The Wall

677 88 4
                                    

"Dari mana?"

Langkah membosankan Jimin terus mengganggu Jungkook yang mengharapkan jawaban atas pertanyaannya.

"Jimin? Dari mana?"

"Rumah Taehyung."

"Kamu bilang akan menungguku?"

"Sampai kapan? Bahkan aku saja tidak tahu harus menunggumu berapa lama lagi."

"Lalu kamu pergi ke rumah Taehyung begitu saja?"

Jimin meliriknya tajam, terlalu muak dengan segalanya. Dia hanya ingin beristirahat saat ini. Memberitahu segalanya pada Taehyung benar-benar menguras tenaganya. Benar, Jimin memutuskan untuk memberitahu Taehyung segalanya. Tentang dirinya dan Jungkook, juga tentang pernikahan yang direncanakan orang tua mereka. Taehyung tidak boleh disakiti lebih jauh lagi, setidaknya tidak oleh Jimin. Setelah genap tiga detik langkahnya terhenti, Jimin kembali melangkah. Berjalan dengan yakin menuju kamar Jungkook yang kini harus dibagi berdua dengannya.

"Jimin! Aku sedang bertanya!"

"Urus urusanmu sendiri."

Sungguh lucu bagaimana pagi tadi mereka merasa hangat dan tersipu namun ketika malam tiba keduanya diselimuti oleh dingin dan sendu.

"Dasar bodoh." Bisik Jimin lirih di bawah napasnya.

Bukannya Jimin tidak ingin menjawab pertanyaan calon suaminya itu, Jimin tentu ingin menjadi suami yang baik dan menghargai suaminya. Hanya saja, Jimin tidak sekuat itu untuk menjawab pertanyaan Jungkook dan menahan perih di hatinya setelah melihat bagaimana dunia Taehyung hancur tepat di hadapannya.

Jungkook bukanlah orang yang biasa memaksakan kehendaknya. Dilahirkan di tengah keluarga bergengsi membuatnya menjunjung tinggi privasi setiap orang, terlebih jika itu adalah calon suaminya sendiri. Jimin berhak untuk bungkam, meskipun hening ini menikam. Langkahnya terhenti tepat setelah tubuh mungil Jimin menemukan posisi ternyaman di ranjang mereka.

"Aku minta maaf, Jimin. Ada urusan mendadak tiba-tiba."

Permukaan telapak Jungkook yang dingin mendarat di puncak kepala Jimin yang berbaring membelakanginya. Sekali lagi, Jimin kalah. Perlakuan Jungkook yang selalu lembut meskipun dia selalu menaikkan nada bicaranya tentu membuat Jimin luluh. Jimin benci karena dia terlalu mudah mengalah pada Jungkook. Terlebih, Jimin sangat membenci dirinya sendiri karena dia menghancurkan dunia Taehyung yang mencintainya namun dia sendiri justru hancur karena Jungkook yang datang dengan kurang ajar ke dalam hidupnya begitu saja.

"Jangan minta maaf, aku paham kamu orang yang sangat sibuk. Jadi tolong biarkan aku mengurus urusanku sendiri juga, aku tidak akan melanggar privasimu dan kuharap kamu juga melakukan yang sama."

"Jimin, aku harus tau apa yang dilakukan suamik-"

"Kita belum menikah. Setidaknya jangan ikut campur urusanku sampai kita menikah nanti. Saat kita menikah nanti, aku janji akan fokus pada rumah tangga kita."

"Apa maksudmu? Kamu ingin bersenang-senang dengan kekasihmu itu sampai kita benar-benar menikah?"

"Apa itu salah? Toh kita belum terikat secara resmi."

"Jimin-"

"Aku ingin istirahat."

Di titik ini Jungkook sama sekali tidak mengerti calon suaminya itu. Begitu pun Jimin, dia sama sekali tidak mengerti Jungkook. Namun dia lebih tidak mengerti dirinya sendiri. Apa tujuannya membohongi Jungkook? Apa tujuannya bersikap seolah dia masih berhubungan dengan Taehyung ketika dia sudah mengakhiri semuanya dengan Taehyung saat dia di rumah Taehyung tadi. Entah mengapa dia seolah berusaha membangun dinding tebal antara dirinya dan Jungkook.

Tumble Like A Stone ㅡ Jikook/KookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang