I would highly recommend playing
Affection by Cigarettes After Sex
while reading this chapter. 🎶
—————
"Eh, Mia! Mau ngapain lo?"
Mia yang sedang menutup pintu kamarnya tersentak karena teriakan panik Jeffrey. Pasti karena bunyi engsel pintu sialan ini Jeffrey jadi tersadar dari lamunannya.
Padahal, sudah bagus tadi Jeffrey sedang diam mematung dan memberikan kesempatan Mia untuk membentang jarak di antara mereka. Pikirnya, jika Jeffrey tidak mau angkat kaki dari apartemennya, maka biar ia saja yang angkat kaki dari hadapan Jeffrey dengan mengurung diri di kamar.
Akan tetapi, upaya Mia untuk membentang jarak harus gagal karena sekarang Jeffrey menahan pintu yang hampir tertutup dengan tangannya.
Jeffrey meringis. Tangannya sakit, tapi tak apa—daripada sekat itu harus memisahkan ia dengan dunianya.
Mia pun mundur begitu mendengar ringisan dari Jeffrey. Ia kini tidak lagi memaksa menutup pintu kamarnya. Memang, ia mengingkan jarak dari Jeffrey, tapi bukan berarti ia ingin membuat pria itu terluka. Hatinya bisa ikut terluka nanti.
Merasa diberikan izin oleh Mia untuk masuk, Jeffrey langsung merangsek masuk ke kamar Mia dan duduk di kasur.
Mia memunggungi Jeffrey. Enggan untuk melihat wajah Jeffrey yang telihat begitu khawatir. Khawatir perihal tindakan konyol yang mungkin Mia lakukan; mengingat perempuan itu sedang memiliki masalah.
Ah, ya, tentang masalah...
Jeffrey jadi berpikir penolakan yang terus ia terima mungkin disebabkan dari bantuan atau penghiburan yang ia berikan tidak mampu meringankan masalah Mia. Mudahnya, seperti sakit perut tapi diberi obat pusing.
Tapi, sulitnya di sini, Jeffrey tidak tahu apa sakitnya. Ia sudah mencoba menerka-nerka makna dari tindakan tanpa kata Mia, namun hasilnya nihil. Ia tetap tidak mendapatkan clue apapun akan masalah Mia.
Ini membuat Jeffrey yakin kalau ia harus membuat Mia berbicara. Tiada jalan lain untuk memahami untuk masalah sang gadis dan membuatnya tidak lagi ditolak.
Jeffrey lantas meraih tangan kiri Mia dan menggengamnya cukup erat. Sengaja, selain agar tidak bisa kabur lagi darinya, ia ingin membuat Mia nyaman untuk menumpahkan keluhkesahnya.
"Tadi kita masih masak indomie bareng." Jeffrey mengulas senyumnya teringat kehangatan di dapur tadi.
"Jeff tinggal makan sebentar dan tiba-tiba Mia jadi kayak gini, diemin Jeff." lanjut Jeffrey dengan nada bicara yang sedikit berubah. Tetap lembut, namun terdengar lebih sendu.
Ia mengusap punggung tangan Mia yang digenggamnya, "Mia kenapa? Kalo Jeff ada salah sama Mia, tolong kasih tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FIRST ONE | Jung Jaehyun
Fanfiction"Apa yang lebih enak dari makan indomie kuah saat hujan?" "Kelonan." Sebuah cerita tentang hujan, indomie, serta perang rasa tanpa komitmen. Definitely not the first time for them, but the first one. p.s: I made a playlist that you could listen whil...