Part 1 # Pelarian Tengah Malam

1.7K 40 0
                                    

“Eomma…eomma…” Song Eun Chae terduduk sambil tangan nya menggapai ke udara. Sesaat ia sadar, baru saja kembali terbangun dari mimpi buruknya.

Bagaimana mungkin bermimpi tentang ibu, adalah hal yang buruk?

Song Eun Chae mengambil jam tangan Mickey Mouse yang tergeletak disamping bantal. Ia menatap lekat-lekat kemana arah jarum jam sedang bergerak karena penerangan yang buruk. Sudah hampir sebulan listrik di tempatnya tinggal padam karena ia tidak mampu membayar tagihan listrik dari beberapa bulan sebelumnya. Dan ia terpaksa bertahan hanya dengan penerangan seadaanya yang berasal dari lampu minyak.

Seperti yang telah ia rencanakan, malam ini ia akan meninggalkan tempat yang ia tinggali sekarang. Ia tahu dan sadar kalau apa yang ia lakukan ini adalah tindakan tidak benar dan tidak sopan, ini juga bisa tergolong dalam tindakan melanggar hukum. Tapi ia tak punya pilihan kecuali untuk pergi menyelinap dan melakukan pelarian di tengah malam.

Sudah lebih dari dua bulan ia tak bisa membayar tagihan listrik. Sudah dua bulan pula air tak mengalir dan membuatnya terpaksa mengambil air dari tempat penampungan air umum. Belum lagi tunggakan uang sewa rumah yang sudah melebihi 3 bulan dan besok adalah tenggat waktu yang telah ia sepakati untuk membayarnya. Nyonya pemilik tempatnya tinggal telah begitu baik memberinya kelonggaran waktu, tapi ia benar-benar tak bisa membayarnya. Dan itulah sebabnya ia memutuskan untuk melakukan tindakan tidak terpuji ini. Melarikan diri dengan hanya meninggalkan sebuah pesan singkat berisi banyak sekali ucapan terimakasih dan juga kata maaf.

“Min Chae…ayo bangun…” bisik Eun Chae sambil menepuk-nepuk pipi adiknya lembut. Ia berulang kali melihat sekeliling berharap tak ada siapa pun yang mendengar suaranya. “Min Chae-yah~…” kali ini Eun Chae menarik paksa selimut yang membungkus tubuh adiknya itu.

“Eon..eonni~….” Min Chae terduduk dengan mata masih terpejam.

“Min Chae-yah…buka mata mu. Kita harus pergi. Apa kau sudah membereskan barang-barang mu seperti yang kakak suruh?” tanya Eun Chae menyambar tas ransel milik Min Chae. “Min Chae-yah…Min Chae-yah…kau harus membuka mata mu, o.... Kau bisa tidur nanti. Sekarang kita harus pergi dari sini secepatnya.” Ia kembali menepuk-nepuk pipi Min Chae pelan membuat mata adiknya itu terbuka.

“Eonni…aku, aku masih mengantuk.” Min Chae mengusap-usap kedua matanya.

“Kau bisa tidur lagi nanti di bis.” Eun Chae beranjak mendekati pintu. “Cepat lah…” ia menoleh kearah adiknya yang masih terpaku dalam duduknya. “Cepat…”

“Tapi ini…ini masih...masih gelap.” Min Chae menunjuk kearah kaca jendela yang tidak tertutup oleh kain. “Kita mau…kemana?” dengan langkah berat Min Chae mendekati kakaknya yang telah selesai memakai sepatunya.

“Ehm…kita akan pindah dari sini. Pulang…” Eun Chae menatap mata adiknya tak lama, karena itu dapat membuatnya menangis dan bisa semakin memperlambat kepergian mereka. “Cepat…pakai sepatu mu. Dan pakai ini…” Eun Chae dengan cepat menalikan tali sepatu Min Chae dan langsung memakaikannya jaket ke tubuh adiknya. “Tas mu…” ia juga menyampirkan tas ke punggung Min Chae.

“Benarkah? Kita…kita…akan, kita akan pulang. Appa..eomma…bertemu dengan, kita bertemu dengan appa eomma.” Min Chae melompat-lompat kesenangan.

“Hmm…” Eun Chae mengangguk sekilas dan menarik tangan Min Chae. “Shhhttt….” Suaranya mendesis membuat gerakan telunjuk di depan bibirnya. Min Chae tertawa kecil mengikuti tindakan kakaknya itu. Mereka berjalan berjingkat. Eun Chae menggenggam tangan adiknya erat, sementara tangannya yang lain menenteng tas pakaian. Mereka berjalan sangat hati-hati agar suara langkah pun tak terdengar ketika menuruni anak tangga.

“Eon…eonni…aku mengantuk.” Kata Min Chae ketika akhirnya mereka sampai di halte bis.

“Jangan tidur dulu. Sebentar lagi bis akan datang dan setelah itu kau bisa tidur.” Eun Chae menggoyang bahu Min Chae yang tampak akan jatuh tertidur. Dari arah jauh terlihat lampu bis malam yang sedang mereka tunggu. “Bisnya sudah datang. Ayo…” Eun Chae membantu adiknya untuk bangkit dari duduk.

Saranghanda. Eomma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang