Sebuah pembuka suasana yang kacau. Jeaveline segera mendongak dan mendapati kakak kelas yang sejak pagi berlarian penuh di dalam otaknya. Tak kalah dengan pelotan Joshua, perempuan itu ikut membesarkan matanya tidak manusiawi.
Lantas cepat-cepat Joshua menutup mulutnya tidak percaya. "Lah, lo yang jadi murid gue?" heran Joshua terhadap perempuan itu.
Jeav tersenyum setengah hati dan mengangguk. Mampus. Kini ia akan terlihat bodoh fisika di depan laki-laki idamannya.
Pemuda itu terduduk di hadapan Jeav dengan raut kagum sedangkan Jeaveline masih menundukkan kepalanya, berusaha menghindari tatapan terus terang dari Josh Brian.
"Kenalan dulu gih!" Seru Joshua kepada Jeaveline.
Perempuan itu benar-benar terlihat tidak nyaman. Ia tersenyum kikuk tanpa melihat ke arah Joshua. Lantas lelaki itu cepat-cepat membuka telapak tangannya di depan Jeav. "E-eh, gapapa kalo ga mau. Santai.."
"Pokoknya tau nama aja sih. Gue Joshua." ujar lelaki itu terlewat santai.
Jeav lalu menggumam, "udah tau..."
"Hah? Ngomong apa?" tanya Joshua yang sepertinya mendengar Jeaveline sedang berbicara namun ia tidak yakin apa yang dibicarakan oleh perempuan itu.
Jeav menggeleng lemas dengan senyuman tidak niat. Canggung. Suasana ini benar-benar canggung. Joshua hanya mengangguk dengan senyuman canggung.
"Kalo lo? Namanya siapa?" tanya lelaki itu penasaran akan perempuan aneh yang ia temui hari ini.
Jeaveline mendongak dan menatap Joshua tepat pada netra indah lelaki itu.
"Jeaveline."
Joshua tersenyum. "Bagus. Nama lo bagus. Kenapa ga bilang dari tadi?"
Jeaveline masih memasang senyuman kakunya sembari menatap Joshua dan berkata. "Kenapa lagi kalo nggak MA-LU." Tekan gadis itu pada kata 'malu'.
Joshua melebarkan netranya kaget karena ketiba-tibaan seruan dari Jeaveline yang sedari tadi diam. "Malu kenapa?" tanyanya meski seharusnya ia sudah mengerti.
Jeav menghela napas panjang. "Interview-nya nanti, sekarang ajarin gue fisika buat senin ulangan." Ucap Jeaveline tajam kepada Joshua.
Pemuda itu mengangguk bingung dan mulai membuka buku fisika bercover biru di hadapannya. Menarik. Jeaveline memiliki sifat yang terbilang menarik. Pikirnya.
Kegiatan belajar fisika telah dimulai dengan kecanggungan level serius. Jeav memandangi buku paket fisikanya kikuk dan Joshua membalik-balikkan halaman catatan Jeav dengan luwes.
"Catetan lo bolong semua nih. Kita mulai nyatet rumus-rumusnya aja ya?" Tawar Joshua kepada Jeav yang masih terdiam dari tadi.
Lantas lelaki itu menghela pendek. "Ayo diomongin dulu baru belajar. Dari pada awkward gini ga enak lo belajarnya." Pintah Josh Brian kepada Jeaveline yang terlihat tidak nyaman dengan kehadirannya.
"Lo kenapa kalo boleh tau...?" tanya Joshua ragu-ragu. Jeaveline mendongak dan menatap Joshua hambar.
"Enggak, gapapa. Mulai belajar langsung aja." Tolak Jeav halus. Lelaki itu mengangguk mengerti dan mulai memberikan buku catatan berstiker Hello Kitty itu kembali kepada pemiliknya.
"Jadi, materi lo kan tentang vektor. Lo sendiri tau kan vektor itu apa dan tentang apa?" tanya Joshua yang membuat Jeaveline kehabisan pilihan alphabet.
Perempuan itu menelan ludahnya kasar. "E-enggak..."
Joshua tercekat. "Tapi lo bukannya udah belajar selama 2 bulan ya...?" tanya Joshua heran. Jeaveline meringis kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
physics ; jake shim.
Fanfiction"Enggak, gue ga mau jodoh sama orang yang cinta mati sama fisika." "Kalo gue ga cinta fisika, tapi cintanya lo gimana?" written by © verdantulips, 2021.