Akhirnya aku sembuh dari efek samping vaksin :')
Jangan lupa dukungannya berupa vote dan comment yaa ^_^
-
Sentuhan.
Sentuhan yang lembut ... juga dingin.
Lionel bertanya-tanya. Kenapa ia bisa merasakan sesuatu? Bukankah kesadarannya baru saja terpisah dari tubuhnya?
Kecuali ...
Ada satu kemungkinan.
Kemungkinan yang sedikit mustahil, tapi juga Lionel harapkan benar. Sentuhan itu semakin terasa. Lionel bisa melokasikannya di wajah. Kemudian, ia mulai dapat menyadari tarikan napasnya, juga permukaan empuk tempatnya berbaring. Keempat tungkainya masih lengkap, meskipun belum bisa ia gerakkan.
Apakah ia bisa mendengar?
"Dok, dok, anak saya sadar, Dok!"
Berat sekali untuk membuka mata, tapi Lionel terus berjuang, hingga secercah cahaya terang merasuki pupilnya.
"Lionel ... Nak!" Yuni menghambur mendekati wajah Lionel. Jemari wanita itu menelusuri kening, pelipis, lalu pipi anak lelakinya. Dengan tersedu-sedan, Yuni mengucapkan syukur berulang kali.
"Bun ..." Lionel berhasil membuka suara, meskipun sangat lirih dan serak.
"Iya, Nak, Bunda di sini, Sayang. Apa yang kamu rasakan? Kamu butuh apa?"
"Ayah ..." desah Lionel kemudian.
Yuni mengangguk. "Ayah baru aja balik untuk bersih-bersih diri, tapi barusan Bunda hubungi, pasti langsung ke sini."
"Bunda ..." panggil Lionel lagi. Yuni mendengarkan dengan seksama.
Lionel mencoba menggerakkan tangan kanannya. Berhasil. Mengerahkan seluruh tenaganya, Lionel mengusap jejak air mata Yuni di pipi.
"Lionel udah pulang, Bun. Lionel pulang dan nggak akan pergi lagi. Lionel janji."
-
Semenjak Lionel memutuskan kedua orang tuanya bukan lagi antagonis dalam hidupnya, ia dapat mengamati detail-detail kecil yang membuat hatinya hangat. Ia mengagumi bagaimana bunda dan ayahnya dapat bekerja sama mengurus segala keperluan dirinya selayaknya teman baik. Kompak, tetapi masih menjaga jarak selayaknya dua orang yang sudah memiliki pasangan masing-masing. Dahulu, hal tersebut membuat Lionel berang dengan segala macam "seandainya" yang berlarian di kepala. Sekarang, Lionel malah terpukau dengan komitmen keduanya terhadap anak kandung dan juga pasangan mereka.
Mungkin ... perpisahan keduanya tidak seburuk itu.
Itulah yang Lionel katakan pada seorang psikiater yang sedang menilai keadannya pasca percobaan bunuh diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mismatch So Perfect [COMPLETED]
Novela JuvenilAdara dan Lionel ibarat kutub utara dan selatan. Mereka begitu berbeda, selayaknya dua keping puzzle yang tidak akan pernah cocok menyatu. Seharusnya, Lionel tetap menjadi lelaki tampan dan populer dengan dunia tak terjamah oleh Adara. Semestinya, A...