Aidan pukul tiga pagi terbangun dari tidurnya yang lelap. Mungkin karena tak nyaman karena bukan tidur di kamarnya sendiri.
Dia melihat ke arah perutnya yang kini tengah di peluk oleh Daddynya. Jujur, merasa sedekat ini dengan Daddy merupakan hal yang membuat Aidan bahagia. Tapi hatinya juga bergelut, apakah ini terasa benar atau malah sebaliknya.
Mencium aroma wangi Daddy-nya membuat Aidan merasakan sensasi maskulin yang menyergap di indera penciumannya. Entah mengapa Daddy-nya begitu tampan saat sedang tidur.
Sejurus dia melihat ke sisi kirinya, disana juga sedang ada Adrial yang tengah memeluk Papanya dengan erat. Ia nampak nyaman tidur di sisi Papanya dengan kehangatan pelukannya.
Aidan merasa ada yang salah pada dirinya. Dalam hatinya dia bertanya-tanya. "Apakah gua ini sebenarnya gay, atau bukan. Kenapa rasanya aneh kayak gini. Gua merasa sangat disayangi Daddy saat ini. Berada sedekat ini dengan Daddy, adalah satu hal yang diidam-idamkan seluruh anak. Mempunyai keluarga yang harmonis dan penyayang. Tapi aneh rasanya. Meski gua gak menolak akan kehangatan yang begitu membahagiakan ini. Ya Tuhaaan. Gua harus gimana? Kenapa perasaan gua jadi gak keruan gini?"
Aidan yang masih berposisi terlentang itu lalu mencoba untuk menghadap ke arah Daddy-nya.
Dia sambil ragu mencoba menyelipkan tangannya di antara lengan dan pinggang Julian. Karena sudah terlanjur, dipeluknyalah tubuh ayahnya yang sedang terlelap itu dengan erat. Wajah Aidan menyelinap masuk di leher Julian.
Julian sedikit terbangun mendongak ke arah putranya yang tiba-tiba memeluknya dengan hangat itu. "Hmmm... what's wrong, my boy?" tanya Julian setengah sadar.
Aidan yang masih menyembunyikan wajahnya disisi leher Julian itu hanya bersuara, "I just... I don't know, I love you, Daddy" ujarnya pelan sekali. Mencoba terlelap disana.
Julian tersenyum lebar dan mengusap-usap punggung Aidan. "Yeah, I love you too, buddy!"
Mereka saling memberikan kehangatan satu sama lain di atas ranjang itu.
Perasaan Aidan merasa tenang ketika Daddy-nya turut membalas pelukannya sambil mengusap-usap punggungnya untuk membuatnya terlelap. Kasih sayang yang begitu dalam sangat ia rasakan di pagi yang buta ini.
Kalau aja dulu tak sempat berjarak, mungkin Aidan akan lebih dulu dan tak terlambat sadar, bahwa inilah rasanya disayangi oleh Ayahnya sendiri. Tak merasa asing di tengah-tengah harmonisnya keluarganya sendiri.
Tak ada kata yang lebih pantas untuk dikatakan saat ini selain ia amat mencintai keluarganya kini.
Setelah Aidan benar-benar terlelap, Julian bangun di pukul empat lewat untuk melaksanakan ibadahnya. Dia mencium kening Aidan sebentar, lalu beranjak menuju kamar mandi.
JULIAN & AIDAN, 2025
~
Esok paginya, Aidan yang masih dalam masa skorsing yang tinggal satu hari lagi itu ikut duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya dan juga adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 4 (END 18+)
De TodoWARNING : LGBT STORY HOMOPHOBIC, DILARANG MEMBACA CERITA INI. Aidan, si cowok dingin dan galak, masih di ambang rasa ragu akan jati dirinya yang terasa samar dia rasakan. Dali sendiri tak urung berani untuk mengatakan perasaannya terhadap Aidan yang...