Kembali Mengenal

171 121 201
                                    

2017 adalah awal dimana Gita Maura Putri bertemu dengan takdir barunya. Gita memulai awal baru di SMA Jayakarta Bandung. Disini Gita dipertemukan kembali dengan sesosok makhluk hidup yang dulu sempat mengisi ruang hampa di hatinya. Ya ruang hampa yang terisi ibarat cinta monyet yang benar benar terasa monyetnya.

Bahkan sulit untuk dikatakan alasan mengapa Gita menyukai sesosok makhluk hidup itu. Katanya "tak perlu ada alasan untuk menyukai suatu hal. Rasa itu muncul tiba-tiba tanpa ada notifikasi, bahkan untuk mengetahui awalnya saja sudah abstrak. Nggak bisa ditebak kapan dan dimana."

Sosok makhluk hidup itu bernama Wahyu Ardiansyah. Dia adalah orang pertama yang membuat Gita Maura Putri mengenal apa itu rasa. Rasa terhadap makhluk yang modelannya kulkas 7 pintu.

Menurutnya Wahyu itu seperti kupu-kupu. Semakin dikejar maka akan semakin menjauh dan jika dibiarkan akan datang dengan sendirinya.

Wahyu sang ketua OSIS legend yang menjadi pusat perhatian satu sekolah, bukan karna ada apanya, dia itu pendiam dan gak banyak tingkah. Jangankan untuk dideketin menyapa aja rasanya udah gak sanggup.

Menurut Wahyu "orang pendiam lebih tau banyak hal. Pendiam itu bukan sikap tapi kepribadian."

Untungnya Gita tau, bahwa 'menyukai sesuatu harus ada batasan. Jangan karna keegoisan semata sampai mengatasnamakan rasa suka untuk menghasilkan titik yang namanya cinta.'

Ironisnya, Gita harus melewati 3 tahun lagi bersama dengan Wahyu bahkan mereka menjadi teman satu kelas bak raja dan ratu yang saling berdampingan.

Satu hari sebelumnya

"Gita disuruh ambil buku yang kemarin dikumpulin di meja buk Sri." -Clarisa

"Mu aja lah yg ambil. Malas aku keruang guru banyak guru soalnya."

"Kalo gak mau ada gurunya gak usah sekolah aja sekalian Git!"

"Apa motivasi kamu buat pindah kesini? Diluar masih banyak sekolah yang lebih baik dari ini."

"Karna dekat rumah buk."

"Dengan nilai kamu segini jika saya menolak menerima kamu menjadi murid disini kamu akan apa?"

"Cari sekolah lain buk."

"Disini kamu mau ambil IPA atau IPS?"

"Saya pilih IPS."

"Mengapa IPS? Nilai kamu cukup bagus untuk masuk IPA. Perilaku mu juga baik di sekolah sebelumnya."

"Karna saya ingin.."

"Permisi buk.. saya mau ambil buku kelas X IPS 3."

"Ini, sekalian nanti pas jam pelajaran saya, suruh yang lainnya pelajari materi bab 4 dan catat rangkumannya. Dikumpulkan di meja saya hari ini."

"Dan ini ada murid baru di kelas kalian, nanti kamu antar dia ke perpustakaan ambil buku yang diperlukan dan kamu jelaskan apa saja yang harus dipatuhi di sini!"

Seketika pandangan Gita teralihkan dengan sesosok makhluk yang berada di sebelahnya. Manik hitam mereka bertemu dan mengingatkan salah satunya. "Gilak dia lagi? Ngapain disini? Jangan bilang mau pindah kesini. Kan udah susah-susah mau ngelupain dia eh dianya malah datang gak diundang. Mau nyapa tapi nanti dia gak ingat siapa aku kan jadi sksd nanti. Udah pura-pura gak liat aja deh."

"Baik buk."

Mereka keluar ruangan bersama, berjalan berdampingan ditemani dengan keheningan. Tak ada satupun diantara mereka membuka suara sampai..

"Tunggu disini! Aku mau antar buku ke kelas dulu nanti baru kita ke perpus."

Tak ada respon yang didapat bahkan sekecil suara semut pun tak terdengar.

"Gita itu siapa depan kelas? Murid baru? Kelas kita?" - Dimas

"Iya. Nih bukunya tolong bagiin. Aku disuruh buk Sri antar dia ke perpus."

"Oh oke. Udan makan?"

"Belum."

"Makan deh ke kantin ntar maag nya kambuh. Kasian anak PMR nya nanti."

"Yang sakit aku kok anak PMR yg kasian"

"Yaudah sana" sambil mengacak-acak rambut Gita. Ya memang diantara mereka Gita tingginya agak kurang.

"Ini buku sosiologi. Mu tau kan sosiologi itu apa jadi gak perlu aku jelasin lagi. Intinya KoMuNiKaSi."  Mengambil buku di rak sejajar bahu.

"Dan ini buku sejarah. Intinya gak boleh lupa sama apa yg terjadi di masalalu."

"Trus ini buku antopologi. Buku ini tuh.."

"Antropologi! Bukan antopologi."

"Iya sama aja kan maksudnya itu." Sambil berjalan meninggalkan Wahyu dibelakang.

"Beda!"

"Tapi Sama aja"

"Tetap Beda"

"Sama"

"Beda Gita"

"Tapi mu paham kok"

"Karna aku tau"

"Terserah."


'Eh tunggu kok dia panggil aku..'

"Makanya kalo ketemu orang yang dikenal itu nyapa bukan diem aja." Mengambil buku antropologi dari tangan Gita dan mengacak-acak rambutnya sebelum jalan mendahului.

Seru Berujung TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang