7. RENCANA LICIK (2)

40 3 1
                                    

Ketika melihat aktivitas Pak Ahmad membersihkan mobil, Raka ingin mengikutinya. Ia segera mengeluarkan mobil Nadira dan menyiapkan segala perlengkapannya. Ahmad yang melihatnya terkejut sekali.

“Tuan Muda, biarkan saya saja yang membersihkan. Ini adalah tanggung jawab saya,” cegahnya sambil mendekati Raka.

“Tidak usah sungkan, Pak. Kebetulan hari ini libur dan tidak ada yang saya kerjakan, tidak masalah ‘kan membantu bapak. Di panti saya juga sudah biasa membantu petugas panti membersihkan mobil pickup kendaraaan satu-satunya yang ada di panti,” tolak Raka dan terus mengambil sponge untuk membersihkan.

“Tapi Tuan Muda, di sini berbeda. Ada saya yang seharusnya punya tanggung jawab. Saya tidak enak dengan Tuan nanti,” Pak Ahmad masih berusaha mencegah majikan mudanya ini untuk bekerja membantunya.

“Tidak apa-apa. Ayo, cepetan nanti mobil ini akan dipakai istriku dan mobil itu dipakai Papa. Kalau kita berdebat, maka pekerjaan ini akan semakin lama nanti,” pungkas Raka dan memulai pekerjaannya dengan mengambil selang air.

Meliihat kenekatan Raka, Pak Ahmad tak dapat berkata-kata lagi. Ia meneruskan pekerjaan sambil sesekali melirik Raka. Randi melihat ada kesempatan. Kemudian ia melihat posisi Raka tepat berada di bawah balkon lantai dua dan senyum licik terukir di bibir. Perlahan ia naik ke lantai dua sambil membawa beberapa pot bunga untuk diletakkan di balkon.

“Kamu mo bawa kemana pot itu?” tanya Bi Rum yang tak sengaja melihat Randi mengangkatnya.

“Tuan menyuruhku memindahkan ke lantai dua. Pot yang lama akan diturunkan biar lebih fresh dan pergantian suasana,” jawab Randi sekenanya dan meneruskan pekerjaan.

“Baiklah. Lanjutkan pekerjaanmu.” Bi Rum segera meninggalkannya sambil membawa sarapan pagi untuk majikannya yang berada di taman belakang.

Randi mulai mengatur pot-pot tersebut sambil mengangkat pot-pot yang perlu pengaturan ulang ke lantai dasar. Sesekali matanya memperhatikan posisi Raka yang berada tepat di bawah. Demi mengatur agar kejadian ini tidak disengaja, beberapa kali Randi turun untuk mengangkat dan menurunkan pot bunga tersebut.

Saat yang tepat, ia pun sengaja meletakkan pot tepat mengarah ke kepala Raka. Namun, Nadira yang sedang memperhatikan Raka terkejut melihat sesuatu meluncur dari atas dan segera menolak suaminya.

Keduanya terjatuh dan perhatian Nadira langsung ke atas. Tetapi ia tak melihat sesiapa di sana karena Randi sedang menunduk untuk mengatur pot-pot tersebut.

“Pak, apa yang bapak lakukan? Potnya hampir mengenai suami saya,” teriak Nadira sewot ketika melihat kepala Randi muncul sambil membelakangi. Mendengar suara itu, Randi berbalik dan menatap ke bawah. Meleset!

‘Apa! Gagal lagi!’ pikir Randi marah ketika melihat bahwa pot itu tidak mengenai Raka.

Tetapi ia berusaha menampilkan wajah terkejut dan melihat ke bawah.
“Apa! Ada pot yang jatuh. Maaf, Non. Saya tidak mengetahuinya,” sahut Randi dan bergegas turun untuk melihat.

“Ya Tuhan, saya tidak sengaja Non. Maafkan bapak ya, Non. Tuan Muda, maafkan saya ya,” pintanya dan merasa bersalah.

Melihat ketidaksengajaan yang dilakukan pekerjanya ini, Raka tidak tega memarahinya. Mengangkut pot dari atas ke bawah dan sebalikya pasti sangat melelahkan, sehingga ia lalai dan menjatuhkan satu buah pot yang cukup besar ke bawah. Raka memakluminya dan berusaha menenangkan istrinya.

“Sudahlah, Pak. Saya juga tidak apa-apa. Sebaiknya bapak bersihkan saja dulu pecahan pot tersebut dan memindahkan bunganya. Saya masih mau melanjutkan pekerjaan saya,” ucap Raka dan tidak menyalahkannya.

The License of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang