PERINGATAN!!!
Cerita ini mengandung muatan dewasa dan berat seperti kekerasan, bullying, kata - kata kasar, dll. serta mengambil latar di Korea Selatan dan memuat tokoh dengan nama idol dan nama - nama orang korea, namun bukan maksud penulis untuk membuat citra buruk negara terkait di mata para pembaca.
Bagi pembaca yang belum cukup umur atau tidak nyaman dengan konten tersebut,
TIDAK DIANJURKAN UNTUK MEMBACANYA
Jadilah pembaca yang bijak dalam memilih
Langit di kota Jangseong semakin lama, semakin menunjukkan warna kelamnya. Kelap-kelip bintang saling bersaing dengan kilau lampu hotel yang nampak menawan. Para turis domestik maupun luar negeri nampak menikmati keindahan yang tersaji dengan berjalan kaki bersama teman ataupun pasangan.
Hiruk pikuk jalanan yang nampak ramai dengan turis dan pedangang kaki lima adalah pemandangan yang wajar di kota ini. Kota yang berjarak 19 km dari Gwangju ini menjadi salah satu tempat tujuan dari seorang pemuda tampan yang kini terlihat memasuki salah satu kawasan hotel mewah. Disambut dengan baik oleh para penjaga bertubuh kekar dan dihormati oleh seluruh karyawan yang bertugas.
Kaki jenjangnya diarahkan untuk berjalan menelusuri koridor-koridor panjang yang semakin lama semakin sepi. Sunyi senyap hingga sayup-sayup terdengar dentuman musik yang teramat kencang. Pintu berwarna hitam mewah itu terbuka, menampilkan rentetan anak tangga yang membawanya pada kerlap-kerlip lampu di dalam ruangan.
Suara tawa dan teriakan begitu terdengar menyenangkan seakan mengajak siapapun yang mendengar untuk ikut bersuka cita bersama. Alunan musik yang memekakkan telinga nampak tidak mengganggu aktivitas orang-orang yang berdansa ria di bawah cahaya temaram yang memusingkan. Aroma alkohol yang langsung menyapa indra penciuman seakan aroma selamat datang yang menjadi khas tempat tersebut.
Terus berjalan membelah kerumunan hingga dirinya sampai di sebuah pintu berbahan dasar kaca berbingkai emas. Dibukanya pintu tersebut oleh para penjaga yang tengah membungkuk hormat dengan kedatangan pemuda tersebut. Melangkahkan kaki berbalut sepatu converse miliknya dan menduduki sebuah kursi dihadapan meja bundar yang tersebar kartu dan koin-koin di atasnya.
Don Julio 1942, ialah brand Tequilla yang dipilihnya saat ini sudah tersaji manis di gelas kaca di genggaman jemarinya. Pemuda dengan usia yang masih di bawah kata legal itu dengan santainya menyesap minuman berkadar alkohol 40% di tangannya. Memperhatikan berputarnya kartu di hadapannya dengan teliti dan menyeringai kala tebakannya tepat. Elusan manja dan menggoda di dada dan bahunya tak menggoyahkan sedikitpun fokusnya pada permainan yang berlangsung.
"Anda tidak ingin ikut bermain tuan Hwang?" tanya seorang lelaki berpakaian formal dengan botol Tequilla di atas nampan yang ia bawa.
"Tidak, aku hanya ingin melihatnya saja. Apa pria sekarat itu masih lama?" tanyanya kembali pada lelaki tersebut.
"Tuan Cha sebentar lagi akan sampai. Ia harus menemui beberapa tamu penting saat ini," jawabnya dengan waspada.
"Wah wah lalu dia mengabaikanku? Apa ia sudah tidak menganggap kaki tangan tuan Kwon tidak penting?" ungkit pemuda itu dengan nada angkuhnya.
"B-bukan begitu, tuan Hwang. A-apakah pelayanan dari kami masih ada yang berkurang?" tanya lelaki tersebut dengan takut. Padahal lelaki tersebut lebih tua daripada pemuda ingusan yang masih duduk di bangku SMA itu.
YOU ARE READING
The Underground
FanfictionSeperti mata uang yang memiliki dua sisi berbeda Layaknya hal yang nyata dan semu itu ada Tidak semua yang ada itu nampak Dunia bekerja dengan cara yang berbeda Seperti benda yang memiliki bayangan, Semua hal berjalan bersamaan namun dengan sistem y...