💙 Penyusup ketahuan 💙

1.9K 144 0
                                    

Selama dua minggu, semuanya berjalan dengan aman dan lancar. Dhea berpikir Iqbaal tetap tidak mengetahui keberadaannya. Padahal jelas-jelas Iqbaal selalu tahu ketika ia masuk ke dalam kelas orang lain. Tapi Iqbaal masih membiarkan hal tersebut.
Sampai akhirnya, di hari Selasa ini, saat Iqbaal mengajar di kelas Rafael, sesuatu yang tidak diharapkan oleh Dheapun terjadi.

"Sebelum saya mulai menjelaskan materi hari ini, ada hal yang ingin saya bicarakan," ujar Iqbaal dengan serius. Seketika, aura di kelas terasa mencekat. Semua orang menjadi tegang.

Deg! Dhea mulai panik dan takut kalau Iqbaal sudah mengetahui keberadaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deg! Dhea mulai panik dan takut kalau Iqbaal sudah mengetahui keberadaannya.

"Selama dua minggu ini, saya diam saja. Tapi bukan berarti saya tidak tau kalau ada penyusup yang masuk ke dalam kelas ini," ucap Iqbaal dengan tegas sambil melirik sinis ke arah Dhea yang duduk di bangku tengah paling belakang.

Keringat dingin sudah mulai bercucuran. Dhea menjadi semakin panik. Lalu tiba-tiba ....

"Dheana, silakan maju ke depan!" ucap Iqbaal membuat suasana kelas semakin tegang.

Iqbaal memanggil namanya dan menyuruhnya ke depan. Huft! Tamatlah riwayat Dheana.

Gue harus gimana ini? Bingung Dhea.

"DHEANA!!!" panggil Iqbaal lagi dengan suara yang begitu lantang dan tegas membuat Dhea dan lainnya terlonjak kaget.

"I-iya, Pak," balas Dhea.

💙💙💙

Dengan ragu, Dhea berjalan menghampiri Iqbaal. Ia berjalan sambil menundukkan kepalanya karena tahu kalau ia bersalah dan ia malu akan hal tersebut. Malu terhadap Iqbaal, malu terhadap teman-teman sekelas, dan malu pada dirinya sendiri.

"Siapa yang menyuruh kamu ikut kelas ini?" tanya Iqbaal.

"A-anu, Pak."

Dhea bingung harus menjawab apa. Ia benar-benar gugup. Iapun masih menunduk karena tidak berani menatap mata elang Iqbaal.

"JAWAB YANG BENER!!!"

Suara Iqbaal kembali naik satu oktaf membuat Dhea lagi-lagi terkejut.

"Ng-nggak ada yang nyuruh, Pak. Ini semua keinginan saya sendiri," jawab Dhea.

"Rafael!"

Mendengar namanya dipanggil oleh Iqbaal membuat jantung Rafael berdetak 2 kali lebih cepat dari biasanya.

"I-iya, Pak?" tanya Rafael.

"Siapa yang mengizinkan Dheana masuk ke kelas ini?" tanya Iqbaal.

"Eeee ...." Rafael juga kebingungan.

"JAWAB PERTANYAAN SAYA, RAFAEL!!!" sentak Iqbaal.

"Rafael nggak salah, Pak. Ini semua salah saya. Saya yang mau ikut kelas Bapak," sahut Dhea karena tidak tega melihat Rafael ketakutan.

Pak Iqbaal : Dosen Ganteng || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang