Normal POV
Mentari sudah terbit, tandanya memulai hari. Rei menyibakkan gorden jendela dengan wajah yang masih mengantuk. "Aku sudah 26 tahun, untuk apa ke sekolah lagi?!" Gumam Rei protes.
Rei mengusap wajahnya gusar dan mengecek jam dinding. Sadar kalau ia bangun terlambat, Rei buru-buru cuci muka dan gosok gigi, lalu menyiapkan barang-barang yang harus ia bawa. Dengan segera Rei berlari sampai ke sekolah agar tidak terlambat.
**
Rei berhenti didepan pintu kelasnya. Ia berusaha mengatur napas dan berjalan masuk ke kelas. Beruntung pelajaran belum dimulai. Ia segera mendudukkan dirinya di kursinya.
"Rei-chan, tumben baru datang." Ucap Shiori.
Yamada Shiori, dia adalah salah satu teman perempuan Rei selain Hina di sekolah ini. Dia duduk disebelah Rei.
"Aku bangun agak telat." Jawab Rei.
"Oh iya, tadi ada tiga senpai mencarimu kesini sambil memukul-mukul meja. Katanya mereka mau bicara denganmu."
"Senpai? Siapa?"
"Mereka itu populer, loh. Masa kau tidak tahu?"
"Ya memang tidak tahu." Rei menggaruk kepalanya tidak gatal.
Shiori menepuk dahinya. "Akari-senpai, Haruka-senpai, dan Ryoko-senpai. Mereka adalah anak-anak dari donatur sekolah ini, kau jangan sampai bermasalah dengan mereka, ya. Nanti bisa-bisa kau dikeluarkan dari sekolah." Rei tampak tidak peduli dan hanya ber-oh ria.
"Hei, dengar tidak?"
"Iya, dengar kok."
Seorang murid perempuan berkacamata menghampiri Rei dan Shiori dengan gugup. "A-ano, Rei-san, kau dipanggil sama Akari-senpai. Kau ditunggu di rooftop sekolah."
"Hm, baiklah."
Rei beranjak dari kursinya. Pundaknya ditahan oleh Shiori. "Hati-hati." Ucap Shiori. Rei mengangguk dan tersenyum, ia melepas tangan Shiori dari pundaknya dan pergi ke rooftop sekolah.
**
Tiga perempuan melipat tangan mereka didepan dada dan melempar tatapan sinis kearah Rei sesampainya ia di rooftop. Mereka adalah Akari, Haruka dan Ryoko, para senpai yang terkenal.
Belum sempat Rei mengatakan sesuatu, gadis bersurai merah yang tidak lain adalah Akari mendorong Rei hingga punggungnya mengenai dinding.
"Apa-apaan ini?!" Rei berusaha memberontak tapi kedua tangannya diikat oleh Ryoko.
"Maksudmu apa menuduh kami mencuri kertas ujian?!" Bentak Akari diwajah Rei.
"Hah? Apa maksudmu?"
"Ya! K-kau yang melaporkan kami ke wali kelas, kan?" Ekspresi Akari terlihat gugup. Ia terlihat berusaha membuat alasan-alasan tidak masuk akal.
"Kertas ujian? Aku bahkan tidak kenal kalian, untuk apa kulaporkan ke wali kelasmu?"
Akari, Haruka dan Ryoko melihat seseorang yang sedang memperhatikan mereka. Wajah mereka berubah menjadi ketakutan. Keringat dingin menetes dari pelipis mereka.
"H-Haruka, cepat ambil pisaunya.." Pinta Akari terburu-buru. Dengan gemetar Haruka mengambil pisau didalam kantong roknya.
"Cepat lakukan sesuatu!"
"Apa?!"
"Tusuk dia atau semacamnya!"
"Aku tidak mau masuk penjara!"
"Kalau begitu Ryoko saja yang lakukan!"
"Kenapa aku?!"
Tiga senpai itu malah saling adu mulut, Rei yang sadar mereka sedang lengah buru-buru melepas ikatan tangan yang bahkan tidak kencang itu dan menyelinap kembali ke kelas, meninggalkan ketiga senpai-nya berargumen.
KAMU SEDANG MEMBACA
ride or die ; mikey
Fanfic[ ONGOING ] Gadis kelahiran Amerika-Jepang Tanaka Rei, atau Robyn Ryder adalah seorang CEO perusahaan ternama Gethsemane Co. Setelah kematian sang ibu, ia segera terbang ke Jepang untuk mencari orang yang sudah membunuh ibunya. Sesampainya di Jepang...