4 - Demam

6.6K 663 79
                                    

"Hatchuu!"

Kesekian kalinya, Sarada bersin keluar beserta ingusnya yang meleber ke mana-mana.

Kakuzu memincingkan matanya tajam, uang kas Akatsuki habis terkena ingus menjijikkan dari bocah asing ini.

"Oi, Itachi. Minta kubunuh 'kah bocah ini?" Kakuzu menyimpan uang-uangnya ke tempat aman. "Jantung bocah juga tidak masalah," gumamnya.

"Hatchuu~" Sarada menggesek hidungnya, merasakan gatal. Hingga hidungnya memerah dengan ingus yang meler ke bawah.

"Itachi, sepertinya keponakan tercintamu ini sakit," sahut Kisame memainkan samehada-nya.

"Hn. Mungkin saja." Itachi menggendong Sarada dan mendudukkan gadis kecil itu ke pangkuan. Mengambil beberapa lembar tisu dan membersihkan ingus Sarada.

Tak ingin uangnya ludes, Kakuzu segera pergi bersama Hidan untuk misi selanjutnya. Ketauhilah, menjadikan Kakuzu sebagai bendahara Akatsuki merupakan hal buruk—karena dia pelit.

"Paman..." Itachi merespon sekenanya, "Hn?"

Sarada dibuat cemberut. "Paman, dingin!" Kemudian, gadis itu merengek.

Itachi menghela napas. Ia membuka kancing jubah hingga sebagian menutupi tubuh mungil Sarada.

"Hangat?" Sarada mengangguk lucu, bocah itu semakin meringkuk, menarik jubah pamannya agar semakin menutupi tubuhnya.

Memulai analisa. Sarada tengah terkena demam sekarang. Wajahnya pucat dan hidungnya memerah karena flu, suaranya juga serak.

"Hiks... hiks... Mama..." Sarada mulai mengigau dalam tidur.

Itachi diam sembari mengelus puncuk kepala Sarada lembut. Pasti dia merindukan ibunya.

"Aku pergi," pamit Itachi membawa Sarada ke kamar untuk perawatan lebih lanjut.

"Darimana kau pungut gadis jelek itu?" Sasori bertanya sembari membuat obat herbal untuk Sarada.

Itachi bergeming.

Sasori membanting peralatan sedikit keras. Ia paling benci menunggu.

"Kuanggap dia anak pungut," putus Sasori enggan menunggu respon Itachi.

"Hn."

Sasori memberi obat herbal pada Itachi, juga berpesan, "Jangan lupa kompres kepalanya."

"Hn."

Brak!

Itachi menatap pintu kamar Sasori yang baru saja ditutup dengan lumayan kencang. Ya, Sasori memang orang yang sedikit sensitif soal tunggu-menunggu.

"Paman, kemana saja hiks..." Sarada menyambut Itachi dengan pertanyaan disertai tangisan.

"Ruangan Sasori," singkat Itachi.

"Sasori itu siapa, Paman?" tanya Sarada masih sesegukan.

"Anak pungut," jawab Itachi.

Sarada melongo, tidak mengerti.

"Jadilah anak penurut," pesan Itachi sebelum mengompres jidat lebar Sarada.

"Hihi... Dingin." Sarada menggeliat merasakan sensasi dingin di area kening.

Tanpa sadar, Itachi tersenyum tipis.

"Paman."

"Hn?"

"Apa Sarada tidak punya bibi?" tanya Sarada polos.

Tanpa sadar jika pertanyaan tersebut menohok hati terdalam Itachi.

SARADA Goes To THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang