XXXIX

1.3K 118 6
                                    

"I - ini.."

Ucap janhae menjatuhkan air matanya dengan mata yang terbuka lebar dan melihat sekeliling ruangan itu, ada vas bunga baru yang ayah nya lempar dan mengenai kepala nya lagi saat janhae mencoba menginjak kan kaki ke rumah nya dan ada juga bercakan darah dimana-mana.

"JAN?. LO KENAPA?!"

"Nak kamu kenapa?!"

"Nggak, NGGAK!"

Janhae ingin lari ke pintu yang terbuka itu, tetapi ada ssing yang berdiri di belakangnya dan alhasil ia memeluk Ssing erat sehingga ia menangis di dada Ssing,

"Jan.."

"Ssing.. Itu bukan rumah gua, gua nggak mau tinggal disini.. Ssing please bawa gua pergi dari sini, udah cukup penderitaan yang gua alami Ssing gua mohon.." Janhae menggoyangkan sedikit tubuh Ssing harit dengan wajah yang sangat ketakutan, ia tau bahwa di bawah itu ada bercakan darah karena terlihat sangat jelas terdapat darah yang mengering.

Mami hanya mengiyakan janhae ke rumah nya dan mami nya, karena Ssing juga tinggal bersama ayahnya. Tetapi ayahnya selalu kerja dan pulang larut malam di usianya yang sudah senja. Ayahnya selalu berkata jika ia tidak bekerja justru malah lebih gampang terkena penyakit. Dan ia juga tidak asing dalam organisasi mafia seperti yang anaknya lakukan karena dia adalah penjual berbagai macam senjata.

.

"Loh mi ini siapa?"

"Ihh ayah mah, bukannya di suruh masuk juga kasian janhae.."

"Oh iya, masuk nak."

Janhae masuk ke ruang tamu dan hanya berdiri dan melamunkan nasib yang menimpa keluarga nya, sedangkan Ssing berpamitan untuk mengambil kaos dan celana nya agar bisa di pakai janhae.

"Jan ini lo pak-"

Janhae tak merespon apapun perkataan dari Ssing ia justru mengeluarkan air matanya lagi dan lagi, entah kenapa sudah lama ia tak ke sana sedangkan saat ia di sana seperti tercekam dengan keadaan.

"Jan?" Ssing memegang pipi janhae yang sangat dingin seperti sebongkah es, dengan keringat yang terus bercucuran.

"Ayah"

"Ayah?"

Dan janhae pun menceritakan dari awal kepada Ssing Harit, dengan air mata nya yang selalu membasahi pipinya dan juga tatapan mata yang kosong,

"Jan.."

"Kamu nggak pernah percaya sama aku.. Lo selalu nuduh gue bahwa guelah yang udah ngebunuh ibu sama adek gue. Dan lo ngira ayah itu meninggal karena sakit akan ulah gue. Apalagi saat lo ngebentak gue karena kecelakaan mami lo Ssing, seakan akan gua lah yang bersalah di sini,dan itu sakit banget buat hati gue Ssing"

Ssing menarik tubuh janhae sampai ke dekapan nya dan di peluknya tubuh gadis yang sedang ketakutan itu, lalu janhae lagi lagi menangis di dalam pelukannya.

"G - gue mohon.." Janhae mendekap Ssing sangat erat. "Lo jangan bawa gue ke sana lagi ya.. Gue takut,"

"Ya ampun nak, Kalau ceritanya kayak gini lebih baik tante nggak kamu selamatin." Mami pun menghampiri anak nya yang sedang mengelus halus rambut anak gadis itu.

"Tante," Ucap janhae dengan lantunan nada yang rendah.

"Bukan tante yang salah, itu kan temen tante. Jadi tante harus ngebelain temen tante ya walaupun konsekuensi nya kayak gini,"

"Apakah, mereka semua udah tertangkap?" Sekarang giliran ayah yang berbicara.

"Sudah tadi baru saja, semua kebusukannya terbongkar. Bahkan anak manis yang berada di mansion mbak j itu juga keluarga di bunuh sama anaknya dia, dan dalang nya adalah dalang yang sama dalam cerita janhae" Potong mami.

Falling in love with 0017 | MEWGULF🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang