BAB 7

1.3K 99 5
                                    

Sebelumnya mohon maaf kalau agak kaku ya soalnya sudah lama sekali hiatus dari adegan ranjang yang hot wkwkwk

21++ psst yang dibawah usia dewasa di harap menyingkir

Happy Reading 🌹

Hal yang paling benar dilakukan oleh Amanda adalah tidak memikirkan pria sialan bernama Dante itu. Tapi,sialnya pikiran nya justru terus teringat akan kejadian beberapa hari lalu. Membuatnya kesulitan melupakan pria itu.

"Sial!!..." Amanda berteriak diloker clubnya. Karena sibuk mengurus tugas akhir kuliah. Amanda meminta cuti beberapa hari dari pekerjaan malamnya. Dan hari ini dia sudah kembali bekerja.

"Amanda," Suara pria bernama Rob memanggilnya.

"Ada apa Rob? "

"Boss mintamu membawa minuman ke ruang merah."

"Ruang merah? "

"Iya, segera pergi ku dengar pemilik ruangan itu agak gelisah beberapa hari ini."

"Gelisah? Tumben sekali kita di ijinkan masuk kesana."

"Entahlah ini perintah boss kau segera lah kesana."

"Baiklah," Amanda membereskan dirinya dan berlalu mengambil nampan di bartender. Entah kenapa perasaan nya terasa sedikit gugup saat ini.

Amanda berjalan masuk menuju pintu bewarna merah di depannya. Perasaan nya menjadi tidak karuan seperti sesuatu menunggu disana. Dia menarik nafas dalam.

Tok tok...

Amanda mengentuk pintu pelan. Dengan pelan dia membuka pintu di depan nya. Menahan nafasnya, Amanda membuka pintu. Seorang pria duduk di sofa bewarna merah sendirian. Di temani wiski di tangan nya.

"Permisi tuan, ini minuman anda," Suara yang begitu familiar di telinganya. Sampai-sampai dia berpikir dirinya sedang berhalusinasi karena mabuk sehingga suara wanita itu pun terdengar mirip dengan dirinya. Amanda ingin berbalik badan dan meninggalkan Dante. Namun suara bariton di belakang nya membuat langkahnya terhenti.

"Tunggu!!"Deg, jantung Amanda terasa berhenti sesaat ketika mendengar suara yang begitu dia kenal. Dia membalik kan badan dan terperangah menatap pria yang duduk dengan setengah berantakan dan mabuk di depan nya.

"Dante,"Suara Amanda tercekat. Rasanya suasana diruangan itu membuatnya kehabisan oksigen dan itu membuatnya terasa sesak.

"Amanda," Dante berdiri dan berjalan ke arah Amanda. Menangkup wajah di depan nya dengan spontan. Amanda terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Dante.

"Lepaskan!!...aku tidak mengenalmu." Masih kesal dengan kejadian beberapa hari lalu. Dimana dirinya terasa di permainkan oleh Dante. Amanda menepis jemari Dante yang menangkup pipi mulusnya.

"Benarkah kau tidak mengenaliku? Tapi, tubuhmu pasti mengenali sentuhan ku kan??" Senyum menyeringai terpatri jelas di wajah Dante membuat bulu kuduk Amanda meremang.

"Sial!!! Aku benci dia jika sudah begini," Gumam Amanda kesal menatap Dante. Dia melepaskan tangan Dante dengan kasar dan berniat pergi keluar. Tapi gerakan Amanda kalah cepat dari pria berbadan lebih besar dan tinggi darinya itu. Tangan besar Dante dengan cepat mengunci pintu di depan nya.

"Kau gila!! apa yang kau lakukan?? Buka pintunya!!" Amanda memberontak marah menatap Dante dengan amarah. Setengah dari diri Dante kehilangan kesadaran nya saat ini. Dia sudah terlalu banyak meneguk wiski yang membuatnya setengah mabuk saat ini.

"Aku tidak bisa melepaskan mu Betrice." Nama yang selalu membuat Amanda terpaku setiap kali bibi seksi di depan nya itu menyebutnya.

"Aku kesini bukan untuk kau permainkan lagi. Jadi tolong tuan Dante yang terhormat buka pintunya. Aku masih harus beker Hmmmmmppp."

The Darkness Of DanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang