Nathan Buana, 22 tahun. Namanya diambil dari Nathan yang berarti 'Pelindung', dan Buana yang berarti 'Jagad Raya'. Rambutnya lurus klimis dengan belahan tengah dan berponi. Tubuhnya proposional dan berkacamata bulat―tidak cacat, hanya saja ia tidak memiliki alasan untuk melepasnya selain saat sholat, mandi, dan tidur. Ia tidak berkuliah dan hanya menjadi pelukis selepas menyelesaikan sekolah menengah atas. Ia menyukai kehidupan yang normal―kehidupan tanpa konflik berlebih dan lancar mengalir seperti air. Ia suka menghabiskan waktu dengan kanvas, cat air, cat minyak, dan fenomena yang dilukis.
Definisi seorang seniman yang memiliki keunikan tersendiri.
Aliran lukisannya adalah fenomonologi dan terkadang abstrak. Penghasilannya hanya berasal dari penjualan lukisan berukuran A3 sampai A2 di pelabuhan Batam. Hiruk pikuk yang terlalu ramai terkadang bisa membawa keuntungan baginya―tapi bisa juga kerugian karena ia kerap diusir oleh petugas keamanan karena berjualan tidak pada tempatnya. Jika sedang naas, petugas akan menendang lukisannya secara brutal hingga tersisa sedikit untuk dibawa kembali ke rumah.
Tapi, ia selalu merasa berkecukupan. Ia dikelilingi oleh tetangga yang baik dan sering memberinya makanan. Semuanya karena merasa berutang budi. Nathan secara naluriah memiliki insting untuk menyelamatkan seseorang. Terkadang, ia hanya berjalan kaki. Namun, tiba-tiba saja saat ia merentangkan tangan, seorang anak menyeberang jalan. Refleksnya yang sudah terlanjur memanjangkan tangan membuatnya lebih cepat menyelamatkan sang anak dari mobil yang melaju. Orang tua sang anak akan berterima kasih dan memberinya sedikit uang―yang tidak akan ia tolak karena ia hanya seorang pengangguran saat selesai sekolah dulu berkat idealismenya yang tidak ingin bekerja di bawah perintah orang lain.
Hari ini, entah kenapa ia tidak memiliki kepuasan. Padahal, penjualannya cukup baik. Ada 4 lukisan terjual hingga siang ini―ketika biasanya sangat bersyukur jika ada 1 lukisan saja bisa hilang dari koleksinya karena terjual. Ini semua berkat kehadiran kapal pesiar yang sempat menepi di Pulau Bintan, sehingga lebih banyak orang yang melirik lukisannya. Bahkan, untuk lukisan yang telah dibingkai pun ia tidak perlu berdebat dalam tawar-menawar karena pembeli sudah menerima harga yang ia tetapkan. Ia mulai menepikan lukisannya yang terpajang dan menatap kapal yang sedang memberhentikan pengunjung. Berduyun-duyun laki-laki dan perempuan keluar sembari menentengi tas dan barang lainnya. Tapi, ia merasa tidak puas. Seolah ada tujuan lain yang harus ia lakukan.
Pada akhirnya, ia memutuskan menenangkan diri dengan menyewa perahu motor dan buku sketsa untuk sekadar mengapung di laut―dan siapa tahu mendapat inspirasi. Ia menggunakan perahu dengan santai, tanpa tujuan. Hanya membiarkan tangannya memegang kendali dan bebas mengarahkan ke mana saja. Hampir 3 jam ia berkelana dengan sistem berhenti-jalan-berhenti-jalan sembari memotret dan menggambar beberapa hal yang menarik perhatiannya saat menyisiri tepian―entah itu sekadar pemandangan pohon di tepi laut, hingga burung camar yang terbang rendah mencari ikan.
Ya, ia tidak bertujuan apapun, hingga ia melihat sebuah pelampung warna oren dari kejauhan―beserta seseorang yang melambaikan kain hitam seperti jaket―ke udara. Wajah orang itu tidak terlihat karena tenggelam. Hanya tangannya yang berusaha melambai dengan lemah.
Kecepatan motor pada perahu Nathan diatur maksimal―terutama karena melihat jemari milik seseorang itu sudah bergetar―hendak terjun bebas ke dalam laut. Hampir saja Nathan hendak mencapai tubuhnya, namun tangan orang itu sudah lebih dulu tenggelam karena lemas.
Tapi, Nathan lebih cepat lagi menangkapnya.
"Mas, ayo Mas, sadar Mas, tim SAR sudah datang," katanya agak tidak waras. Pemikiran polosnya hanya ingin seseorang yang terlihat sebagai pria dari dalam air laut itu bisa segera sadar dan memberikan kekuatannya untuk ikut naik ke atas perahu. "Karena.., Mas agak berat," ucapnya yang berusaha menarik tubuh itu dengan segenap tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN Series 5: Cincin
Mystery / Thriller[COMPLETED!] Final IN Series! "Hanya tentang kepercayaan... Memasangkanmu cincin atau melepaskanmu bebas bertarung melawan kematian." Dilema yang akan dihadapi Fery; yakni ia yang harus melawan gemelut Organisasi Sayap Merah; bersamaan dengan Vira...