10. 조개 / clams

268 54 8
                                    

Yerim masih berkutat dengan lumpur-lumpur yang sudah menenggelamkan kakinya hingga betis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yerim masih berkutat dengan lumpur-lumpur yang sudah menenggelamkan kakinya hingga betis. Dalam hatinya meratapi nasib yang tidak pernah berpihak padanya jika bermain chamchamcham.

Beberapa menit lalu, tentunya di dalam siaran, ia kalah bermain game melawan Jeongguk. Sungguh buruk nasibnya hingga harus berada di dalam kubangan lumpur untuk mencari kerang, sedangkan pemuda itu bersantai di pesisir pantai sambil menikmati es jeruk. Mungkin pemuda itu sedang menertawakan sekaligus mengasihaninya, itupun kalau seorang Han Jeongguk punya hati.

Kerang-kerang sudah mengisi setengah dari embernya, Yerim tersenyum bangga atas kerja kerasnya. Dengan tangan penuh lumpurnya, ia mengusap wajahnya. Kesialan Yerim belum berakhir rupanya, kini lumpur di tangan berpindah pada wajahnya.

Aduh dia kenapa bisa seceroboh ini, sih?!

"Jeongguk!" Yerim berteriak, berniat meminta pertolongan.

"..."

Tidak ada jawaban.

"Han Jeongguk!" Yerim kembali berteriak, menggemparkan yang lain. "Jeongguk, tolong! Jeongguk dengar aku tidak, sih?!"

"Apa sih?" Jeongguk bersuara, langkah kaki menuntunnya untuk bergerak ke arah Yerim, dia menahan senyumnya melihat Yerim yang memejamkan mata. "Ada apa?"

"Tolong, mataku tidak bisa dibuka." Yerim merasakan hawa-hawa bahwa pemuda itu ada di sebelahnya. Ada suara lumpur diinjak yang membuatnya menyadari kalau di sampingnya ada eksistensi seorang Han Jeongguk atau setidaknya seseorang.

"Lantas?"

"Lantas?! Ya, tolong aku! Bagaimana kita akan masak kerang kalau aku tidak bisa lanjut mencarinya?!" Yerim tidak mengerti di bagian mana Jeongguk harus bertanya seperti itu, di saat posisinya melihat Yerim tidak bisa membuka mata.

"Ck, berisik sekali." Jeongguk merapatkan jarak mereka, menghampiri Yerim yang masih memejamkan mata sambil berceloteh heboh. Tangan Jeongguk terulur untuk menyentuh wajah Yerim.

Semakin dekat tangannya dengan wajah Yerim, beriringan dengan degupan jantungnya yang bertalu semakin cepat. Tidak ada alasan yang valid untuk membiarkan jantungnya berdetak cepat sekali, karena ini hanya Bae Yerim. Seorang Bae Yerim membuatnya berdegup. Sungguh dunia sedang tidak baik-baik saja.

"Lama sekali, sih!" pekik gadis itu tertahan saat sebuah tangan menyentuh wajahnya. Mengusapnya dengan lembut bak sedang dressing cake sebelum disajikan di dalam etalase toko. "Jeongguk?"

"Diam, bawel."

"Biasa saja dong," balas Yerim, lebih seperti mencicit. Keduanya terdiam, Jeongguk fokus pada kegiatannya, Yerim masih menutup matanya.

SWEET IN YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang