4. tak sekuat itu

162 46 7
                                    

mana nih yang minta double up?

💌💌💌

baru juga Mentari tiba, ayahnya langsung datang mendekat dan menarik dirinya untuk segera turun dari motor.

"kemana aja kamu hah? berani beraninya ngunciin ayah diluar, dasar anak gak tau diuntung!"

Adam yang masih berada disana segera memisahkan Mentari dari ayahnya "om tenang om, jangan teriak teriak soalnya gak enak didengerin tetangga."

"siapa kamu ngatur ngatur? pergi sana!"

"AYAH!"

Mentari pun mulai tak sanggup menahan isakannya "please yah, jangan kayak gini..."

"berani kamu bentak ayah? dasar gak sopan!"

PLAK

Adam menjadi sasaran tamparan dari ayah Mentari begitu dia pasang badan di depan gadis itu "minggir kamu, jangn ikut campur urusan keluarga saya!"

Adam masih tetap bertahan ditempatnya meskipun ayah Mentari berusaha keras untuk menyingkirkannya "OM! OM GAK BERHAK MAIN TANGAN KE ANAK OM SENDIRI!"

"tau apa kamu? hah? anak kecil sukanya ikut campur, dasar gak tau sopan santun!"

Adam dengan segera mencegah tamparan yang hendak kembali datang dengan satu tangannya, ia meremat kuat "tau apa om soal sopan santun? gak usah sok ngatain orang gak sopan kalo sendirinya aja kayak preman yang gak tau aturan."

"udah dam... udah..." ujar Mentari berusaha melerai

"gak bisa Sen, bokap lo udah keterlaluan." ujar Adam seraya melirik sekilas keadaan Mentari yang kacau dibalik badannya

Adam kembali menghadap depan, menatap ayah Mentari "pergi om, jangan ganggu Mentari lagi atau saya laporin ke komite perlindungan anak dan wanita."

ayah Mentari yang mendengar perkataan Adam pun berdecak sebal dan segera pergi dari sana "fine."

"lo gak papa kan?" tanya Adam

Mentari mengangguk dan menatap pipi sebelah kiri Adam "pipi lo merah, dikompres dulu ya?"

Adam menggeleng "santai, luka kecil kok ini."

tapi Mentari tetap khawatir dan terus menatapi pipi Adam yang tercetak jelas rona merah berbentuk tangan ayahnya "haha, kenapa sih? beneran gue gak papa senja." ujar Adam

"tapi gue gak enak sama lo, maaf ya gue ngerepotin lo terus." ujar Mentari

Adam tersenyum manis lalu mengusak rambut Mentari acak "kayak sama siapa aja lo, dah sana masuk."

Mentari pun kembali menaiki motornya untuk dimasukkan ke garasi rumah "makasih banyak ya dam, gue gak tahu harus minta tolong siapa lagi kalo gak ada lo."

Adam mengangguk paham "sama sama, sebagai umat manusia udah seharusnya saling tolong menolong."

"oh iya, pintu rumah gue selalu terbuka lebar buat lo jadi kalo ada apa apa kabarin gue ya?" ujar Adam

Mentari terkekeh kecil dan mengangguk paham "siap bos!"

💌💌💌

"makanan tuh dimakan, bukan dipelototin doang." sindir Jaka

Satya masih belum memakan sandwich dari Mentari dan hanya menatapnya terus menerus tanpa menggubris perkataan teman kecilnya yang sedari tadi memperhatikannya.

"capek gue ngomong sama patung." ujar Jaka seraya merebahkan dirinya di sofa

baru saja Jaka hendak memainkan game online di ponselnya, tapi perkataan Satya membuatnya mengalihkan atensinya "lo ngerasa gak sih kalo cewek tadi tuh kayak gak asing?"

Jaka yang tadinya tiduran di sofa langsung mengubah posisinya menjadi duduk "maksudnya? si Mentari?"

Satya mengangguk "gue kayak pernah liat dia, tapi lupa dimana."

Jaka justru terkekeh kecil menanggapi perkataan Satya "perasaan lo aja kali, lagi pula lo juga baru balik dari Jepang sebulan lalu, mana mungkin."

Satya lantas menatap ke arah Bintang yang terlelap dengan beberapa alat di tubuhnya "gue gak mungkin lupa..." gumamnya

💌💌💌

Kini Satya sedang berada di gudang rumah miliknya mencari cari barang yang ia cari. alasan ia pulang ke rumah pun sebatas "gue mau ambil baju dulu." dan diangguki oleh Jaka yang sibuk dengan game online nya

"nyari apa mas Satya?" tanya bi Leni

Satya berhenti mencari "cari album foto bi, bunda taruh dimana ya?"

"oalah to mas kirain nyariin apa, kan bisa minta tolong sama saya." ujar bi Leni

Satya justru cengengesan "abis tadi bi Leni masih sibuk masak makanya saya nyari sendiri."

bi Leni terkekeh kecil "ya ampun mas Satya kayak sama siapa aja, kalo album foto disimpen sama ibu di lemari kamarnya mas bukan disini."

"oalah pantesan gak ketemu hehe, makasih bi."

"sama sama mas Satya, oh iya tadi ada paket saya taruh di ruang keluarga." ujar bi Leni

Satya mengangguk "dari ayah bi?"

bi Leni menggelengkan kepalanya tanda tak tahu "gak ada nama pengirimnya mas, coba dicek dulu."

"yaudah bi makasih ya."

"sama sama mas, mari."

Satya lantas segera menuju ruang keluarga untuk mengambil paket yang dimaksud bi Leni, melupakan tujuan utamanya pulang ke rumah.

tampak sebuah amplop dengan hiasan pita berwarna biru diatas meja ruang keluarga, dengan cepat Satya segera membukanya dan ternyata isinya membuat kepala Satya pusing 7 keliling.

💌💌💌

mana yang nungguin double update nih???

7 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang