BUKU || BAB 5

1.2K 87 8
                                    

Aku mah orangnya konsisten. Kalau maunya kamu, ya kamu. Nggak mau yang lain.

-BUMI SHAFIRA-
.
.
.

BAB 5. BUAYA BETINA.

🌏🌏🌏

“Muka lo kenapa?” tanya Shaula. “Habis nangis lo?”

Bumi menggeleng. “Gue gak habis nangis. Tadi gue habis casting jadi istri tersakiti. Kan, lo tau sendiri kalau gue ikut ekstrakurikuler senimatografi sama teater.”

Shaula tidak percaya dengan ucapan Bumi. Percaya dengan Bumi sama saja musyrik bagi Shaula.

“Gak percaya gue,” kata Shaula. “Oh, iya. Nih, ada nasi uduk Bu Wati kesukaan lo.”

Bumi mengerutkan dahinya bingung. Tumben-tumbenan si Shaula berbaik hati pada Bumi. Ada apa, nih? Jangan-jangan ada maunya nih bocah.

“Dari lo?” tanya Bumi memastikan. Takutnya dugaannya benar kalau Shaula lah yang membelikan Bumi nasi uduk Bu Wati.

Shaula mengangkat bahunya acuh. “Ya, kali dari gue. Gue aja masih mikir-mikir buat beli kuota.”

“Terus dari siapa dong?” Monolog Bumi. Menatap satu bungkus nasi uduk di depannya.

“Tadi ada cewek dari anak jurusan TKJ yang ngasih nasi uduk buat lo. Ya, gue kira lo tadi nitip sama tuh bocah. Lo kan tadi harus ke studio foto dulu buat balikin kamera,” jelas Shaula.

Bumi menggeleng. “Gue gak ada nitip sama anak jurusan sebelah,” kata Bumi. “Terus nih nasi uduk dari siapa dong?”

“Mana gue tau. Ya, udah sih di makan aja. Daripada mubazir, ya, kan?”

Benar juga kata Shaula. Mungkin saja ini rezeki dari Tuhan karena Bumi sudah melakukan hal baik tanpa ia sadari. Ya, mungkin.

Kini dihadapannya sudah ada dua bungkus nasi uduk. Satu dari Kumara dan yang satu lagi dari seseorang yang tidak Bumi kenal. Gak tau deh dari siapa.

“Oke, anggap aja ini semua rezeki anak sholehah,” ungkap Bumi.

Shaula yang mendengar itu mencibir Bumi. Heran di mana-mana sukanya tebar hoax. Narsisnya gak ketulungan.

Sahabat siapa sih Bumi? Yang jelas bukan sahabat Shaula. Shaula terlalu baik untuk menjadi sahabat Bumi.

Canda. Hehe.

Melihat Ali melangkah melewati meja Bumi dan Shaula. Membuat Bumi teringat misinya yang sempat terlupakan karena masalah nasi uduk.

“Woy Alien!” seru Bumi.

Untuk sementara Bumi menunda untuk menyantap nasi uduk Bu Wati yang terkenal maknyus itu!

Ali menoleh ke arah Bumi. Ia menaikan alisnya satu ke atas.

“Gitu ya lo. Kek gak ada dosa sama sekali. Heran gue,” kesal Bumi.

Mail—Ketua kelas Multimedia 1 mengerutkan dahinya. Ada apa nih? Menatap kedua temannya secara bergantian.

“Jangan teriak-teriak Shaf. Entar si Malka marah sama gue kalau dia tau lo teriak-teriak gak jelas gini,” sahut Mail yang sedang duduk di samping Ali.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang