Drap... Drap... Drap...
Entah sudah seberapa jauh aku berlari di hutan ini, aku terus berlari tak tentu arah demi selamat dari tangkapan mereka. Awalnya aku hanya mencari kayu bakar di hutan ini untuk persediaan panti asuhan, ketika aku selesai mereka mencegahku untuk pulang, mereka memukuliku sampai babak belur tanpa alasan, kini aku berhasil kabur dari mereka dan mereka mengejar di belakang.
Kemudian aku menemukan jalan yang berbelok, jalan di hutan itu seperti khusus dibuat, aku mencoba ke sana dan sampailah aku di sebuah gua yang sangat besar banyak tanaman belukar yang menutupinya, aku harap bisa bersembunyi di sini. Aku masuk ke dalam gua itu cukup dalam.
"John! Percuma kau bersembunyi, aku pasti menemukanmu ini wilayahku!" suara itu, Martin si perundung.
"Tidak! Mereka tidak boleh menangkap aku, aku harus bersembunyi dan selamat kalau tidak Ibu panti akan khawatir." Lalu aku mencoba masuk lebih dalam ke gua ini, anehnya gua ini bukan semakin gelap justru semakin terang, semoga aku selamat karenanya. Tapi ternyata dengan mengikuti cahaya ini aku mendapatkan masalah baru. Aku John usiaku 16 tahun, aku genius tapi penakut. Kejadian ini yang membuatku tidak bisa mempercayai siapa pun lagi.
"Uh... Kepalaku rasanya sakit sekali." Aku tersadarkan dalam keadaan terbaring, "Ah! Apakah mereka sudah tidak mengejarku lagi?!" aku bangun dan berposisi siap siaga sambil melihat sekeliling, aku siap lari lagi kalau perundung itu masih ada. Aku mengela nafas sangat panjang, lalu duduk karena sudah aman.
Saat aku duduk aku merasa berada di tempat yang berbeda, pohon-pohonnya, binatang-binatangnya belum pernah kulihat sama sekali, binatang di sini kecil dan memiliki sayap semua terasa asing. Kemudian tidak lama setelah kumelihat sekeliling ada makhluk asing yang menghampiri, makhluk itu terbang menuju ke arahku, sosoknya besar begitu pula dengan sayapnya, aku mulai panik dan sekujur tubuhku bergetar, aku tidak bisa berlari karena tiba-tiba kakiku terasa lemas. Dia semakin dekat ketika sudah di hadapanku, aku pingsan.
"Ah, silau sekali, ada di mana ini? Apa aku pingsan lagi," aku bergumam dan mengucek mataku, sorot lampu ini tepat mengenai mataku. Sepertinya aku ada di sebuah kandang.
"Siapa kau? Kenapa ada di sini? Kau pencuri ya? Mengakulah!" Kemudian ada seseorang bersuara, suaranya seperti perempuan agak melengking, dia bicara tanpa henti dengan nada yang sinis.
"Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti! Ah, sial sebenarnya aku ini di mana sih!" aku balas dengan nada marah ke perempuan itu. Lalu, dia terkejut mendengar aku berbicara.
Kemudian perempuan itu berjalan ke arah tumpukan buku yang begitu banyak, membuka lembaran demi lembaran. Dia berhenti di salah satu buku.
"Ah, sudah kuduga, kamu dari Klan Tanah!" dia menunjuk pada buku yang di pegangnya itu. Dia menyalakan semua lampu yang ada di ruangan itu, dan sosoknya terlihat jelas sekarang, dia seorang gadis yang mempunyai sayap seperti burung, dia kemudian menghampiriku. Dan berkata "Maaf atas sikap lancangku, perkenalkan namaku Emily aku dari Klan Angin." Dia tiba-tiba bersikap sopan dan manis karena sepertinya dia menemukan sesuatu yang berhubungan denganku.
"Apa-apaan kau, tiba-tiba bisa bahasaku, dari tadi kau berbicara bahasa yang sama sekali tidakku mengerti. Mencurigakan sekali! Ditambah lagi kenapa kau mengurungku, kau pasti orang yang mau menjual organ dalamku, lepaskan aku!" Aku merasa terancam di tempat asing, terakhir kali yang kuingat aku pingsan di hadapan sosok yang mengerikan, apa itu gadis ini. Meski terlihat seperti manusia biasa tetap saja dia memiliki sayap seperti burung, itu aneh.
"Hahaha... kamu pasti terkejut bisa sampai ke sini. Kamu seperti seorang pengecut saat aku menghampirimu." Dia tertawa sangat kencang, aku memang kaget sekali saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of The Truth
FantasyJohn yang sudah lama tinggal di Panti Asuhan terpencil di desanya sejak usianya masih bayi. John diserahkan oleh seseorang misterius di panti ini tidak ada barang ciri khas yang di tinggalkan untuknya. Seakan-akan John tidak perlu tahu akan latar be...