14 - Destin

166 45 195
                                    

(Play mulmednya ya gengs :D)

🎡

Selamat hari Senin semua! 😄
Semoga semua aktivitas diberikan kemudahan dan kelancaran.

Gimana kabarnya? Sehat dan bahagia selalu ya! Oh iya, kalau ngga penting banget jangan keluar-keluar ya man-teman. Stay safe, stay health dears! 🤗

Sebelumnya terima kasih banyak untuk kalian semua yang udah support cerita ini sampai hari ini. Love you all, peluk virtual dari Mee 🤗😘

Happy reading!
.
.
.
🎡

Kamis, 25 Maret 2021
Yogyakarta

"Gua duduk di depan!" serunya seraya menahan pintu mobil yang hendak kututup.

Lah, ngapain nih orang di sini? batinku.

Aku mengalihkan pandanganku ke samping. Rei yang duduk di sebelahku juga terlihat keheranan. Sorot matanya mengandung tanya, sejenak ia menoleh ke arahku, lalu mengangkat kedua bahunya ringan.

"Lu ngapain di sini?" Rei membuka suara.

"Ya mau berangkat ke bandara lah," jawab Selena ringan.

"Kenapa nggak langsung ke bandara? Kenapa malah ke sini dulu?" timpalku heran. Padahal rumahnya lebih dekat ke bandara daripada rumah ayahku.

Rupanya ia enggan berbasa-basi denganku. Tanpa menjawab pertanyaanku dia menyela, "Lu bisa kan pindah ke belakang?" tanyanya.

Dengan malas aku turun dan pindah ke kursi belakang, membiarkan perempuan di depanku ini melakukan apa maunya, membuang waktu sekali jika harus berdebat dengannya.

Ayah dan Mama Lisa masih berdiri di depan pintu, sepertinya menunggu sampai aku benar-benar berangkat.

Kulambaikan tangan sekali lagi pada mereka, sebelum aku masuk ke mobil Rei.

"Daa! Ayah!" seruku. Ayah mengangguk dan tersenyum simpul padaku, justru mama Lisa yang membalas lambaian tanganku.

Rei melajukan mobilnya dengan tenang. Aku beralih pada ponselku untuk menghilangkan kekosongan. Biasanya, jika hanya berdua, mungkin aku akan membicarakan banyak hal dengan sahabat kecilku itu. Namun, berhubung ada 'orang ketiga' di antara kita aku jadi enggan membuka suara.

___♡___

Aku paham kenapa Rei mengajak berangkat pagi-pagi. Selain karena jadwal penerbangan, jalanan ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta juga masih lengang, berbeda sekali jika sudah memasuki tengah hari. Mobil melaju dengan kecepatan konstan, tanpa harus mengurangi lajunya untuk mengantri dalam kemacetan.

Sesekali kuedarkan pandangan ke luar jendela, ilusi dari pepohonan yang berjalan, juga awan yang berkejaran dengan mobil ini, sungguh mereka sangat indah. Apa yang paling menyenangkan dari sebuah perjalanan? Ya perjalanan itu sendiri. Jalan-jalan yang kamu lewati, pun klise-klise kenangan yang secara acak muncul tiba-tiba bersamanya. Goyangan pepohonan, kendaraan yang berlalu lalang, burung yang tak sengaja lewat di samping kaca mobilmu atau mungkin seorang anak kecil yang dengan polosnya tersenyum dan melambaikan tangan ke arahmu. Percayalah, itu semua adalah kebahagiaan dan penyembuhan yang nyata.

"Apaan sih?" sergah Rei kasar.

Sontak mataku beralih pada dua anak manusia di kursi depan. Mataku menajam mengawasi mereka yang telah mengusik ketenanganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WA'ALAIKA KOOKIE-SSI! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang