5

3 0 0
                                    

ria menatap javas tajam, seakan ingin membunuh lelaki di hadapannya
"lu pikir klk gua ngerencanain semua itu ara bakal setuju?" lirih ria.
javas melepaskan cengkramannya pada seragam milik sepupunya itu

"apa menurut lu ara bakal balas dendam? apa menurut lu orang sebaik dan selembut ara bakal tega nyakitin lu? DIA BAHKAN GK TEGA BENTAK LU BRENGSEK"

"lu tau selama ini dia bohongin gua, setiap gua tanya gimana sikap lu ke ara dia selalu jawab tentang betapa baiknya lu, seberapa perhatiannya lu ke dia tapi nyatanya itu semua gk bener! gua kira lu bakal jaga ara sampe gua balik tapi lu malah jadi salah satu orang yg nyakitin dia!!" ria melangkah keluar dari sana dengan nafas memburu ia benar benar belum rela atas kematian sahabatnya.

...

malam ini hujan kembali turun ke bumi, membawa angin malam yg dingin menerpa kulit. gadis dengan pakaian tidurnya setia duduk di depan tv menonton acara yg disiarkan sambil meminum coklat panas bersama ibunya.

"kamu kenapa gk mau terapi sayang?"
sebenarnya sudah berkali kali mamanya terus membahas tentang terapi terapi dan terapi tetapi aeera tetap kekeuh pada pendiriannya, dia tidak mau terapi dengan alasan masa lalu hanyalah masa lalu, jika ada kejadian tak mengenakan dari masa lalu itu ia tak mau terbayang bayang di masa sekarang

"nggk ma"

"kenapa? aeera gk mau inget papa?"

"buat apa? kata kak yandra papa itu pemabuk, gk bisa nafkahin kita, sering bentak aeera. walaupun aeera tau dia itu tetep papa aeera tapi aeera gk suka kenangan buruk ma" aeera menggeleng sedangkan mamanya setia mendengar ucapan anaknya

"tapi ma, aeera mau nanya"

"tanya aja gih"

"dulu emangnya aeera pernah tinggal di indonesia ya?"

"seinget mama nggk pernah, liburan ke sini pun nggk emangnya kenapa?"

"nggk kok, yaudah aeera mau balikin gelas dulu" pamitnya

ntah karna pikiran aeera yg sedang kosong atau memang ia ceroboh gelas yg ia taruh di meja jatuh kelantai membuat suara yg lumayan keras. tangannya terulur untuk membersihkan pecahan gelas itu tapi suara aneh kembali terdengar di telinganya kali ini benar benar nyaring ia merasa seperti akan tuli

NGIIIINNGGG

"kerja yg benar! kamu gk tau kan berapa harga gelas ini" wanita paruh baya itu menampar gadis di depannya. sementara sang gadis hanya menangis sesenggukan menahan perih di pipinya yg mulai memerah.
di saat yg bersamaan gadis lain yg seumuran dengannya datang dan mendorong gadis tadi hingga mengenai pecahan gelas itu

"bersihin tu semuanya! jangan sampe ada yg gk bersih!! masih mending lu di kasih tempat tinggal sama mama"

"tapi ini rumah aku, bunda sama ayah cla"

"itu dulu! sekarang rumah ini milik saya dan anak saya claudia" ucap wanita paruh baya itu

"apa gk cukup harta yg di kasih ayah buat kalian? sampe sampe harus ngehasut ayah buat benci aku?" gadis itu menangis sesenggukan di atas lantai dadanya benar benar sesak

"mereka gk menghasut saya! karna memang benar saya akan mewarisi rumah ini untuk claudia" dengan setelan jas nya lelaki yg di ketahui ayah dari kedua anak itu datang kemudian berjongkok mensejajarkan tingginya dengan gadis itu

"yah..." panggil gadis itu lirih

"kamu itu seharusnya mati! gk berguna kamu hidup disini
kamu dan bunda kamu itu sama sama jalang yg haus harta!!" kata kata makian terus berlanjut menorehkan luka pada hati yg sudah hancur. tak ada tempat berpulang untuknya didunia ini hanya tangis yg terus mengiringi disetiap luka yg hadir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dwi DaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang