01. You

680 86 19
                                    

Suara bel sekolah yang memenuhi pendengaran membuat perempuan berkuncir satu di tepi lapangan tergesa-gesa. "Anjir, cepetan, Je." Kesal Fellyn akan Jeaveline yang masih sibuk berkutat dengan es krim vanilla yang belum sempat habis sebelum bel berbunyi.

"Diem elah lu. Gue jadi makin panik ah!" Seru Jeav tak kalah kesal dari sahabat karib nya itu. "Lu berdua lama. Gue tinggal!" Sahut seorang perempuan berambut panjang dengan jepit rambut bunga putih yang kini tengah berlari menjauh dari keduanya.

"Jesel!! Lu jangan ninggalin gue ama mak rempong anjir!" Teriak Fellyn menggelegar di tepi lapangan. Tanah berlantai biru muda itu berisi beberapa pemuda pejabat anggota tim basket putra SMA Rossetta.

"Sstt! Diem deh lo! Brisik!" Pekik Jeav yang sebenarnya jauh lebih berisik.

Fellyn mendecak dan mengusak rambutnya frustasi. "Ah! Lu cepetan deh! Ini pelajaran Bu Hesti anjinggg!!!" Jeav lantas membulatkan kedua netranya lebar.

"HAH?!?!?!"

Dengan sigap, Fellyn langsung membekap mulut bak toa milik Jeaveline dan melirik kesana kemari cemas. "Sstt! Diliatin sama anak basket, lu ga malu apa?!" Bisik Fellyn kepada Jeav tajam.

"Emang ada yang cakep?"

Jawaban yang melenceng dari mulut Jeaveline membuat Fellyn menggeleng heran. "Ada!" Seru perempuan yang memang terkenal berambisi saat membahas tentang lelaki tampan. Ia adalah salah satu ahli cowok ganteng di sekolah ini.

Jeaveline menarik kedua alisnya penasaran. "Yang mana?" tanyanya ingin tahu.

Fellyn mengarahkan telunjuknya ke arah pemain punggung 02 yang jaraknya tidak jauh dari mereka.

"Itu tuh! Kaptennya! 11 IPA 1, Joshua Brian. Dipanggil Joshbrian tanpa spasi."

Namun sepertinya kesialan kedua gadis itu terkumpul untuk hari ini. Lelaki yang tengah ditunjuk oleh Fellyn kini menatap tepat ke arah keduanya. Pemuda dengan nomor punggung 02. Joshua Brian.

Lelaki yang katanya bernama Josh Brian itu mengernyit ke arah Jeav dan memandangi perempuan itu lamat-lamat. Dan saat itu juga, Jeaveline merasakan dentuman jantungnya yang bertambah. Wajahnya terasa semakin hangat di bawah langit mendung siang ini. Kedua manik bening saling menyahut dan terdiam untuk beberapa detik hingga suara lantang dari arah kiri menyela.

"JEBE TANGKEP!"

Pemuda itu menoleh dan menangkap bola basket oren dari temannya yang bernomor punggung 07, Javier Wijaya. Dalam detik itu juga, Jeaveline tersadar dan mengerjapkan netranya bingung. Perasaan apa yang baru saja terjadi?

Joshua kembali menoleh ke arah Jeav untuk beberapa saat dan berakhir mengembalikan fokusnya pada permainan basket mereka. Sedangkan detak jantung perempuan dengan es krim vanilla meleleh itu sudah tidak karuan. Dirinya bahkan tidak sadar bahwa sahabatnya telah mengucapkan selamat tinggal dan meninggalkan dirinya.

Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri. "Ah, Fellyn anjing." gumamnya.

Dengan langkah cepat, ia memasuki gedung sekolah dan mencuci tangannya yang tercemar cairan manis putih dari es krimnya. Tepat setelah ia mengambil tissue kering dan mengeringkan tangan basahnya, pandangannya kembali menangkap lelaki yang sama.

Joshua Brian?

Lelaki itu berdiri di depan toilet laki-laki seraya melipat pakaian olahraganya. Kornea gadis itu kembali mendarat pada wajah tampan milik Joshua yang sedari tadi mencuri atensinya. Joshua yang menyadari pun langsung mendongak, menatap Jeaveline dengan bingung.

Bagai kecepatan kilat, pupil Jeav sudah bergelinding menghindar dari tatapan mengintimidasi sang lelaki. Tubuhnya seakan-akan memerintahkan dirinya untuk kembali ke dalam kelas. Langkahnya berubah cepat dan ia meninggalkan Joshua di depan toilet dengan tas hitam pada pundak kirinya. Pemuda itu terdiam dan memandangi punggung Jeaveline dari kejauhan.


physics ;  jake shim.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang