꧁𖤓NOTE𖤓꧂
Budayakan untuk selalu tinggalkan jejak kalian dengan cara vote & komen^_^
.
.
.
꧁𖤓HAPPY READING𖤓꧂Feno yang memutuskan tidak ikut bergabung dengan teman-teman itu memilih untuk langsung kembali ke rumahnya. Suasana rumah benar-benar terasa sepi dan sunyi seperti hari-hari biasanya. Karena memang Feno tinggal sendirian di sana. Tidak ada ART, penjaga rumah, ataupun sopir pribadi. Feno benar-benar melakukan semua urusan yang ada dirumah tersebut sendiri.
Dahulunya Papa Feno masih memperkerjakan seorang ART di rumah tersebut untuk sekedar membantu Feno menyiapkan makanan dan membersihkan rumah. Tapi, dengan seiring berjalannya waktu Feno tumbuh dewasa, Feno merasa sudah mampu untuk melakukan semuanya sendiri.
Feno memang meminta dibelikan sebuah rumah kepada sang Papa untuk tinggal sendirian daripada ia harus bergabung dengan keluarga barunya. Ia sangat tidak suka berurusan dengan hal apapun yang menyangkut tentang ibu dan saudara tirinya.
Sejak sang Mama meninggal disaat dirinya berumur 10 tahun, Feno sudah benar-benar kehilangan semua sumber kebahagiaan dalam hidupnya. Selama ini dirinya hidup dalam kekangan dan tuntutan sang Papa yang menyuruhnya untuk terus menjadi yang terbaik dan harus selalu bisa menjaga nama baik keluarganya demi jabatan serta karir sang Papa.
...
Hari ini adalah hari yang melelahkan untuk Feno. Bukan hanya tubuhnya yang lelah tetapi juga dengan hati dan pikirannya.
Sebenarnya Feno tidak mempunyai urusan yang penting sepulang dari sekolah tadi. Itu hanyalah alasannya saja untuk bisa menghindar dari Bella. Ia merasa tidak sanggup jika harus melihat gadis yang masih ia cintai itu telah menjadi milik orang lain.
Setelah pulang ke rumah, Feno langsung melakukan ritual mandinya. Mengistirahatkan badannya sebentar. Lalu, ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang mungkin bisa dikatakan sebagai tempat penghilang beban pikiran yang bersarang di kepalanya.
Feno memakai pakaian serba warna hitam, mulai dari jaket, kaos, celana, serta sepatu yang ia pakai. Tak lupa ia juga memakai sebuah topi untuk menutupi wajahnya.
Dan disini lah Feno berada. Di sebuah clubbing yang lumayan sering ia datangi. Suasana di club malam ini terbilang cukup ramai dan padat oleh pengunjung yang datang. Di dalam clubbing tersebut semua orang sibuk menikmati dentuman demi dentuman musik yang dimainkan oleh seorang DJ dan menikmati gelas demi gelas minuman alkohol sampai mereka semua merasakan yang namanya mabuk.
Mungkin bagi orang yang tidak terbiasa akan hal tersebut, suasana seperti itu sangat mengganggu. Tempat yang dipenuhi oleh rasa pengap akibat banyaknya orang didalam dalam yang sibuk menggerakkan tubuh mereka mengikuti suara dentuman musik yang keras.
Suasana seperti itu sudah tidak asing lagi bagi seorang Alfeno Bamantara. Selain disekolah ia pergi ke clubbing hanya untuk sekedar mengusir rasa sepinya. Hampir setiap malam ia mengunjungi tempat itu. Menghabiskan lembar demi lembar uang untuk menikmati minuman beralkohol dan melupakan semua masalah di kehidupanya sejenak.
Tidak ada yang tahu bahwa Feno sering pergi ke tempat seperti itu. Bahkan teman-teman terdekatnya Alex, Devon, dan Bambang pun tidak mengetahuinya. Feno benar-benar pintar untuk menyembunyikan semuanya secara rapat-rapat. Di mata semua teman-temannya Feno adalah orang yang memiliki kehidupan yang terlihat baik-baik saja, padahal semua itu adalah hal yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan yang Feno jalani.
Feno melepaskan topinya ketika telah berada di dalam clubbing tersebut. Ia duduk di salah satu kursi yang berada di dekat meja seorang bartender untuk memesan sebuah minuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRABELLA
Teen FictionCakra Millard Aditya salah satu most wanted di sekolahnya. Dia tampan, kaya, seorang kapten basket, dan ketua geng Lioners. Geng yang terdiri dari 7 anggota itu memiliki moto 'Peace and solidarity are number one'. Cakra akan menunjukkan sikap dingin...