Karena ada rapat osis dadakan, Rami baru sampai rumahnya pukul 5 sore. Ia nampak gelisah, takutnya Rara menunggunya lama
Saat ia memasuki rumah, suasana nampak sepi, tak ada siapapun. Ia mulai khawatir, takut terjadi sesuatu dengan Rara
Ia melirik ponselnya, sebelumnya ada pesan masuk dari calon kakak iparnya yaitu Mela. Ia terpaksa harus pergi meninggalkan Rara dikarenakan ada pekerjaan mendesak yang tak bisa ia tinggal. Begitupun dengan Martin yang entah bagaimana tiba-tiba juga ada urusan mendadak
Rami menuju kamarnya, berharap gadisnya itu masih ada. Eh ko gadisnya. Ia segera menepis pikiran itu
Dan ia mulai bernafas lega saat gadis itu masih terbaring di balik selimut di kamarnya. Menutupi seluruh tubuhnya dan wajahnya, hanya menyisakan matanya yang masih terlihat
Rami tersenyum
Cantik
Dan tak lama ia memukul kepalanya sendiri, guna menghilangkan pikiran konyol dalam otaknya
Ia memutuskan untuk membangunkan Rara. Semakin lama melihat Rara, ia semakin merasakan hal yang berbeda. Ini tak boleh terjadi. Apalagi jika rasa itu hanya dia yang rasakan, ia tak siap jika terluka lagi
"Bangun Ra. Ayo mau pulang ngga? " Rami menarik selimut yang menutupi tubuh Rara. Namun gadis itu tetap tidur
"Bangun ih. Cepetan udah sore" tak lama Rara mengerjap matanya lucu, menutup mulutnya yang menguap. Ia menatap Rami samar-samar, sepertinya kesadarannya belum benar-benar kembali
Ia hanya duduk diam, menatap Rami dengan linglung "Bangun hey. Sadar" Rami menggoyang goyangkan lengan Rara, mencubit pipi Rara dengan gemas
"Ih sakit" Rara menggerutu kesal
"Mangkannya bangun"
Tanpa menjawab pertanyaan Rami, Rara langsung berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Matanya yang bengkak sehabis menangis, membuat matanya semakin sulit terbuka
Rami tau jika wajah gadis itu terlihat sembab, ia khawatir, namun ia mencoba untuk tidak ikut campur. Hubungan mereka tidak terlalu dekat, rasanya akan terasa ikut campur jika Rami menanyakan keadaannya
Selang waktu berlalu, akhirnya Rara terlihat segar. Meski matanya masih terlihat bengkak, tapi senyum tak ia hilangkan. Ia menatap Rami yang sepertinya jengkel karena menunggu Rara terlalu lama
Seakan tak perduli, ia menaiki motor Rami begitu saja seakan merasa tak bersalah "Ayuh ih cepetan. Katanya mau nganterin pulang"
Dengan langkah malas, Rami menaiki motor itu dan melaju cepat membelah jalanan yang mulai gelap
Sepanjang jalan Rara yang biasanya cerewet, kini mendadak diam. Pikirannya berkelana akan ucapan Mela dan Martin tentang Bara
"Enggak sepenuhnya salah Bara Ra. Lo tau dia cuma remaja labil yang menginjak dewasa. Wajar kalau dia melakukan kesalahan kayak gitu. Tapi bukankah dia udah minta maaf. Apalagi dia sampe sujud sujud kek gitu. Bertahun tahun dia merasa bersalah, harusnya itu udah cukup buat menghukum dia. Toh selama ini dia udah memperlakukan lo dengan baik. Bahkan ketika lo cuma manfaatin dia buat deketin Raka, dia kan ga marah. Ra kalau lo lupa, lo itu bukan Rara yang asli" ucap Mela dengan menusuk
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STORY OF RARA (End Season 1)
Fantasía(Transmigrasi series 2) Ratna seorang wanita karir yang kehilangan keluarganya pada saat wisuda, yang memiliki hubungan dekat dengan abang kandungnya Dan rara seorang gadis berseragam SMA yang sangat dibutakan cinta, membenci keluarganya, terutama s...