tak akan membuatku senang. Aku benci ini.
"Hah.. Kenapa kau tak datang tuan awan?" aku bergumam di depan jendela kamarku.
Aku benci mengatakannya, tapi aku tak menyukai kehidupanku. Aku... Aku merasa hampa.
Kulanhkan kakiku menuruni anak tangga, aku bukan yatim piatu yang tak memiliki orang tua. Aku masih memiliki mereka, lengkap. Hanya saja mereka yang seperti tak pernah menganggap diriku ada.
"Selamat pagi" ucapku saat aku sampai di meja makan.
Ayahku..
Ibuku...
Adikku...
Mereka seperti bukan keluargaku, Ibu memandangku dengan tatapan malas miliknya yang sangat kentara di wajah cantik itu, kemudian Ayah mengabaikanku, dan yang terakhir Adikku, dia melihat jijik padaku.
Aku hanya mencoba tersenyum, meyakinkan pada diriku sendiri untuk baik-baik saja. Aku mendekati Ayah dan Ibu berniat untuk berjabat tangan sebelum aku pergi ke sekolah.
"Ibu, Ayah..." ucapku tepat di sisi mereka yang tengah duduk. Mereka memberikan tangannya untuk kujabat, ya.. Hanya itu. Tak ada ucapan selamat pagi, tak ada sapaan penuh kasih.
"Ayah, Ibu... Aku juga akan berangkat," ucap adikku yang tba-tiba juga bangkit dari duduknya. Ibu tersenyum lalu mencium kening Adikku, ia memberikan uang saku empat lembar berwarna biru padanya.
"Hati hati ya sayang..." ucap Ibu yang selalu penuh kasih sayang hanya pada adikku itu.
"Jangan mengebut.. Ok.." bahkan ayahku juga sama, mereka berdua selalu lebih menyayangi adikku. Aku tak pernah iri walau satu kali pun, tapi tak bisakah mereka setidaknya memberikan setitik rasa sayang dan kasih itu padaku?
"Siap Ayah, Ibu. Aku pergi..." ucap adikku dan ia segera bergegas keluar.
Hening.
Aku tak mengharapkan uang saku. Tidak. Aku hanya berharap Ibu mencium keningnku, Ayah mengucapkan hati-hati padaku. Tapi apa? Mereka berdua acuh mengabaikanku seolah aku tak berada di sana.
"Aku akan berangkat.. Ayah.. Ibu.." ucapku sekali lagi. Ayah bahkan tak meliriku, dan ibu dengan tatapan malasnya mengatakan, "pergilah." Ya... Sangat singkat.
Dengan perasaan hampa aku berjalan keluar, menyusuri jalanan yang sedikit ramai di pagi ini hingga tiba di halte. Ayah dan Ibu tak memberikanku kendaraan pribadi untuk ke sekolah, motor atau bahkan mobil seperti yang mereka berikan pada adikku.
Ya.. Aku tak masalah dengan itu lagipula aku juga tak bisa mengendarai motor maupun mobil.
--Tintt
Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat didepanku, tanpa menebak aku sudah tahu siapa itu.
Dapat kulihat jika orang-orang yang menunggu bus di halte ini bahkan terpekik kagum, oh tidak, itu pemandangan yang terlampau biasa.
"Masuk" ucapnya dingin sambil menarik lenganku.
Aku tak bisa melawan, aku tidak tahu caranya. Mau tidak mau aku masuk dan kini aku berada di satu mobil denganya.. Lagi.
Siapa dia?
"Vad... " panggilku lirih, aku menunduk, tapi aku tahu ia pasti mendengar suaraku.
"Hm?" jawabnya tanpa mengalihkan fokusnya pada jalanan ramai di depan sana.
"Tidak jadi. " gumamku lirih, aku terlalu takut walau sekedar mengatakan jika aku ingin mampir ke toko kue, aku berniat membeli satu buah pai apel di sana. Perutku lapar, sejak semalam aku tak makan dan tadi aku tak sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE & ONLY (BL)
Teen Fiction"Aku ingin bebas, pergi terbang bersama angin, atau mengelilingi samudra bersama air. Aku ingin berlari terbang lalu hilng dalam damai." Yugen "Kau tak akan kemanapun tanpa aku, kau membutuhkanku, aku pemilikmu Yu.." Vad "Aku tak ingin kau selalu te...