Cp 1▪️🍁

148 22 1
                                    

Pernikahan layaknya sebuah game bagi Kim Taehyung. Jika ia merasa bosan dengan game tersebut Taehyung akan memilih berhenti dan mencari game yang baru.

Slalu ganti istri membuatnya tak jera untuk tetap melaksanakan pernikahan, entah sudah berapa kali ia masuk ke dalam gereja hanya untuk mengucapkan janji suci yang dalam kurun waktu beberapa tahun ia akan kembali ke gereja tersebut dengan wanita yang berbeda.

Sampai pendeta terus mengelus dadanya, merasa jengah.

Namun itu tidak ada urusannya dengan Taehyung. Ia bahkan tidak pernah peduli dengan tanggapan orang lain tentang dirinya.

Dia kaya, berhak melakukan apapun, dan itu pun demi kebahagiaan dirinya terutama anaknya. Hasil pernikahannya dengan salah satu istrinya dulu. Kim Yura.

Gadis kecil berusia lima tahun harus merasakan pahitnya dunia tanpa kasih sayang seorang ibu, membuat Yura terus mengeluh agar Taehyung mencari seorang ibu baru untuknya.

Terkadang ia iri melihat Jihae dan Naeun slalu di jemput oleh ibu mereka, bahkan saat ada acara yang di adakan sekolah semua orangtua datang dengan langkap berbeda dengan dirinya yang slalu di dampingi sang ayah.

Dan begitu pula dengan Taehyung. Menjadi seorang ayah sekaligus ibu untuk Yura cukup sulit menurutnya. Ia harus mengerti putri kecilnya memahami setiap keinginan Yura, memanjakan putri kecilnya itu.

Hal yang sulit ia lakukan sebab dia pria sibuk, harus mengurus beberapa perusahaan miliknya. Meski ada Jimin dan Jungkook sebagai wakilnya, tapi akhir-akhir ini perusahaan cukup sibuk dan sangat membutuhkannya.

Dan Yura harus tinggal bersama pengasuhnya tanpa sang ayah untuk beberapa hari.

Terkadang Taehyung berfikir, dimana lagi ia bisa mencarikan seorang istri dan ibu untuk anaknya juga dirinya. Lebih dari lima kali menikah dalam tiga tahun berakhir membuat Taehyung sama sekali tak bisa menjatuhkan hati pada setiap gadis yang ia nikahi dan berujung dengan pertengkaran dan perceraian.

Hingga membuatnya lelah dan ingin berhenti tapi masih ada Yura yang membutuhkan sosok ibu dalam hidupnya.

Ia menatap putri kecilnya di kursi penumpang di sebelahnya, gadis kecil itu terus tersenyum memandangi secarik kertas dengan gambar bunga matahari di sana.

Membuat Taehyung bertanya-tanya. Apa yang membuat putrinya terlihat bahagia, bahkan tidak seperti biasanya.

"Yura tampak bahagia, apa yang terjadi. Hmm?" tanya Taehyung mengelus lembut pucuk kepala putrinya.

Membuat gadis kecil itu menoleh memperlihatkan kertas yang ia genggam. Membuat Taehyung mengernyit heran.

"Bunga?" tanyanya.

Yura mengangguk. "Jung ssaem memberikannya padaku"

"Jung ssaem? Apa dia gurumu?"

Yura mengangguk sekali lagi "Jung ssaem baru masuk beberapa minggu yang lalu. Tapi dia baru mengajar tadi di kelasku Appa. Dia sangat baik aku menyayanginya di pertemuan pertama kami"

"Jung ssaem?" Taehyung tersenyum mengulangi nama itu, tidak ada yang spesial dan ia juga tidak mengenali guru itu. Tapi melihat anaknya tersenyum karna dirinya membuat Taehyung penasaran dengan Jung ssaem.

"Appa bagaimana jika Jung ssaem menjadi ibuku? Aku mungkin akan bahagia. Dia wanita yang baik dan manis, aku mencintainya"



๑ ๑



Siang ini jalanan cukup ramai, panas terik matahari membakar setiap inci kulit yang melihtas tanpa mengenakan baju lengan panjang atau payung.

Gadis berambut hitam pekat itu berjalan lemas ke arah truck kopi di pinggir taman, menghampiri dengan wajah sendu. Duduk tanpa di suruh ia melirik ke arah wanita yang sibuk melayani pelanggan itu.

"Eonni!" panggil gadis itu setelah di lihatnya wanita itu tak sesibuk tadi.

Menatapnya sebentar, lalu menghampiri gadis itu. Wanita itu tersenyum "Kau disini?"

Gadis itu mengangguk, wajah lesunya tak bisa di sembunyikan. Panas menambah kelesuhan itu membuat lawannya merasa iba menawarkan sebuah minuman yang ingin dia minum guna mengurangi raut wajah yang tak ia sukai itu. Siapa tau bisa berubah menjadi wajah manis dengan senyum indahnya.

"Mau minum?"

"Tentyu!"

Gadis itu beralih masuk ke dalam truck kopinya yang di tawari justru tak menolak, dengan senang hati menjawab bersemangat.

"Banyak masalah ya?"

Gadis itu mengangguk, ice americano datang. Lumayan di tengah panas yang membakar secangkir ice bisa mendinginkan.

"Gajiku belum keluar" ujarnya kembali lesuh.

Gadis di sebrang sana menatapnya aneh, ada gejolak tidak enak dalam dirinya. Sesuatu yang membuatnya bisa jantungan dalam sedetik ia merasakan hal itu akan terjadi.

"Jadi?" tanya gadis itu was-was.

"Aku mau pinjam uang" ujarnya.

Membuat gadis berkulit putih pucat itu menepuk tangannya dengan kuat, membuat lawannya terkejur. Wajah memelas tadi kini berubah menjadi keterkejutan.

Dugaannya benar. Ia memang tidak pernah salah dalam hal menduga.

"Berapa?"

"100rb won"

Yang di pinjami tersedak. Mendengar jumlah yang tak main-main itu membuatnya ingin menampar lawan bicaranya.

"Ya! Jung Wheein"

"Eonni Bae"

"Aku sedang tidak memanggilmu bodoh"

Gadis itu mencibir sebal. Kenapa harus ada kata bodoh yang membuatnya tampak bodoh sebenarnya.

Yang di cibir malah sibuk menghitung uang di saku celemek-nya. "Tidak cukup 100rb won. Hanya 50rb won"

"Tidak apa-apa eonni, yang penting cukup bayar uang sewa saja. Soal makan aku bisa minta ke Seulgi atau Sowon nanti"

Wheein tersenyum memandang Bae di hadapannya, wanita empat tahun lebih tua darinya itu memejamkan matanya menatap langit yang masih terik di atas.

Kemudian kembali menatap lawan bicaranya menarik nafas panjang, mengubah nada suara yang tadinya keras kini menjadi lembut.

"Whee, berhenti egois. Hoseok membutuhkanmu tidakkah kau iba dengannya? Kepergian orangtuamu bukan salahnya. Kasian sedikit pada Oppamu. Aku tau kau merindukannya tapi dengan caramu menjauhinya atas kesalahan tanpa di sengaja. Jujur! Itu kejam. Kau sama saja menghukumnya"

Wheein terdiam mendengar penjelasan Bae, hatinya perih mendengar nama itu. Namun rasa marah tentu masih menguasai dirinya.

Perihal tragedi lima tahun lalu.[]

••

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak di kolom komentar. :)

Love Man Kim | wheetae [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang