Seorang pria muda dengan wajah kekanakan tengah berdebat dengan orang kepercayaannya.
"Bodoh! Kau tak punya petunjuk apapun, lalu bagaimana kita akan mengenalinya?" Ujarnya kesal.
"Tuan muda, bukankah salahmu yang terburu-buru pergi? Kau sendiri yang pergi dengan marah tanpa mau mendengar penjelasan tuan besar."
"Apa kau mencoba menceramahiku Bver?!" Katanya penuh penekanan.
"Tuan muda, bagaimana aku berani?" Nyali asisten yang tuan muda sebut Bver itu menciut.
"Lalu katakan padaku, bagaimana kau akan mendapatkan orang itu?"
"Saya tak punya ide. Tuan muda mungkin ada."
Tuan muda itu memutar mata dengan malas.
"Aku memberimu uangku tapi kau tak bisa kuandalkan, sudah saatnya menggantimu."
"Tuan muda, kau tak bisa melakukan itu padaku. Aku pastikan mulai sekarang akan bekerja lebih keras lagi." Tegas sang asisten.
"Kalo begitu cepat lakukan tugasmu!"
"Baiklah...Tuan muda..." Tiba-tiba asisten itu menunjuk ke pintu kedatangan. Saat ini keduanya berada di area penjemputan Narita Airport.
Seorang pria tampan dengan malas menarik sebuah koper keluar dari pintu kedatangan. Raut wajah yang acuh dengan tatapan tajam, pandangan yang begitu sinis seolah dia tak ada hubungannya dengan keadaan sekitar.
"Tungg..gu.." Tuan muda menahan lengan asistennya.
"Ada apa?" Tanya asisten.
"Kau yakin dia orangnya?"
"Nyonya besar berkata bahwa pemuda itu dari Thailand, wajah yang kecil dan tampan, perawakan tinggi seperti model. Coba saja tuan muda cari, sedari tadi kita menunggu, hanya dia yang masuk kriteria."
"Emmh..."
"Tuan muda, apakah kau berubah pikiran hanya karena dia tampan?"
"Ap..apa maksudmu? Aku hanya berpikir mungkin ada jalan lain, tanpa harus melakukan kekerasan."
Asisten mencibirnya, jelas-jelas tuan muda itu tampak terpana setelah melihat orang dimaksud.
"Jadi bagaimana?"
"Dia lebih tinggi dari kita, badannya juga kelihatan lebih besar. Dengan kita berdua bagaimana mungkin kita bisa menculik dan menghajarnya?"
Asisten mendesah, "Sebagai putra seorang yakuza bukankah tuan muda sudah terlatih untuk itu? Anda bahkan bisa mengalahkan petarung yang dua kali lipat lebih besar dari anda."
"Kau yakin mereka bukan sengaja mengalah karena takut melukaiku?"
"Ckkk bahkan jika mereka memilih mengalah, mereka tak akan menunggu sampai babak belur."
"Ugghh lalu bagaimana ini?" Ia berkata dengan ekspresi imut yang menggemaskan.
Asisten mendesah melihat ekspresi yang ditampilkan majikannya, jika ia mengatakan apa yang ada di hatinya sekarang sudah pasti akan mendapat pukulan di wajahnya.
"Tuan muda, apalagi? Kenapa tidak kembali ke rencana awal?"
"Ugghh aku tidak bisa melakukan hal kejam seperti itu, hati nuraniku menolaknya. Dan sepertinya aku punya ide lain."
"Apa itu?" Asisten itu berpikir jika tuan mudanya melembek hanya karena melihat ketampanan pria Thailand itu.
"Berikan kunci mobil!"
"Tuan muda, apa yang Anda lakukan?" Sang tuan muda bergegas mendekati pria tampan incarannya.
"Halo tuan, apa Anda tamu di Athena hotel?" Sapanya.
"Benar."
"Oh saya datang untuk menjemput Anda." Meski merasa keheranan, pria tampan itu menyerahkan koper miliknya, lalu masuk dalam mobil.
Tanpa keluhan sang tuan muda langsung menerima koper dan memasukkannya ke dalam bagasi. Ia melambaikan tangannya pada sang asisten untuk mengusirnya sebelum masuk ke pintu pengemudi.
"Ughh Tuan, bagaimana perjalanan Anda tadi? Apakah cukup menyenangkan?" Orang itu masih tetap diam.
"Oh Tuan, saya sampai lupa memperkenalkan diri. Saya War Wanarat, salah satu orang tua saya juga berasal dari Thailand. Saya dengar di bulan-bulan ini biasanya di sana sedang panen anggur, apakah panen tahun ini cukup bagus? Saya pernah belajar sebagai pencicip anggur, salah satu yang pernah saya coba dari Thailand adalah anggur dari keluarga..."
"Bisakah saya mendapat ketenangan? Saya cukup lelah karena perjalanan ini." ujar pria itu ketus.
"Oh maaf, semua karena ketidaktahuan saya." Melihat orang itu menatapnya tajam melalui kaca spion, War langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
Tiba di depan Athena hotel dan melihat tamunya masih tertidur di kursi belakang, War kembali memutar kemudi, mengelilingi sebagian jalanan di Tokyo.
Sesekali War akan melirik ke arah spion untuk melihat pria yang di bawanya, ia akan tersenyum melihat betapa tampannya pria itu.
Setelah cukup berkeliling mereka kembali ke Athena hotel dan War pun membangunkannya.
"Tuan, kita sudah sampai!" Teriaknya.
"Suaramu benar-benar menjengkelkan." keluh orang itu.
War tak terganggu dengan keluhannya, ia tetap tersenyum ramah. Ia turun dari mobil dan membukakan pintu untuknya.
"Tuan muda..." panggil seorang petugas di depan pintu hotel.
"Diamlah!" ancam War dengan menahan suaranya.
Penumpang di mobil War hanya melihatnya sekilas dan mengabaikannya, ia lalu masuk ke lobi hotel diikuti seorang petugas yang membawakan barang bawaannya setelah diserahi oleh War. War sendiri segera berlalu dari tempat itu.
Resepsionis yang melihat orang itu datang bersama War segera memberikan kartu kamar untuknya. "Tn. Worrasarn ini kamar yang kami siapkan untuk Anda."
Pria itu mengernyit, "Nona apa kau tidak salah?"
"Tentu saja tidak, tuan kami sudah menginstruksikannya."
"Saya Wong bukan Worrasarn."
"Oh itu terdengar mirip, mungkin itu maksudnya tuan, mohon maafkan kesalahan kami. Silahkan menikmati waktu istirahat Anda." ujar resepsionis itu tampak malu.
"Hmmm." Ia lalu pergi dari lobi menuju kamarnya.
Sementara itu seorang asisten memasuki kamar War, melaporkan apa yang baru saja ia dengar di lobi.
"Tuan muda, orang itu berkata jika namanya bukan Worrasarn, melainkan Wong."
"Benarkah?" tanya balik War. "Di mana Bver? Apa ia sudah kembali?"
"Bukankah Anda tadi meninggalkannya di bandara? Melihat bagaimana Anda berkendara mungkin dia masih di jalan."
"Suruh dia dia menghadapku jika sudah kembali."
"Baik Tuan muda." Asisten itu segera mengundurkan diri.
Tak berapa lama.
"Tuan muda! Tuan muda! Kita dalam masalah!" Bver menerobos masuk kamar War.
"Bocah Sial! Kebodohan apalagi yang kau lakukan!"
"Tuan muda, bagaimana ini? Tuan besar mengatakan orang itu baru akan tiba di Jepang besok pagi. Jadi pria yang tadi kau bawa bukan orang dimaksud."
"Apa?!!"
Tbc