"Hey hey heyy!! Ini udah jam berapa?! Udah waktunya pelajaran dimulai kok masih pada di luar semua. Ayo masuk-masuk!!" perintah bu Ayani saat baru saja ingin memasuki kelas XI IPA 2.
"Yahh bu, ini masih jam tujuh lebih lima menit bu. Masih pagi ini," ujar Riki.
"Eh eh, kamu itu ketua kelas malah ngajarin yang nggak bener, udah masuk-masuk!" ucap bu Ayani.
Melihat bu Ayani yang sudah memasuki kelas, semua murid langsung duduk ditempatnya masing-masing.
"Menurut kepercayaan, berdoa, mulai," ucap Riki memimpin doa pagi.
Di kelas ini memang banyak yang berbeda kepercayaan. Contohnya Riki si ketua kelas, ia beragama Islam, Belen beragama Kristen, Cici beragama Hindu, dan masih banyak lagi yang lainnya.
"Selesai, beri salam,"
"Pagi buu."
"Yaa pagi."
"Ayo langsung buka bukunya. Hari ini kita akan membahas materi tentang tanah liat." Bu Ayani adalah guru fisika. Ia terkenal dengan ketegasan dan kedisiplinannya.
Guru yang hampir tidak disukai semua muridnya. Badannya lumayan berisi dan selalu memakai kacamata tipis.
"Kalian tahu apa maksud dari tanah liat?" Bu Ayani berdiri di tengah barisan meja.
Tidak ada yang menjawab.
"Tanah liat adalah tanah yang liat," Budi menyeplos.
"BHAHAHAHHAHA." Seisi kelas tertawa.
"Kenapa ketawa?" tanya bu Ayani tidak suka.
"Ya masa tanah liat adalah tanah yang liat sih bu? HAHAHA," ucap Delisa yang masih belum meredakan tawanya.
Hening.
Semua mata tertuju pada Delisa, termasuk Riryn, Manda, dan Belen. Delisa mematung. Merasa ia melalukan kesalahan.
Apa nih? Kok pada ngeliatin gue?
"Kenapa pada ngeliatin gue?" tanya Delisa pada teman-teman sekelasnya.
"Lo kenapa Sell?" tanya Cici di barisan paling kanan.
"Lo gak kenapa, Sell??" tanya Pano di barisan kiri paling belakang.
"Sudah-sudah. Malah pada ngalihin topik. Ibu lanjut materinya," ucap bu Ayani menengahi.
🏵️🏵️🏵️
"Lo nggak biasanya kayak tadi, Sell," ujar Belen.
Saat ini mereka sedang berjalan beriringan menuju ke kantin. Sellyn dan Riryn memimpin di depan, Manda dan Belen mengikuti di belakang.
"Nggak biasanya gimana?" tanya Delisa menoleh sekilas pada Belen sambil menahan rasa gugupnya. Riryn sedikit menyadari rasa gugup temannya itu.
"Kalo biasanya lo selalu jaga image di depan guru-guru, semacam cari muka gitu, biar dapet peringkat pertama terus," ceplos Riryn.
PLAK
Belen memukul bahu Riryn. "Lo bisa diem gak sih, Ryn?"
"Lah emang bener gitu, kok. Jangan sering suka ngebatin tingkah lakunya Sellyn, kalau salah tegur langsung. Capek gue diem-diem mulu," jelas Riryn.
"Ya gak gitu juga, Ryn." Manda ikut mengingatkan.
"Ck, gak papa. Santai aja kali. Gue juga udah capek akting depan guru. Persetan sama omangan orang. Gue udah gak peduli," jawab Delisa santai.
Keliatan natural kan gue ngomong? Iya gak sih.
Teman-temannya hanya mengangguk mengerti. Mereka berfikir, mungkin Sellyn sudah muak dengan semua drama yang ia lalukan.
Tanpa diduga, saat baru saja ingin memilih tempat duduk ia bersimpangan dengan Aldi dan teman-temannya.
Reflek, Delisa langsung melambaikan tangan kanannya, tersenyum lebar dan memanggil nama Aldi bagaikan mereka mengenal dulu.
"Aldi!" panggil Delisa semangat.
Tiba-tiba hening. Semua mata terfokus pada Delisa dan orang yang dipanggilnya, Aldi.
Tidak terkecuali, Jino, Abet, dan Memet yang ada di samping belakang Aldi, begitu pula dengan teman Sellyn.
Aldi hanya berhenti sejenak, kemudian ia berjalan melewati Delisa dengan tatapan datarnya. Rangga dan kawan-kawan yang melihatnya pun terheran-heran.
Seketika Delisa membeku. Perlahan ia menunduk dan menurunkan lambaian tangannya. Ia baru ingat bahwa sekarang ia bukanlah Delisa, melainkan Sellyn.
"Kok lo tau, kalo nama dia Aldi, Sell?" tanya Manda penasaran.
Delisa geleng-geleng dan tersenyum kecut. "Udah yuk, nggak usah dipikirin."
"Duduk sana aja, Sell," ujar Belen menunjuk bangku kosong.
Riryn merasa aneh dengan Sellyn, buru-buru ia membuang jauh-jauh pikiran negatifnya.
Seisi kantin juga sudah terfokus pada makanan masing-masing. Tapi tidak dengan Rangga dan Revin. Rangga benar-benar bingung dengan sifat Sellyn. Ia menoleh ke arah Revin di depannya, namun Revin hanya mengangkat bahunya tidak tempe.
Jujur saja, saat istirahat tiba tadi. Rangga sedikit mengharap kalau Sellyn akan menghampirinya, tapi waktu ia ingin menunggu Sellyn, Revin sudah mengajaknya ke kantin.
☀️TO BE CONTINUED ☀️
681 kata.
Garing ya? Kalo gitu, gue saranin, baca part selanjutnya aja deh.
Ketemuan yuu,
IG: @sheseesyi
Emang gada apa-apanya sih, tapi.. ya gada tapinya. Kalo mo follow ya follow aja, ga maksa. Pokoknya follow!!Vote!!
Komen!!
Share!!!
MAKSAAA!!SEE YOU NEXT PART!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SHE
Teen FictionKenapa bisa orang itu mengaku sebagai ibunya? Apakah ia bertransmigrasi di tubuh orang lain? Haha ada-ada saja. Atau mungkin orang itu yang ada gangguan jiwa? "HAH?!" Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "INI APAAN?? KEMANA MUKA GUE?? INI MUK...