“SUGURUU! AKU MENEMUKANNYAA!”
Getou kaget, lantas memasukkan ponsel pintarnya ke dalam saku celana sembari menatap sekeliling. Ia menemukan Gojou
berlari dari jalan setapak ke arahnya. Getou melayangkan tatapan bingung pada si surai putih, apa yang terjadi pada anak itu sampai berteriak?“Sejak kapan ada di sana, Satoru?” tanya Getou setelah sang kawan berhenti berlari di hadapannya.
“Aku menemukan gadis itu?!” ucap Gojou.
“Ha?! Di mana dia?”
Sang surai putih lantas menarik lengan Getou, lalu teleportasi ke lapangan di mana ia menemukan gadis itu beberapa detik lalu.
Namun, tidak ada siapa pun di sini.
“Eh?” Gojou memasang tampang aneh.
“Di mana dia, Satoru?” tanya Getou.
Gojou mengusap rambut menggunakan tangan kanan. Manik indahnya mengedar ke sekitar lapangan, merasakan aura kutukan atau apa pun itu untuk mencari keberadaan sang gadis. Namun, dia tak merasakan apa-apa.
“Dia menghilang,” kata Gojou sembari mengernyit.
Getou menghela napas. Tangan kirinya menepuk-nepuk punggung sang kawan seraya berkata, “Dia pasti kaget lalu pergi setelah mendengar teriakanmu tadi.”
Gojou mengapit dagu. “Gadis itu tipe pemalu, ya, ternyata.”
“Tidak. Aku yakin bukan itu alasan dia pergi.”
Angin berembus, hingga membuat surai putih Gojou sedikit bergoyang. Ia cukup merasa kecewa. Kesempatan untuk berbincang dengan perempuan itu hilang karena dia tiba-tiba pergi begitu saja saat Gojou sibuk memanggil Getou.
Hmm .... Gojou melangkah ke arah tempat di mana gadis itu memainkan alat musik tadi. Matanya menatap ke bawah. Seakan mencari sesuatu.
“Huh?” Gojou berjongkok. Lantas menyingkirkan beberapa helai daun kering di atas tanah menggunakan tangan kirinya. Satu alis pria itu terangkat, lantas mengambil sebuah kalung coker bertali hitam dengan gantungan daun maple kecil dari atas tanah.
“Satoru?” Getou melangkah mendekat. Manik matanya menatap pada benda sedang Gojou pegang.
“Gadis itu menjatuhkan kalungnya,” ucap Gojou dengan nada yakin.
“Kenapa kau bisa seyakin itu kalau kalung ini adalah milik gadis itu?” tanya Getou lalu berjongkok di samping Gojou.
“Firasatku bilang begitu.” Gojou berdiri, memasukkan kalung tadi ke dalam sakunya. “Ayo pulang, Suguru.”
꒰🍁꒱
Gojou membanting tubuhnya di atas ranjang king size. Menatap langit-langit kamar sebentar, lantas merogoh saku celana untuk mengambil kalung coker tadi, kemudian memerhatikan benda itu dengan saksama.
“Aku tidak merasakan aura kutukan darinya ....” Gojou memutar-mutar kalung coker menggunakan jari telunjuknya.
Siapa gadis itu? Apa dia penyihir juga? batin Gojou. Lalu menghela napas jengah. “Ah~ ini merepotkan~”
Tangan kanannya terangkat. Memerhatikan jari kelingkingnya. Tidak ada benang merah di sana. Benang yang menghubungkan dirinya dengan gadis itu.
Ikatan itu ... muncul padaku? batin Gojou lagi, kemudian mengepalkan tangannya.
“Ini jadi makin merepotkan!”
🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁
Gojou menguap. Berjalan menuju ruangan kelas seraya menenteng tas sekolah.
“Pagi, Satoru.”
Getou datang, langsung menepuk punggung Gojou lumayan kelas hingga pria itu sedikit terdorong ke depan.
“Kau terlihat tidak bersemangat hari ini,” ucap Getou.
“Aku menghabiskan malamku memikirkan tentang gadis itu.”
Getou menghela napas. “Kau sangat penasaran dengan kekuatannya?”
“Dia membuatku bertanya. Gadis itu tidak memiliki energi kutukan sama sekali. Lalu? Bagaimana caranya dia bisa teleportasi?”
Getou mengapit dagu. Ia pun juga bertanya-tanya dan penasaran. Bagaimana cara gadis itu teleportasi di saat dia tak punya energi kutukan? Ia mengingat beberapa buku soal penyihir-penyihir terdahulu, berharap bisa menemukan jawaban lewat memorinya.
Getou menjentikkan jarinya kala mengingat sesuatu. “Mungkin dia termasuk penyihir elemen?”
“Oh! Penyihir kuno itu, ya! Bisa jadi, tapi penyihir seperti itu masih ada memangnya?”
Penyihir elemen. Berada di tingkat wizard yang berbeda jurusan dengan shaman seperti mereka. Penyihir seperti itu mengandalkan kekuatan elemen dan alam daripada teknik serta energi kutukan.
“Bisa jadi, 'kan?” Getou mengangkat satu alisnya seraya membuka pintu kelas. Lalu melangkah masuk bersama Gojou.
“Yo, Shoko,” sapa Getou seraya meletakkan tasnya di atas meja.
Ieiri Shoko menoleh ke arah belakang. Menatap malas pada dua lelaki yang menjadi partnernya.
“Yaga-sensei tidak masuk hari ini. Jadi, kita semua bebas kelas dan misi,” ucapnya lalu menoleh ke arah lain.
“Satoru, kau bisa gunakan waktu ini untuk istirahat.” Getou menarik kursi, lalu duduk.
“Aku mau ke kantin. Mau ganggu Nanami~!” Gojou melempar asal tasnya ke atas meja. Lalu melangkah dengan riang keluar dari kelas.
Getou memasang raut wajah aneh. Ia mengambil tas Gojou, meletakkan benda itu dengan rapi, lalu menyusul pria berjiwa bocah yang sepertinya sudah menggila di depan kelas.
Gojou berbelok ke kanan sembari bersiul entah membuat melodi apa. Maniknya memandang sekitar, hingga tanpa sengaja berhenti pada satu sosok gadis yang sedang duduk di bawah pohon tempatnya rebahan kemarin.
Gojou menghentikan langkah. Netranya menajam, menatap perempuan itu lekat.
“Anak itu ....”
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
꒰Note꒱
Hwhwhwhw
Adios.
Ann White.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Autumn Comes [School ver]
FanfictionGojou Satoru berjumpa dengan gadis itu saat musim gugur. Dia-lah orang yang menatapnya dalam, seakan menggali semua hal yang ada di dalam diri ... hingga membuat Gojo jadi menggunakan perasaan. Namun, ada suatu keanehan pada sang gadis. Hal yang ia...