Songak, 17 Maret 949 M
=====================
Andra meringkuk di hou-camp-nya. Setelah kabur dari Wang So, anak itu sama sekali tidak menemukan jalan keluar dari hutan. Karena tidak ada jaringan maupun wi-fi, GPS sama sekali tidak berguna di sini.Berterima kasihlah pada serving-tray, karena jika Andra lupa membawa alat itu, ia akan mati kelaparan sebelum tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Akhirnya, semua barang yang ia ciptakan atau modifikasi telah berguna.
Memainkan ponselnya yang sudah hampir habis daya, Andra merenung. Memilih menyimpan ponsel karena sama sekali tidak ada yang bisa dilihat di sana.
Hanbok yang tadi diberikan oleh Wang So masih setia ia pakai. Lagipula lumayan, untuk mengurangi pemakaian baju daruratnya.
"Itu oppa bakal nangkap gue lagi, nggak, ya?" Andra menghela nafas panjang.
"Di sini beneran Goryeo gitu? Ah, masa, sih?! Tapi, kan ... ck! Nggak tahu, ah! Nanti kalau udah pagi, gue bakal keluar buat cari tahu," kata Andra final sambil mengaduk-aduk tas berharap alat pendeteksi manusia yang ia buat setahun yang lalu masih ada.
"Yes! Ada!" Andra tersenyum lega. Hati-hati ia menyalakan alat itu berharap ada sinyal manusia yang ditemukan dengan cepat.
Piip! Piip!
"Wah! Beneran berhasil?!" Andra terkejut.
Sinyalnya berada sekitar 300 m dari lokasi Andra.
Cukup dekat. Apakah Andra ke sana saja, ya?
Bermodal melihat matahari dan menimbang-nimbang pukul berapa sekarang, Andra bertekad untuk menyusul sinyal itu.
Dengan gerakan cepat, Andra mengeluarkan Jubah-Transparan, senter dan flying board dari dalam tas dan berjalan keluar dari hou-camp-nya.
Setelah menaiki flying board dan melapisi hou-camp dengan jubah-transparan, Andra mulai bergerak, menuju manusia lain yang dapat menjelaskan dimana dirinya sekarang.
.....-o0o-.....
Istana Kekaisaran Goryeo, Gaegyeong
Pangeran Wang So mondar-mandir di kamarnya. Pikirannya terbagi antara upacara penobatan dan gadis aneh yang ditemuinya beberapa waktu lalu.
"Hyung-nim, apa yang membuatmu begitu gelisah?"
Wang So sedikit berjengit. Dirinya melihat ke belakang melihat siapa yang datang.
"Oh. Kau," kata Wang So singkat.
Itu Wang Jung. Adik bungsunya. Salah satu dari sedikit saudaranya yang tersisa. Usianya masih muda, sekitar 18 tahunan. Wajahnya putih bersih, matanya membentuk bulan sabit manakala ia tersenyum. Tahi lalat yang terletak di sudut matanya menambah pesona sang pangeran.
Anak itu melompat ke ranjang Wang So, tidak terintimidasi sedikitpun akan tatapan datar kakaknya. Sambil menimang buah persik yang tersaji di meja kecil yang ada di kamar itu, berkatalah sang pangeran.
"Ayolah, hyung-nim. Kau bahkan belum menjawab pertanyaanku. Apa yang membuatmu gelisah?"
Wang So menghela nafas panjang, namun sama sekali tak berniat untuk menjawab pertanyaan sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghabnida, Pyeha! : THE GORYEO'S DORAEMON
Ficción históricaTahu Doraemon? Iya, Doraemon yang itu. Aku akan senang sekali jika jadi Nobita yang akan dibantu oleh Doraemon. Masalahnya .... AKU YANG JADI DORAEMONNYA! Baik-baik. Mungkin itu tidak terlalu menjadi masalah bagiku jika saja orang yang menjadi...