*** malam semua tetap semangat biar dikit pembaca. Vote itu gratis
Hari Senin pukul 7:15 semua murid sudah berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara bendera.
30 menit usai sudah upacara semua murid membubarkan diri ke kelas masing masing.
Hari ini kelas 6 akan mengadakan ujian nasional. Arini dipanggil ke kantor oleh Bu Rika guru pengelola keuangan.
Bu Rika sedang membaca buku matanya menelisik satu per satu nama yang tercantum di lembaran itu. Arini sudah mengetahui untuk apa dia dipanggil kesini. Ia memperhatikan Bu Rika sabar.
"Arini kamu belum bayaran untuk ujian ya?" Tanya Bu Rika masih fokus dengan buku.
Arini mengangguk
"Iya Bu""Juga buku paket semester dua ini belum kamu lunasi". Arini kembali mengangguk. Bu Rika menatapnya
"Jadi kapan orang tua kamu kesini?, ibu butuh kepastian"
"Anu Bu, kata kakak saya insyaallah bakal cepet cepet dilunasi" tutur Arini sopan
"Ya tapi 'bakal' itu kapan?" Bu Rika menekankan ucapannya
Arini hanya diam menunduk. Ia juga tidak tahu kapan bisa membayar iuran sekolah. Mama nya dikampung, sedangkan ayahnya hanya tukang dagang tempe keliling. Tiap Minggu harus mengirim uang untuk mamanya yang dikampung.
"Yasudah ibu tunggu sampai besok, ibu harap Kakak kamu cepet ke sekolahan"
"Sekarang ibu izinin kamu ke kelas""Makasih Bu, saya pamit" Arini undur diri. Baru beberapa langkah ibu Rika memangglnya kembali.
"Arini tunggu"
" Ya Bu ada apa?"
"Pentingnya itu bayar ujian ya"
Arini mengangguk. Kali ini ia benar benar melangkah meninggalkan kantor. Berjalan sambil menunduk. Semangatnya hilang. Di hari pertama ujiannya ia lebih dulu di beri ujian soal pembayaran. Kadang perasaan menyesal memompa dirinya. Ia ingin seperti teman temannya. Sekolah tanpa khawatirkan pembayaran. Tapi kondisi yang tidak memberikannya kepuasan sekolah.
"Rin..." Pekik seseorang
Arini melihat Gabi yang menghampirinya. Ia tersenyum pada Gabi.
"Mau kemana bi?" Tanya nya lebih dulu
"Ada urusan. Luh?"
Arini kembali menunduk. Tidak, beban ini hanya untuk dirinya. Orang Laen gak perlu tahu. Ia kembali mengangkat wajahnya menatap Gabi dan tersenyum.
"Sama, ada urusan juga."
Gabi mengangguk
"Ya udah gua duluan ya, udah mau masuk"
"Hemm" Gabi mengangguk lagi
Arini berjalan meninggalkan gabi. Tiga langkah berlalu
"Arini Semangat!!" Pekik Gabi tersenyum Pepsodent.
Arini mengembangkan senyumannya. Ia mengacungkan jempolnya mantap. Salah. Ia salah mengabaikan Apa yang selama ini ia punya. Bukan uang. Atau pun kebebasan sekolah. Melainkan sosok sahabat seperti Gabi, Memey, Nana, juga Mpo.
Arini kembali ke kelasnya. Belum ada guru atau pun pengawas ujian. Ia duduk di bangku sesuai nomor peserta ujian. Pas. Didepan Memey, belakang Nana, samping kanan Mpo, pas.
Arini menyimpan bokongnya di bangku berwarna coklat itu.
"Dari mana Rin?" Tanya Memey.
"Ada urusan sama Bu Rika"
"Urusan apa?" Tanya Nana penasaran. Hana ikut nimbrung melingkari meja Arini.
"Yah ada lah"
"Ada apa nih?" Tanya mpo ikut penasaran.
"Tau nih si Arini, masa nasi rahasia-rahasiaan" ucap Nana mulutnya di manyun manyunkan gaya orang imut kesal.
Plak
Memey menggeplak tangan Arini membuat Arini mengaduh sakit
"Aduh..."
"Lu tuh kalo ada masalah ya cerita jangan di pendem sendiri" omel memey
"Tauu sok kuat lu" timpal Nana
"Tau nih, emang ada masalah apa Rin?"
Arini tersenyum " ya biasa lah soal pembayaran"
"Ouhhh " mereka ber-oh kompak
"Ya udah jangan terlalu dipikirin lah"
"Iya bukan tugas lu mikirin begituan"
"Mending fokus belajar aja ini yang terakhir loh"
Arini mengembangkan senyumannya. Diikuti Memey,Hana juga Nana.
"Bangga gua punya sobat kayak kalian"
"Assalamualaikum anak anak" salam Bu Eka mengejutkan seisi kelas. Bu Eka membawa map coklat berisi pelajaran lembaran putih yang sudah diyakini penghuni kelas 6 adalah kertas ujian. Di belakangnya ada sosok lain yang tidak mereka kenali.
"Waalaikum salam" sahut mereka serempak.
"Hari ini pengawasnya adalah Bu Indah." Bu Eka membagikan kertas lembaran dan kembali berdiri di depan.
"Mulai ujian dengan doa dan dimohon untuk selalu menjaga ketertiban juga ketenangan" Perintah Bu eka
"Baik Bu" jawab serempak
"Saya serahkan mereka pada ibu. Kalau ada yang buat gaduh seret aja keluar, kalau ada yang nyontek robek aja kertas ulangannya, kalau ada yang songong tendang aja Dalia kelapangan" seru Bu Eka menakutkan.
Semua murid bergidik ngeri dengar ucapan Bu Eka. Bu Indah s lakupengawas hanya mengangguk mengerti. Wajahnya lebih terlihat tegas tapi sepertinya bukan tipe orang yang mudah berinteraksi.
Mereka memulai doa yang dipimpin oleh Bu Indah.
"Selamat memulai ujian pertama kalian" ucap Bu Indah dingin ia berlalu duduk di bangku guru yang berada di pojok kelas.
Semua murid lebih tenang dari sebelumnya. Hanya ada suara kipas angin baling baling yang berada di tengah langit langit kelas.
"Ssttt Rin" bisik seseorang dibelakang Arini. Arini tak menghiraukan ia tetap fokus pada kertas dimejanya. Atau juga sedang fokus dengan pikirannya yang berkecamuk soal pembayaran sekolah yang belum ia lunasi.
"Ssttt whoy Rin" bisik nya lagi.
"Hey itu yang dibelakang. Ngapain kamu?" Sentak Bu Indah.
Nana kaget bukan maen. Badannya di tegakkan kembali. Siap semua orang menatapnya kecuali Arini.
"Eh eng-enggak Bu" tebata Nana sambil cengengesan
"Isi aja ujian kamu jangan ganggu orang" tegas Bu Indah. Nana mengangguk sebal. Arini masih tak memperdulikan sekitarnya otaknya berkutik sendiri.
Haaaaaa makin gj aja :(
Apalagi tulisannya:<
Tapi gpp lah keep spirit buat bab selanjutnya ok;)Yeyyyyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend Be Boyfriend
أدب المراهقين---Tiga tahun setelah perpisahan--- "Abi.." Arini antusias saat berpaspasan dengan Gabi sahabatnya di persimpangan kompleks. "Ini Arini ya?" Tanya Gabi menunjukan senyum lima jarinya. Arini tersenyum manis. Namun sepersekian detik suasana menjadi ca...