BAB 32: Pengalaman Terburuk Alyssa

100 9 0
                                    

Alyssa

Al duduk di atas tempat tidur sambil memeluk lutut yang ditekuk. Hampir dua jam dia memikirkan apakah akan pergi atau tidak? Jika pergi alasan apa yang akan diberikan kepada kedua orang tua, kakek nenek dan El?

Netra hitam kecilnya bergerak melihat jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 16.00, artinya satu jam lagi Arini dan Brandon pulang dari kantor. Dia hanya memiliki waktu satu jam untuk bersiap-siap jika memang memutuskan untuk pergi.

Gadis itu langsung berdiri dan bergegas ke kamar mandi. Ya, pada akhirnya dia memutuskan untuk pergi memenuhi undangan geng Jelita. Al tahu persis risiko yang dihadapi nanti, jika Brandon tahu.

Sepuluh menit kemudian, Al keluar dari kamar mandi. Dia mengenakan baju kaus ketat, dipadu dengan celana jeans. Setelah memasangkan kerudung, gadis itu langsung melapisi kaus dengan jaket denim.

Perlahan pintu kamar terbuka, Al memantau keadaan dulu khawatir El keluar dari kamar. Setelah memastikan keadaan aman, gadis itu segera turun ke bawah. Langkahnya kembali berhenti ketika berada di empat tangga paling bawah. Netranya beredar menyapu lantai dasar, tidak ada orang di sana. Lisa dan Sandy sedang di dalam kamar.

Kini langkah kaki Al bergerak cepat menuju pintu keluar. Dia kembali memantau kondisi di luar, hanya ada penjaga yang duduk di pos sekuriti. Embusan napas lega keluar begitu saja dari bibir gadis itu.

"Mau ke mana, Mbak Al?" sapa sekuriti penuh selidik.

"Keluar sebentar ketemu sama teman, Pak. Tadi udah izin sama Mami dan Papi kok."

Sekuriti tampak berpikir karena tidak mendapat info apa-apa dari Brandon dan Arini. Sesuai dengan amanah, Al tidak diperbolehkan keluar sendirian tanpa ditemani El.

"Tapi Bapak dan Ibu tidak bilang sama saya, Mbak," ujar sekuriti bingung.

"Lupa kali, Pak. Biasalah orang sibuk," kata Al tidak kehabisan akal.

Tiba-tiba terdengar nada dering ponsel dari saku sekuriti.

"Itu mungkin Papi. Aku pergi dulu ya, Pak," pungkas Alyssa melambaikan tangan meninggalkan pekarangan keluarga Harun.

Gadis itu memilih pergi ke gerbang belakang perumahan, agar tidak bertemu dengan Brandon dan Arini. Sampai di sana, dia langsung menghentikan taksi yang kebetulan lewat di jalan raya.

"Jalan Kemang Raya ya, Pak," ujar Al setelah berada di dalam taksi.

Kening supir taksi berkerut seketika. Sesaat kemudian kendaraan roda empat itu bergerak menuju tempat yang dikatakan Al.

Pikiran Al saat ini kacau. Dia ingin menenangkan diri.

Nggak ada salahnya ke klub malam. Cuma joget-joget 'kan? Pusing juga di rumah terus, bisik Al dalam hati.

Selang tiga puluh menit kemudian, Al sudah tiba di tempat yang dituju. Gadis itu tiba dua jam lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. Dikarenakan diskotik belum buka, ia memutuskan untuk menunggu di restoran tak jauh dari sana.

***

Satu jam tiga puluh menit kemudian

Entah yang keberapa kali ponsel Al bergetar sejak tadi sore. Puluhan panggilan masuk dari El, Arini dan Brandon, namun tak satupun yang dijawab olehnya. Semua orang yang ada di rumah pasti sedang mencari keberadaannya saat ini.

Ponsel Al kembali bergetar, kali ini panggilan dari Ayi.

"Lo udah di mana?" tanya Ayi begitu mendapat jawaban dari Al.

"Di restoran yang ada di seberang jalan," jawab Al jujur.

"Ya udah, buruan ke sini. Gue udah di depan klub nih," suruh Ayi ketus.

JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang