Lingkungan berpengaruh besar pada kepribadian seseorang, tak terkecuali bagi Alinandra Bagaskara.
Nandra benar-benar di treat like a prince oleh kedua orang tuanya. Apapun yang Nandra kecil perlukan dan inginkan, akan dengan mudah tersedia dan terpenuhi.
Nandra tidak akan disalahkan meski ia berbuat salah, Nandra tidak akan dimarahi meski melakukan hal yang buruk. Kedua orang tua Nandra akan membela putranya, entah itu salah atau benar.
Dulu, waktu Nandra masih di TK, Nandra pernah dengan sengaja memecahkan kaca jendela dan melukai salah satu temannya, bahkan sampai mendapatkan luka jahitan, tapi Nandra tidak disalahkan.
Kedua orang tuanya langsung pasang badan dan membelanya, tidak mau tahu apa akar permasalahannya, mereka hanya ingin menang. Nandra kecil terbiasa punya pola pikir seperti itu, dan tertanamlah sikap meremehkan orang lain ke dalam kepalanya.
Semua semakin menjadi ketika Nandra masuk sekolah dasar, Nandra semakin nakal, setiap hari anak laki-laki itu tidak pernah absen melukai temannya, entah sekedar melempar bola, atau sampai saling mendorong dan jatuh dari tangga.
Tapi tetap saja, kedua orang tuanya akan membelanya, malah tak jarang, justru korbannya yang disalahkan dan berujung meminta maaf, guru-guru juga akan tunduk di depan kedua orang tua Nandra.
Apalagi alasannya kalau bukan karena kekuasaan?
Ayah Nandra merupakan petinggi negeri, beliau menjadi ketua DPR, jabatan yang sangat cukup untuk mendapatkan kehormatan dan kedudukan, di mana pun.
Meskipun dalam setiap perkara membela putranya beliau hanya akan diam, tidak banyak mendebat, stereotip petinggi negeri yang menempel pada diri beliau sudah cukup membuat orang lain menyegani Pak Brata.
Orang tua setiap murid yang dilukai Nandra akan menjewer anak mereka terlebih dahulu sebelum memarahi Nandra. Begitu pula dengan guru-guru yang ada.
Hak istimewa, yang terasa tidak adil, namun nyata adanya. Hak istimewa yang dimiliki oleh Nandra, sejak lahir.
Alasan mengapa Nandra mempunyai sikap tempramental dan terkesan jahat. Karena lingkungannya mendukung Nandra memiliki sifat buruk itu. Nandra tidak bisa sepenuhnya disalahkan untuk semua karakter yang ia punya, karena Nandra hanya merefleksikan bayangan yang ia tangkap dari lingkungannya.
Di dalam kamarnya, Nandra memperhatikan langit-langit kamar yang berwarna putih. Hal yang cukup langka memang bagi seorang Nandra tiduran di kasur kamarnya ketika jam dinding baru menunjukan angka delapan malam.
Laki-laki itu memakai kaos berwarna putih dan celana boxer selutut, rambutnya masih basah, menandakan dia baru saja bertemu dengan air.
Ketika Nandra baru saja ingin memejamkan mata, pertengkaran terdengar dari luar pintu kamar Nandra.
Laki-laki itu memilih tidak peduli, justru memeluk guling dan memejamkan matanya.
"Coba lihat!! Lipstick siapa yang ada di jas kamu!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melukis Paras
أدب المراهقينAku tidak sedang melukis kanvas, melainkan paras, untuk dicintai kamu, dan untuk mencintai kamu. Judul awal: Butterf(lie)