"Choeun achim (selamat pagi).""Choeun achim."
"Aigo(ya ampun), yang tadi malam kencan pasti pagi ini bersemangat sekali. Cieee," goda Park Soo Jin sambil menaruh tasnya di bawah meja kerjanya.
"Mworae(ngomong apaan sih)?"
"Nggak perlu malu Ha Na. Coba ceritakan padaku gimana tadi malam? Caemiisseo(menyenangkan)?"
"Dwesseo(sudahlah)."
"Ya(hey). We keure(ada apa)? Munje isseo?"
"Ittaga yegihalge(nanti aku ceritain)."
Soo Jin-a sebenarnya aku pengen cerita. Tapi aku tidak tahu harus mulai cerita dari mana. Hatiku sakit untuk mengingat kejadian tadi malam. Maafkan aku.
Tesss.....tessss....tesss....
Tanpa terasa air mata yang telah kutahan-tahan telah terjun bebas dari mataku. Aku tak sanggup.
"Ya( hei). We irhe (kenapa sih)?" Tanyanya dengan suara yang melengking.
Park Soo Jin segera menarik pergelangan tanganku. Dia menyeretku ke luar kantor menuju lift. Ditekannya tombol untuk naik ke lantai paling atas. Rooftop. Di sana ada taman kecil berisi tanaman hijau dan bangku-bangku tempat karyawan bersantai sejenak. Di dalam lift aku hanya bisa terdiam sambil sesekali mengusap air mata yang menetes di pipi dengan tangan kiriku. Kami berdua terdiam membeku. Park Soo Jin hanya mengamatiku, pandangannya penuh dengan pertanyaaan.
Park Soo Jin menatapku iba tapi hanya sorot matanya saja yang mengisyaratkan empatinya. Bibirnya masih terkatup rapat belum sanggup untuk mencercakan banyak pertanyaan.
Kami telah sampai di rooftop. Park Soo Jin menarikku ke salah satu bangku yang berada di sudut. Di samping bangku itu terdapat pot-pot besar berisi pohon yang agak rindang. Dan tersebar lampu-lampu hias tenaga surya yang memenuhi taman kecil itu. Dingin. Angin musim dingin bertiup kencang. Seperti hatiku yang seperti sedang menghadapi badai salju. Dingin dan membeku.
"Kamu kenapa? Ceritalah di sini tak ada seorang pun!"
Aku tak bisa menjawab. Pita suaraku seperti tercekik. Hatiku kembali terasa sakit ketika otakku memutar kembali peristiwa yang telah kulihat kemarin.
"Ayolah, jangan cuma kamu pendam sendiri. Barangkali aku bisa meringankan bebanmu." Sorot matanya menajam.
"Jae Min oppa. Aku melihatnya selingkuh kemarin. Saat aku datang mereka sedang bercumbu setengah telenjang." kataku dengan terbata-bata.
"Mworago?(apa katamu)? Ottoke arasseo?(gimana kami tahu)?"suaranya memekik dan mata Park Soo Jin melotot tanda dia terkejut mendengarnya.
"Aku lihat sendiri. Dengan mata kepalaku sendiri."
"Hey, yang benar aja. Sumpah kamu melihatnya sendiri?di mana?"tanyanya dengan antusias. Wajahnya menunjukan keseriusan.
"Benar. Aku melihatnya di apartemen Jae Min oppa."
"Kae saekki (dasar berengsek). Michyosseo(apakah dia sudah gila)? Kamu lihat wajah wanita itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Night
WerewolfCerita fantasi untuk 21+ ya readers. Untuk yang kurang suka bisa di skip aja. Bersetting di Korea Selatan. Hehehe Happy reading. Jangan lupa koment and vote biar Authornya tambah semangat. Malam begitu gelap, angin kencang bertiup dari barat. Angin...