Sudah tak heran lagi memang. Arumi adalah pengganggu akut Akhtar dari dulu, jadi ia sudah tidak terkejut lagi. Hanya saja kepalanya menjadi pusing akibat teriakan Arumi yang tepat ditelinganya.
.
"Rum, Astaghfirullah,"
"Kakak nggak kangen sama Rumi?"
"Ngapain kangen sama adik ngeselin," Arumi memanyunkan bibirnya lalu mengalihkan pandangannya kearah lain.
Tangan Akhtar perlahan menarik pergelangan tangan Arumi. "Siapa yang nggak kangen sama kamu? Kangen banget malahan,"
Kemudian Akhtar merentangkan tangannya mengisyaratkan agar Arumi jatuh didekapannya. Dan ya. Tanpa aba-aba lagi Arumi langsung memeluk erat tubuh Akhtar.
Ayra melihat dari jauh kedekatan mereka. Jadi Ayra tidak berniat untuk mengganggunya, ia berjalan keluar menemui keluarga yang lainnya. Karena ia tau kalau ia keluar banyak sekali pertanyaan jadi sebelum itu ia sudah mempersiapkan jawaban untuk menyimpulkan dari semua pertanyaan yang keluar nanti.
Melihat Akhtar yang sudah sadar, semua orang yang berada disana tersenyum bahagia. Kemarin mereka sempat pesimis akan kondisi Akhtar. Mereka mengkhawatirkan Akhtar tidak sadarkan diri lagi.
Ternyata takdir berkata lain. Akhtar masih diizinkan untuk hidup di dunia ini bersama orang-orang yang ia sayangi. Apalagi mengingat Ayra sedang hamil, sebentar lagi Akhtar akan menjadi seorang ayah. Mungkin alasan itu juga Akhtar berjuang keras agar tetap hidup, bukan hanya perjuangannya saja melainkan rencana indah yang sudah Allah rancang.
Takdir Allah jangan pernah diragukan lagi. Ketika manusia sudah merencanakan sesuatu yang indah, Allah akan memberi lebih dari itu bahkan diluar apa yang direncanakan oleh manusia.
Perjuangan keras disertai doa adalah obat yang paling manjur didalam kehidupan.
.
Dua hari telah berlalu, dan Akhtar masih tinggal di rumah sakit untuk sementara. Tetapi tenang, kondisinya sudah membaik dan sudah dalam masa pemulihan saja. Akhtar yang sudah merengek ingin pulang lebih cepat dari ditentukan oleh dokter hanya bisa merana karena belum dibolehkan pulang. Sungguh ia sudah tidak betah disini.
"Sayang, ayo pulaaannngg," Ayra menghitung sudah keseratus kalinya Akhtar merengek seperti ini.
Kalau dokter tidak memperbolehkan, Ayra bisa apa?
"Sabar ya mas. Sebentar lagi," lirih Ayra dengan nada yang sangat lembut agar Akhtar menurut.
"Tuh kan. Kamu sering banget jawab gitu. Tapi nyatanya apa? Kita nggak pulang-pulang!" keluh Akhtar.
Aroma di ruangan rumah sakit ini yang membuat Akhtar tidak betah dan ingin segera pulang ke rumah.
"Sebenarnya aku sakit apa sih? Sampai ditahan-tahan gini nggak boleh pulang,"
"Nanti kalau mas sudah benar-benar pulih baru aku ceritakan ya," jawab Ayra.
Ayra sampai lupa. Ini sudah waktunya sarapan pagi untuk Akhtar. Ayra beranjak dari tempat yang dudukinya dan mengambil sekotak tempat makan yang berisikan bubur ayam buatannya. Semalam Ayra pulang ke rumah, ia disuruh istirahat oleh Affran. Jadi ia sempat membuatkan sarapan untuk Akhtar pagi ini.
Ah, menu sarapan Akhtar akan nikmat sekali pastinya. Apalagi dibuatkan oleh orang tercintanya.
"Kamu masak?"
Ayra mengangguk semangat.
"Kebetulan sekali! Aku juga sudah rindu masakanmu," Akhtar mencium aroma masakan yang Ayra bawa, dengan cepat ia langsung terbangun dari tempat tidurnya dan menghampiri Ayra yang sedang mengeluarkan beberapa peralatan makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Cinta Akhtar dan Ayra (On Going)
Romance⚠️(SLOW UPDATE)⚠️ Akhtar Qabeel Alfarezi adalah seorang pengusaha muda yang sukses umur nya sekitar 25 tahun dia bekerja di Perusahaan Ayah nya. Ia terkenal tegas, bijaksana, ambisius, tanggung jawab. Suatu saat ia dijodohkan oleh kedua orangtuanya...