rose again-kaleidoscope one

237 40 15
                                    

Before you read.

Before you read

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elegi

Elegi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaia

***

"Lara butuh perawatan lebih lanjut. Jana, lo jelas tau itu."

Jana bergeming, rasanya dunia yang ia pijaki runtuh seketika saat Kaia—salah satu sahabat dekat dari Lara, mengucapkan hal yang tak pernah ingin Jana dengar sama sekali. Kaia benar—memang benar, seharusnya Lara mendapat perawatan lebih lanjut.

Kejadian satu tahun lalu begitu membekas di kepala Lara dan menjadikannya trauma yang mengendap. Setiap hari—selama setahun belakangan tepatnya, Lara akan mengalami kejadian serupa, ingatannya hanya terpaku pada pertemuan pertamanya dengan Jana yang lantas loncat pada ingatannya saat Raharja datang.

Selama satu tahun, mungkin inilah yang terparah, karena biasanya Jana akan datang lebih cepat dan mencegah Lara yang akan berhalusinasi sampai membuat skenarionya sendiri dengan kejadian yang hampir serupa dengan tahun lalu.

"Lo kenapa datang terlambat? Lo udah tau siklusnya kayak gini dan lo datang terlambat? Bercanda banget, Jan."

Jana mengembuskan napasnya kasar, ia tahu jika ini kesalahan terbesar yang ia lakukan. Seharusnya ia tak meninggalkan Lara begitu lama.

"Dia mukul kepalanya sendiri pakai pemukul baseball," ujar Elegi—sahabat Lara, yang baru saja keluar dari kamar.

Kaia lantas menatap Jana, menuntut jawaban akan pernyataan yang Elegi ajukan. "Itu bener?"

"Gue nggak tau. Tapi yang jelas pemukul baseball yang Lara pegang emang ada darah."

"Jana, nggak lucu. Sumpah," ujar Kaia seraya tersenyum miris.

"Gue nggak tau kalau gue datang terlambat dia bakal berhalusinasi dan mukul dirinya sendiri. Sumpah, gue nggak tau. Gue kira dia bakal pingsan—"

"Dia makin parah. Lara nggak lagi bisa diem di rumah dan berputar di memori yang sama, dia butuh perawatan lebih lanjut," potong Elegi cepat. Bahkan Kaia langsung mengangguk setuju.

"Tapi lo tau sendiri, apapun perawatan yang diterima, Lara tetep nggak bisa sembuh."

Elegi terdiam sejenak begitu mendengar penuturan Jana. "Lo bener."

"Terus lo—nggak, kita mau gimana? Lara cuman punya kita! Gue, Elegi, sama lo Jana. Terus mau gimana?!" tanya Kaia setengah menjerit, bahkan air mata turut serta membasahi kedua pipinya.

Elegi yang saat ini berada paling dekat dengan kamar Lara lantas melirik kondisi Lara yang saat ini tengah tertidur pulas. "Gue yakin dia bakal lebih baik kalau dapat perawatan."

"Kasih gue empat hari lagi buat siap-siap," ujar Jana yang kini ikut melirik kondisi Lara.

"Maksud lo empat hari dengan kejadian yang sama dan berakhir kayak gini lagi?"

"Nggak gitu, Kai. Gue bakal berusaha buat cegah kondisi akhir itu, setelah itu gue setuju Lara dirawat lebih lanjut."

***

Jana mengembuskan napasnya kasar, di hadapannya sudah ada Lara yang sedang berjongkok di depan bunga mawar yang tumbuh subur di depan jendela kamarnya yang sengaja dibuka lebar.

Mungkin tak ada yang jatuh cinta begitu dalam terhadap bunga mawar selain Lara. Wajahnya selalu saja bersinar saat berhadapan dengan bunga mawar, bahkan senyum yang sempat hilang itu akan mengembang sama saat berhadapan dengan bunga mawar.

Tatapan sayu itu kentara tersorot begitu Jana selalu mengingat bagaimana Lara dengan bunga mawar kecintaannya. Lara bahkan tak peduli jika rasa cinta yang ia beri harus dihadiahi duri yang sering kali menancap di jari-jemarinya.

Satu tahun lalu harusnya aku datang lebih awal dan keadaan kita tidak akan seperti, iya kan Ra?

Dan satu tahun lalu seharusnya aku sudah bisa mengubah Lara-mu menjadi sukacita, iya kan?

Langkah demi langkah akhirnya Jana pijaki hingga Lara menyadari eksistensi dirinya, ia bahkan langsung berdiri dan menyambut Jana dengan tatapan paling dingin.

Sebisa mungkin Jana tersenyum seraya melambaikan tangan yang sebenarnya berat untuk dilakukan. "Hai—"

Lara membuang pandangannya dan Jana hafal jelas kalimat yang akan Lara lontarkan.

Tidak sopan.

"Kamu bukan temanku, jadi jangan mengajakku berbicara."

Entah senyum apa yang harus Jana lempar begitu punggung Lara menjauh, berikut dengan pintu mahoni yang ia tutup secara kasar.

Kaia juga Elegi mungkin benar, Lara perlu perawatan lebih lanjut, karena bukan hanya Lara yang sakit, Jana di sini juga ikut merasakan sakit melihat kondisi Lara yang semakin ringkih.

-end-

Maaf yaa aku updatenya lamaaaaa banget, aku baru aja selesai KKN:(

Dan yaaa, seperti yang ydah kalian tau, Broken kaleidoscope resmi berakhir! Terima kasih ya untuk kamu yang sudah baca sampai sejauh ini💙

Kalian ada yang kurang begitu paham sama cerita ini kah??
Kalau ada, boleh kasih tau bagian mana yang kalian kurang paham nanti aku bakal jawab!💙

Dan sampai jumpa di karyaku selanjutnya!! Jangan lupa follow akuu yaa hihiii(≧▽≦)

🎉 Kamu telah selesai membaca broken kaleidoscope ✔ | jaehyun x wendy 🎉
broken kaleidoscope ✔ | jaehyun x wendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang