🥤26. Prahara mertua

80 21 0
                                    

"Argggg! "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Argggg! "


"Mamah!"


Langkah ketiga manusia yang hendak menuju pintu keluar itu terhenti mendengar suara Jovan yang disaat bersamaan tubuhnya gue dorong hingga terjungkal jatuh ke lantai.


Duk


"Aduh!"


"Wah, maaf yah nak, kami masuk tiba-tiba dan ga memperkirakan hal ini. Harusnya kami bisa lebih pengertian hehehe."


Imel POV


Gue Terbelalak kaget bukan main menyadari gue dan Jovan yang sekali lagi kembali terpergok kedua orang tua Jovan kali ini plus bukde Ayu.

Otak gue masih belum bisa mencerna apapun, perihal ciuman sedetik lalu atau bagaimana awal mulanya gue bisa berakhir terlelap dalam dekapan Jovan disofa ini. Kami buru-buru Bangun dan menyambut kedatangan mama papa Jovan alakadarnya. Tengsin abis gila!

"Mama Papa udah lama nyampenya? Maafin kami yah ma-pa, ga bisa bukain pintu dan menyambut lebih sepantasnya."

Gue berujar penuh sesal dan hanya ditanggapi senyuman hangat oleh mama Jovan yang menyambut uluran tangan gue lalu memeluk tubuh ini.

Di seberang sana bukde Ayu langsung saja menghampiri dapur alias markas besarnya dan meletakan barang belanjaan dan bawaan mama Jovan di meja dapur, siap mengolah masakan.

"Hem, Jadi hari ini Kalian ga kuliah dan hanya kelonan seharian? Pantesan Kami telepon dari tadi ga diangkat-angkat. Masih sibuk sekali ternyata." Baru hendak mencium telapak tangan Ayah mertua gue dipaksa tercekat dengan guyonan Makjleb ala Pak Andre, manusia asli korea dengan jokes mesum lintas negara. Gue hanya mampu meringis malu dan menggeleng.

"Enggak pa, hari ini Imel lagi ga enak badan jadi Bang Jovan ngerawat Imel dari semalem, tapi Imel juga heran kenapa bang Jovan dirumah aja hari ini padahal Imel udah mendingan."

"Namanya kan suami yah ma, harus selalu siaga dong..." Gue usai menyalami Papa lantas menoleh pada Jovan di depan mama dan memelototinya. Memuji betapa pintar bibirnya berkilah. Tentu saja mama Maya mengiyakan ucapan anaknya disambung kalimat ayah Jovan yang lagi-lagi bikin tersedak.

"Kalian Nikah udah hampir tiga bulanan kan yah, kalau tiap hari masih kayak pengantin baru gini masa belum ada tanda- tanda Kehadiran baby sih? " Gue tersenyum hambar seraya tertawa formalitas sebelum undur diri ke toilet untuk membasuh wajah kucel penuh malu ini, membiarkan Jovan terjebak dalam ultimatum ayahnya sendiri.

"Untuk Baby... Sepertinya kami mau menunda dulu untuk sekarang ma... Pa. Mengingat kesibukan kami, yang ada kasihan Imelnya nanti kalau tiba-tiba harus mengandung dan ngurus bayi. Jadi mama papa jangan berharap lebih dulu yah dalam waktu dekat." Gue tersenyum simpul mendengar alasan logis Jovan yang sangat menjiwai sekali peran sebagai imam rumah tangga baik yang amat bertanggung jawab. Padahal sehari-hari kami berdua tak ubahnya hanya seperti kucing dan tikus loteng.

Our Blue Sky : JOVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang