Thirty Eight : Baby Girl

42 3 0
                                    

Tidak henti-hentinya Gybran mendengus. Menatap kesal sepupunya yang tanpa lelahnya berjalan di depan pintu mansion dengan perutnya yang besar, yang Gybran yakini jika sebentar lagi bayi yang di dalam kandungannya itu pasti akan keluar dan lahir. Jika saja Ryanya tak terus-terusan bergerak seperti itu. For information, sekarang kandungan Ryanya sudah menginjak umur sembilan bulan. Yang artinya, tinggal menghitung hari untuk Ryanya melahirkan. Dan kalau kalian mengira mereka sedang di rumah Ryanya, maka kalian salah besar! Karena sejak sepekan lalu-di saat Artsya melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, lelaki itu menitipkan istri beserta anaknya pada Gybran.

Ah, lebih tepatnya kepada bibinya-Yuan-yang saat ini sedang menjalani misi di luar kota bersama sang suami-Joseph. Dan tinggallah Ryanya, Gybran, Anatasya, beserta pembantu sekaligus baby sitter kepercayaan Yuan yang selalu ia pakai jasanya jika Artsya dan Ryanya menitipkan putranya kepada dirinya. Dan di sinilah mereka. Di ruang tamu dengan Ryanya yang berada di depan pintu utama mansion-menunggu kedatangan suaminya-yang katanya sih akan pulang hari ini. Namun, sampai sekarang mobil kendarannya tak kunjung menampakkan dirinya yang sukses membuat bumil berperut besar itu khawatir.

Tapi, mau sebanyak apa pun Gybran menenangkannya, sepupunya itu pasti akan mengabaikannya dan kembali seperti semula. Yakni, berdiri di depan pintu-menanti suaminya. Memang, memiliki pasangan itu ribet! Apalagi, kalau sudah berhubungan dengan dunia pernikahan. Yaitu, di saat istri sedang hamil besar, suaminya justru tidak menemaninya dan justru melakukan perjalanan jauh. Belum lagi kalau istri yang selalu minta ke suaminya. Di saat suaminya saja tidak ada uang. Dan membeli hal-hal yang tidak penting. Seperti tas, sepatu, skincare, dan make up menor-menor lainnya.

Menyebalkan! Dan itulah alasan utama kenapa sampai sekarang Gybran tak kunjung menikah di saat usianya sudah menginjaki usia yang sangat matang untuk menikah. Yakni, dua puluh empat tahun.

"Gy, hp Artsya gak bisa dihubungi. Gimana nih?" panik Ryanya dengan wajah pias. Menatap sepupunya khawatir.

"Kalo ada sesuatu sama dia gimana? Kalo dia sampe diburu musuh SWI AGENCY gimana?" lanjut Ryanya bertanya yang justru menambah kepanikan untuk dirinya sendiri.

"Tapi, gak mungkin sih, ya. Kan Artsya selalu pake topeng pas misi. Tapi, tetep aja gue khawatir. Kalo sampe Artsya kecelakaan gimana? Kalo sampe-"

"An, cukup! Jangan dilanjutin lagi deh," potong Gybran yang sudah jengah dengan semua ocehan ibu hamil itu.

"Gak bisa, Gy! Gue panik! Tahu gak?!" balas Ryanya dengan nada tingginya. Ada raut khawatir yang terpancar di sana. Membuat Gybran menghela napasnya sabar. Bangkit dari sofanya dan menghampiri sepupunya.

"Sstt ... tenang, ya. Positive thingking aja, oke? Jangan membebani pikiran lo. Ingat! Bentar lagi lo bakal lahiran. Gak kasihan apa sama bayi lo kalo lo stres gini terus. Ntar, kalo dia nangis gimana? Gegara mamanya ganggu ketenangannya," ucap Gybran berusaha menenangkan sepupunya. Ryanya menundukkan wajahnya. Diusapnya dengan lembut perutnya yang sudah membesar itu. Menatap perutnya sendu.

"Kalo emang bentar lagi gue lahiran, kenapa dia gak dateng-dateng? Gue kan hanya pingin bisa lahiran ditemenin dia," curhat Ryanya seraya mengelus-elus perutnya. Gybran mengiba. Menarik napasnya sebelum menyunggingkan senyum tipis.

"Tenang aja, dia pasti bakal dateng nemenin lo kok." Ryanya menganggukkan kepalanya.

"Btw, gue mau stroberi, Gy. Ambilin, ya," pinta Ryanya sembari mengedip-ngedipkan matanya manja. Gybran membulatkan matanya. Melihat perubahan emosi Ryanya yang memang tidak menentu itu.

"Lah? Tadi gue tawarin gak mau. Sekarang, kenapa lo minta sih? Mana gue ke supermarketnya udah tadi," cibir Gybran kesal. Ryanya mengerucutkan bibirnya.

SWI AGENCY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang