Vira sarapan paling awal―ia bahkan sudah ada di ruang makan sejak pukul 5 subuh ketika koki baru mulai memasak. Ia memperhatikan koper yang diletakkan di sudut ruang makan. Semakin hari makin banyak dan kian berganti. Kondisi itu sangatlah tidak wajar. Namun, saat ia hendak mendekati koper itu, entah kenapa koki langsung menahannya. Padahal koki harusnya tidak beranjak dari dapur.
"Pemilik koper itu meminta saya untuk menjaga koper itu agar tidak dipegang oleh orang lain," kata koki berparas manis itu.
Sejak perlakuan itu, Vira hanya memandang intes koper itu seolah jika ia lepas pandangan, benda itu akan hilang sekejap. Ia juga sibuk mengotak-atik ponsel dan mulai memikirkan kasus ini dengan matang. "Baiklah. Kematian Ibni diperkirakan pukul 3 pagi memasuki hari kedua di gedung ini. Kematian Zaki tadi malam secara formalitas tercatat antara pukul 21.05 sampai 21.30. Dimana posisi semua orang, ya?"
"Kalian―para wanita―ke toilet, ingat?" seseorang menyahut.
Vira berbalik. Nordan berdiri di belakangnya sembari bersidekap. Hoodienya hari ini berwana baby blue dengan celana jeans ketat seperti biasa. Pemuda itu tampak lebih segar, terlihat sudah mandi pagi.
"Jangan memandangku begitu. Aku bisa melihat waktu tanpa melihat arloji karena caraku menghitung sangat konsisten." Nordan menarik kursi di samping Vira. "Ngomong-ngomong, awal banget ke ruang makan. Lapar?"
"Hmm.., entahlah. Aku sulit tidur karena melihat mayat," ucap Vira terkekeh. Ia tidak berbohong. Sekalipun sudah terbiasa, ia tetap sulit tidur ketika membayangkan kematian orang-orang di sekitarnya yang terasa dekat. Keberadaannya di sini juga hanya terbawa perasaan saja. Ia membuka ponsel dan mengecek sinyal yang tidak tampak akan singgah. Sadar Nordan memperhatikannya, ia tertawa. "Di zaman modern ini, kita yang bahkan tidak berada di tengah laut, tetap saja tidak mendapatkan sinyal. Entah karena infrastruktur negara ini yang tidak merata, atau ini sebuah kesengajaan." Vira tertawa tanpa beban. "Misalnya, pemilik gedung ini memasang jammer, mungkin?"
Vira berharap Nordan ikut terkekeh dan tidak ambil pusing atas perkataannya―karena sejauh ini, Nordan terlihat sebagai pemuda banyak bicara seperti perempuan. Namun, pemuda itu kini menatapnya serius.
"Aku juga berpikiran hal yang sama. Aku sudah menjelajahi gedung ini, namun tidak menemukan letak jammer itu. Jadi, sampai saat ini, aku hanya menganggapnya sebagai opiniku saja tanpa bukti." Nordan mengatupkan kedua tangannya. "Walaupun wilayah perkebunan seperti ini sangat sulit diakses sinyal, mustahil sampai benar-benar kehilangannya. Mereka butuh itu untuk berkomunikasi terutama saat koordinasi dengan kantor pusat."
Vira kini memiliki orang yang sepemikiran. Sampai saat ini, sekalipun sudah dua orang yang terbunuh, mereka tetap belum bisa keluar dari gedung ini karena jalan yang becek seperti bubur sehingga tidak bisa dilalui bus. Bantuan lain dari luar tidak bisa dilakukan karena sulitnya akses komunikasi. Vira secara asal membuka aplikasi maps offline dengan citra satelit. Titik biru terang tempat mereka berada saat ini dan tracking jalan yang mereka lalui dari kota. Vira sudah merekam semuanya. Ia melakukannya sebagai jaga-jaga sehingga perlu memahami geografis lokasi ini.
"Wah, gedung ini benar-benar baru dibangun, ya," kata Nordan saat melihat ponsel Vira yang menampilkan citra satelit dengan titik biru lokasi mereka di atas lahan hijau hutan belukar. Setidaknya tahun lalu, gedung ini belum ada. Rasa penasaran membuatnya mengambil alih ponsel Vira dan melakukan zoom out dan zoom in berkali-kali. "Ya, benar. Lokasi kita sejauh 1,4 kilometer dari rencana pembangunan industri dan sejauh 4,3 kilometer dari kantor utama administrasi. Cukup jauh, tapi jika berjalan kaki untuk meminta pertolongan, kurasa bisa."
Daripada fokus pada informasi yang diberikan Nordan, Vira sibuk melongo, bergantian melihat ponselnya lalu Nordan. Ia rasa, aplikasi itu tidak memiliki fitur untuk menghitung jarak tembak lurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN Series 5: Cincin
Misteri / Thriller[COMPLETED!] Final IN Series! "Hanya tentang kepercayaan... Memasangkanmu cincin atau melepaskanmu bebas bertarung melawan kematian." Dilema yang akan dihadapi Fery; yakni ia yang harus melawan gemelut Organisasi Sayap Merah; bersamaan dengan Vira...